Bagian 20

343 44 5
                                    

Sementara itu Wayo dan Phana duduk berjauhan di sofa, Beam sudah pergi ke tempat kompetisinya itu hanya tinggal mereka berdua yang ada disana. Sedari tadi mereka berdua berdiam diri karena Wayo bersikap dingin padanya.

"Kau masih marah kepadaku?" Tanyanya Phana tetapi Wayo tidak menjawabnya.

"Maaf, aku tidak bermaksud untuk melakukan hal itu. Memang kau benar bahwa aku melakukan hal itu karena aku ingin balas dendam denganmu karena malam itu.

Tapi setelah itu, aku selalu terbayang-bayang mengenai apa yang ku lakukan padamu. Aku menyesal telah melakukannya. Ketika aku terbayang akan kebersamaanmu hari itu, aku mulai tahu dimana letak kesalahanku itu."

"Bila sudah selesai kau boleh pergi." Balas Wayo sedikit mengusir.

Lalu ketika Wayo hendak pergi dari sana, Phana berdiri dan berkata "aku sadar bahwa aku menyukaimu."

Wayo terhenti kembali langkahnya karena ia cukup terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Phana.

"Iya, aku mencintaimu. Dan itu baru ku rasakan saat kamu tidak lagi bersamaku.

Aku tahu aku memang seorang bajingan yang tidak bisa dimaafkan, tapi tolong beri aku kesempatan untuk menebus semua kesalahanku padamu Yo."

"Lalu .." Wayo menoleh. "... Apa dengan caramu meminta maaf akan menyembuhkan sakit hatiku terhadap apa yang kau lakukan? Awalnya aku juga memiliki perasaan yang sama terhadapmu, tapi semuanya kau hancurkan dalam sekejap saat kau menjualku P'Pha." Ucapnya wayo yang mengutarakan semua perasaannya.

"Dan ini bukan balas dendam, P'Pha. Ini bukan balas dendam. Semua yang ku lakukan, mengalahkanmu, mengalahkan P'Sing yang ingin memilikiku, semua yang ku lakukan bukan sebagian dari balas dendamku padamu.

Aku melakukan semuanya agar kau sadar, bahkan suatu keputusan bukanlah perkara yang mudah." Sambungnya Wayo.

"Dan saat ini, aku sudah tidak ada urusan lagi denganmu. Dan ku mohon pergilah dari rumahku sekarang." Lanjutnya berbicara lembut.

"Yo, aku tahu aku salah. Berikan aku satu kesempatan untuk memperbaiki semuanya."

"Sebuah rumah, tidak akan menjadi rumah tanpa adanya penyangga P'Pha.

Dan penyangga itu sudah kau hancurkan sendiri dengan keegoisanmu." Ujar Wayo.

"Aku tahu alasanmu tidak memberiku kesempatan." Sahut Phana.
"Karena Frank, ya kan?" Tebaknya Phana.

Wayo diam saja karena ia juga bingung terhadap perasaannya terhadap Frank yang sudah semakin dekat itu.

"Apa kau jatuh cinta kepadanya?" Tanyanya Phana.

"P'Frank tidak ada dalam masalah ini, dia hanya membantuku untuk membuatmu jerah. Tidak lebih."

"Ya terus kenapa? Apa yang membuatmu tidak bisa memberiku kesempatan Yo?" Sahut Phana.

Wayo terdiam tidak bisa mengungkapkannya, lalu ia berjalan mendekati Phana dengan tatapan dekat dan berkata dengan lirih dan tajam "berkacalah, dan lihatlah seberapa besar egohmu itu yang memandang semuanya dengan harta."

Lalu Wayo mundur lagi dan berkata lagi, "dan P'Frank, dia tidak sepertimu. P'Frank justru apa adanya memandang apa yang ia lihat."

More Than WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang