Bagian 6

480 55 40
                                    

*Maaf ya semuanya. Seharusnya ini update tadi malam. Dan berhubung kuota saya habis, jadi ga up dulu. Sembari menunggu kuota saya isi ulang, updatenya tiap pagi yaaa. Terima kasih 😊"

[Kit]
Bis yang ku naiki beserta teman-temanku berhenti disebuah terminal bis, dan tak lama sebuah bis menyusul berhenti disamping bis-ku.

"Ai'Kit. Ayo kita turun." Ajaknya teman-temanku.

"Um." Jawabku berdengung mengiyakan mereka.

Setelah terambil semua barang-barang kami, kami semua turun dari Bis dan bersamaan dengan hal itu Ming dan teman-temannya turun dari bis satunya itu.

Sembari teman-temanku menyapa dan mengobrol dengan teman-temannya, aku diam saja begitu aku melihat ada Ming juga disana.

"Hei, kawan. Aku pergi dulu ya? Aku sedang terburu-buru." Pamitku pada yang lainnya.

"Hoih, kau tidak mau pergi dengan kami?" Tanyanya si cungkring.

"Aku sangat terburu-buru." Jawabku.

"Um. Hati-hati." Jawab teman-temanku.

Aku pergi dari sana meninggalkan teman-temanku yang mengobrol dengan teman-temannya Ming.

Di pinggir jalan, aku sedang meghadang taxi untuk mengantarku pulanh. Namun tak ada satu pun taxi yang melintas atau belum ada yang melintas melewatiku.

Tak lama kemudian, Ming datang dan berdiri disebelahku yang sepertinya sedang menghadamg taxi pula. Ingin aku mengucapkan rasa terima kasihku padanya karena ia sudah menyelamatkanku malam itu, namun egohku yang sarkas ini selalu membuatku mengundurkan niat setiap aku membuka mulutku untuk berbicara.

Dan pada akhirnya sebuah taxi pun melintas dan berhenti didepan kami. Aku ingin menawarinya pergi lebih dahulu, tapi egohku selalu menahanku.

"Ambillah duluan." Ucapnya lebih dahulu menawariku.

Tanpa banyak omong lagi, aku langsung memasukan barangku ke dalam bagasi dan masuk kedalam untuk segera pergi.

Dan saat aku duduk didalam, aku merasa tidak enak dengannya itu. Dan terpaksa ku buka jendela taxi yang ku naiki dan menawarinya untuk pergi bersamaku.

"Hei." Ucapku memanggilnya.

"Ya?" Balasnya.

"Naiklah." Pintaku.

"Hoih, tidak perlu. Kau pergilah saja."

"Cepat naiklah. Anggap saja ini terima kasihku karena kau sudah menyelamatkanmu malam itu."

"Hoih, tidak apa. Aku ikhlas. Jaga saja dirimu baik-baik.". Ujarnya yang dengan halus menolak tawaranku.

"Aku sedang memohon padamu. Apa perlu aku harus bersujud di kakimu?" Desakku.

Dan ia menerima dalam diam dan langsung menuju pintu satunya. Dan ketika ia hendak masuk, terlebih dahulu ia melemparkan tas ransel camping-nya itu padaku sambil berkata "Bawa ini."

*Bruuuuk*

Tasnya itu menghantam tubuhku karena dilempar olehnya hingga aku sedikit merintih terkejut "Astagah."

Lalu ia masuk dan menutup kembali pintu taxi disampingnya itu, lalu ku lempar lagi tasnya kepada pemiliknya yang kurang ajar itu dengan wajah dinginku.

"Kita antarkan dia dulu pak." Ucap ketusku kepada si supir karena aku terbawa kesal dengan si Ming.

"Hoih, tidak. Ketempatmu dulu untuk mengantarkanmu, kalau aku bisa terakhir saja." Jawab si Ming.

More Than WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang