LDR.

4.5K 317 6
                                    


Ndaru melihat pesan di layar hpnya. Melihat isi pesannya seketika membuat Ndaru tersenyum.

Sudah waktunya.

Ndaru berdiri dari kursinya. Sebelum pergi dia bilang pada Lili yang duduk disebelahnya kalau dia selesai dengan perkerjaannya saat ini. Sisanya akan dia selesaikan nanti malam.

" iya, iya. Selamat berkencan." ucap Lili gak ambil pusing. Dia sudah terbiasa dengan kebiasaan Ndaru ini. Menghilang saat lagi kerja. Lili gak bisa bilang apa- apa pada Ndaru yang emang lagi dimabuk cinta.

Ndaru lari menaiki tangga ke kekamarnya di lantai dua. Setelah menutup pintunya dia mengambil laptop diatas meja yang kemudian dia bawa keatas tempat tidurnya.

Duduk bersila dengan laptop diatas kakinya membuka app video callnya.

Tak menunggu lama wajah kekasihnya terlihat di layar, mempesona seperti biasa.

" hei." sapanya masih dengan senyum yang tak berubah setelah selama ini.

" hei." Ndaru menyapa balik dengan senyum yang sama.

Tak sangka sudah tiga bulan mereka berpisah. Dan melewati hari- hari itu bukan hal mudah bagi Ndaru. Setiap hari dia menginginkan sosok Dima. Merindukan kehangatan tubuhnya. Ingin dekat dengannya...

Namun semua perasaan menyiksa itu perlahan memudar dengan Dima menepati hampir semua janjinya.

Setiap hari Dima mengirim pesan pada Ndaru. Dengan perbedaan waktu yang cukup lama dan dengan kesibukan Dima, dia hanya bisa melakukan video call pada jam dan hari tertentu saja.

Dan hari ini, hari sepesial itu.

" apa yang kau lakukan hari ini?" tanya Dima.

" tidak ada yang menarik. Memboskan seperti biasa." jawab Ndaru. " Lalu bagaimana denganmu?. Apa ada sesuatu yang menarik."

" tidak ada. Hanya pekerjaan yang semakin berat sekarang."

Ndaru mengerutkan keningnya." apa kau ingin istirahat. Lagi pula disana sudah malam kan?. Kalau kamu mau tidur, tidur saja. Kita bisa video call lagi lain waktu.

Dima tertawa. " ini baru jam 10 malam. Lagi pula apa kamu tidak merindukanku sekarang.?" tanya Dima masih dengan senyum di bibirnya.

" tentu saja aku merindukanmu." jawab Ndaru cepat.

" aku juga merindukanmu. Karena itu kita bicara sekarang."

" apa yang ingin kamu bicarakan."

" apa saja."

" oke. "

" ngomong-  ngomong aku memperlihatkan fotomu pada keluargaku."

Ndaru melihat Dima tanpa ekspresi. Berusaha mengartikan ucapan Dima tentang memperlihatkan fotonya pada keluarganya ( Dima).

" eee...sebagai teman...?"

Ndaru mengerutkan kedua alisnya." kenapa aku harus memperkenalkanmu sebagai teman."

" maksudmu?" tanya Ndaru bingung.

" tentu saja sebagai kekasihku." ucap Dima sambil mengerlingkan matanya pada Ndaru.

" apa?!" Ndaru sampai berteriak saking terkejutnya.

" kenapa wajahmu begitu. Mereka sudah tau kalau aku gay kok."

" dan mereka setuju."

" tentu saja."

" wow, orang tuamu benar- benar luar biasa."

" mereka juga bilang untuk segera menikahimu." katanya dengan senyum innocent nya.

" WHAAAT!!!"

" kenapa. Kau tidak mau?."

Ndaru menyembunyikan wajahnya yang merah padam dengan kerah bajunya.

" sudah lama aku tidak melihat kebiasaanmu menutup wajah saat malu."

Ndaru mengintip Dima dari balik kerah bajunya.

"Itu karena aku gak malu lagi dekat denganmu."

"Iya. Bahkan kamu tidak malu lagi untuk tidur denganku tanpa memakai baju".

"Dimaaa!!!"

Dima tertawa melihat reaksi yang dibuat Ndaru.

Ndaru mendehem. "Bisa tidak kita bicara yang lain..."

"Oh, oke." Dima masih tertawa tapi dia berhenti menggoda Ndaru. Ndaru menghembuskan nafas lega.

Ngomong- ngomong kamu bilang kalau pekerjaanmu semakin berat. Apa ada masalah ditempat kerjamu?"

" tidak ada. hanya saat ini aku sedang mengajukan permohonan pindah kerja di salah satu cabang hotel ini. ( Dima bekerja di hotel di negaranya.)

" pindah kerja?" tanya Ndaru. Tiba- tiba saja ada perasaan tak nyaman muncul di hatinya. " ...apa tempatnya jauh?".

Dima mengannguk. " di negara lain."

Perasaan aneh di hati Ndaru tumbuh menjadi rasa takut yang lama dia lupakan, membuat dadanya terasa sesak.

" kenapa. kenapa kamu ingin pindah kerja?"

Dima menghela nafas panjang. Penyesalan terlihat di raut wajahnya namun sekejab kemudian Dima tersenyum penuh kebahagian. " jujur saja pada awalnya pekerjaan itu memang di berikan padaku. Bahkan aku sudah melihat tempatnya. Tapi karena tempat yang terlalu jauh, tanpa pikir panjang aku langsung menolaknya. Dan sekarang aku menyesalinya. Tapi ternyata saat kembali ke tempat kerja, aku mendengar kabar kalau mereka belum  menemukan orang yang cocok untuk menggantikanku untuk ditempat kan dihotel itu. Karena itu aku mengajukan diri lagi." Dima menjelaskan dengan antusiasnya. Hanya membuat hati Ndaru seakan meledak.

" oh, oke..."

" hei, kenapa wajahmu sedih?" Dima bertannya saat menyadari wajah sedih Ndaru. " kamu tidak ingin aku pindah.

Ndaru menggeleng kepalanya. " apapun yang membuatmu bahagia akupun juga ikut bahagia. Tapi..." aku takut. Ndaru ingin mengatakan itu namun bibirnya tak bisa mengeluarkan satu kata.

Dia tidak ingin kehilangan Dima. Dia tidak ingin Dima melupakannya. Apa akhirnya ketakutan terbesar Ndaru akan terjadi.

Ndaru menahan tangisnya melihat kearah Dima. " aku mohon kau tidak melupakan janjimu Dima."

Mendengar ucapan Ndaru, Dima terdiam. Dengan wajah serius dia menatap Ndaru. " kamu tunggu saja aku pasti akan kembali padamu. I love you." sambil mengecup tato dibalik pergelangan tangannya.

Ndaru menutup wajahnya dengan kerah bajunya menyembunyikan wajahnya yang menangis sekaligus tersenyum bahagia mendengar ucapan Dima.

AKU MENUNGGUMU. I LOVE YOU.

A

Ngimpi Macarin bule (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang