Cklek..
Suara pintu di sebuah kamar terbuka, menampilkan seorang pria berwajah kuyu yang terlihat seperti baru saja kehilangan separuh semangat kehidupannya.
Pria tersebut menghela nafas beratnya setelah menatap gumpalan selimut yang teronggok di tempat tidur miliknya.
Pikirannya kembali begitu merasa bersalah dengan semua yang telah terjadi. Rasa sesak itu bahkan kini bertambah kala datang lagi masalah baru yang harus dia hadapi akibat keegoisannya.
Pria tersebut berjalan lunglai menuju tempat tidur miliknya. Merebahkan dirinya dan menarik seorang anak yang telah tertidur lelap kedalam dekapannya.
"Sayang....maafkan daddy."
Pelukan itu mengerat seiring dengan lelehan kristal bening yang menuruni pahatan wajah tampan yang kini terlihat leleh itu. Tak lama isakan kecil pun keluar mulus dari bibirnya yang bergetar.
Pria itu membenamkan wajahnya ke pujuk kepala sang anak, sedikit terseduh-seduh meratapi betapa banyaknya masalah yang dia ciptakan dari keegoisannya.
Bahkan dia sudah membuat sang anak yang paling berharga menangis karena memendam semuanya sendiri. Dia tahu, anaknya terlalu penurut untuk berani protes dan menentang apapun yang di tetapkan sang ayah.
Taehyung, pria itu benar-benar merasa bersalah sekarang.
"Maaf...."
.
."Kim Daehan?" Suara seorang guru menarik perharian semua siswa di kelas 3-1 siang ini.
"Ne?" Anak yang merasa terpanggil itupun berdiri dan mengahampiri sang guru.
"Min Yoonjae dan Min Yoonhee dari kelas 1-2 itu adiknya Daehan kan?" Tanya guru tersebut dengan lembut.
Daehan hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban. Dia sedikit takut karena tak biasanya gurunya akan memangginya seperti ini.
"Min Yoonjae berkelahi dengan temannya, dan Yoonhee menangis dari tadi tak mau berhenti. Daehan bisa minta temani sampai ayahnya datang?"
Anak itu mengangguk lagi dan mulai berjalan mengikuti sang guru yang kini menggandeng tangannya.
Setibanya di ruang konseling, dia bisa melihat 3 orang anak kelas 1 di dalam ruangan itu. Daehan kenal 2 orang diantara mereka. Seseorang yang tengah menangis di sudut ruangan dan seseorang lagi yang sedang di marahi oleh salah seorang guru mereka.
Daehan melepaskan genggaman sang guru, dan mulai sedikit berlari kecil ke arah Yoonhee yang menangis.
"Yoonhee?!"
"Daehanie hyung hiks..~"
Anak kecil berusia 6 tahun itu langsung memeluk sang kakak erat. Jujur saja, sejak daddy mereka pindah si kembar juga jarang berinteraksi lagi sama sang kakak. Begitu pun di sekolah karena jam istirahat mereka juga berbeda.
"Sudah jangan menagis Yoonie." Kata anak kecil itu menenagkan.
"Daehan, ajak Yoonhee kembali kelas dulu di yah." Kata sang guru kemudian.
Setelah mendengar pertintah gurunya, Daehan lalu membawa Yoonhee untuk keluar dari ruang konseling. Meninggalkan Yoonhee dan satu anak lainnya di sana.
Tak lama setelahnya seorang pria berjas rapi dan seorang wanita paruh baya datang memasuki ruangan itu dengan di temani seorang guru.
Wanita tersebut begitu terkejut mendapati sang putra dengan keadaan acak-acakan dan lebam di sudut bibir dengan sebuah lintingan tisu yang menyumpal hidungnya.
Sedangkan pria berjas itu menatap seorang anak laki-laki lainnya yang tampak menunduk dengan lebam di sekitaran matanya.
Setelah perdebatan kecil yang terjadi antara orang tua lantaran sama-sama tak terima dengan keadaan sang putra, Yoongi sebagai sosok laki-laki itu akhirnya mengalah dan membungkukkan badannya sebagai permintaan maaf.
Setelah dirasa masalah sudah selesai, Yoongi pamit dan mengajak putranya ke depan lorong yang masih sepi karena masih jam pelajaran. Yoongi berjongkook guna menyamakan tinggi badan putranya dan menarik anak tersebut untuk tepat berhadapan dengannya
"Yoonjae? Sekarang coba cerita sama appa kenapa Yoonjae memukul temanmu?" Ucap Yoongi dengan lembut.
"......"
"Apa appa pernah mengajari Yoonjae untuk bertindak kasar?"
"......" Anak itu tetap diam dan menunduk, tidak berani menghadap sang ayah.
"Min Yoonjae, lihat appa."
Yoongi mengangkat dagu anak kecil itu untuk menghadapnya yang langsung di suguhi dengan pelupuk jernih yang telah tergenang air yang siap tumpah di matanya yang mulai terlihat biru.
"Kenapa berkelahi, hmm?"
Tess...
Akhirnya anak itu menangis. Menangis tanpa suara. Dia tidak menangis walaupun merasa ngilu di wajahnya dan di marahi gurunya setelah berkelahi. Yoonjae memang tipikal anak yang jarang menangis.
"Illsuk bilang Yoonhee cengeng dan aneh karena- karena gak punya mama. Memangnya kenapa kalau gak punya mama. Yoonhee kan hanya tidak suka banyak bicara. J-Jaeie marah appa... Jae gak suka lihat Yoonhee nangis."
Yoongi menghapus lelehan air mata di pipi putranya, dan menariknya dalam pelukannya. Dia sedikit tersentuh kala tau sang putra berkelahi karena membela saudaranya.
"Lain kali tidak boleh memukul lagi yah." Ucap Yoongi sambil mengelus sayang kepala sang putra.
.
.
."Biar eomma yang jemput Daehan."
Seorang wanita berucap dengan nada dingin kala melihat Taehyung berjalan keluar dari kamar. Memaksa pria itu berhenti dan mengurungkan niatnya untuk menjemput sang putra.
"N-ne"
●●●
Kriiiiingg....
Tepat setelah Yoonjae tenang di pelukan sang ayah, bel pulang sekolah berbunyi. Menghamburkan siswa siswi yang begitu rindu akan rumah mereka masing-masing.
"Udah jagoan, sekarang ambil tas dan ajak Yoonhee pulang. Appa tunggu di luar oke?""Eung."
Setelah melihat anaknya berlari pergi, Yoongi berjalan pelan menuju keluar sekolah. Membelah puluhan siswa yang berdoyong keluar daei bangunan itu.
"Appa!!"
Tak begitu jauh Yoongi melangkah, Yoonjae kembali lagi dengan berlari cepat.
"Yoonhee sudah tidak ada di kelas." Katanya dengan nafas tersengal yang membuat Yoongi menaikan satu alisnya bingung.
"Tadi Yoonhee pergi sama Daehanie hyung."
-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
Husbands [Taegi]
Random[Complete] kehidupan baru dua orang pria yang harus tinggal bersama dengan anak-anak mereka. -Taegi- Taehyung/Yoongi BXB