Hari hampir larut, Ming dan Kit duduk diatas gedung apartemen milik ayah temannya Ming untuk menyaksikan matahari tenggelam yang indah kesukaan Kit.
Diam-diam Ming mulai menunjukan hal-hal yang disukai oleh Kit dulu, termasuk matahari tenggelam yang sudah didepan mata mereka berdua.
"Kit, kau ingat? Dulu aku pernah mengajakmu di Phuket untuk melihat matahari terbenam seperti saat ini." Ujar Ming mencoba untuk membuat Kit mengingat masa lalu mereka.
"Hoih, kau masih mengingatnya huh?" Tanyanya Kit yang masih tidak menyangka hal itu.
"Tentu saja tidak. Aku tidak akan pernah melupakan hal itu. Karena itu adalah momen langkah yang sulit ku dapatkan bersama dengan musuh besarku." Jawab Kit.
Kit tertawa kala itu karena mengingat pertengkarannya dengan Ming jaman sekolah lalu. Ya, Kit adalah musuh besar Ming disaat pertandingan NBA—selain itu mereka berasal dari SMA yang bermusuhan bertahun-tahun lamanya.
"Kau benar. Dulu kita adalah musuh bebuyutan, itu karena kau selalu merebut wanita yang ku sukai." Ujar Kit.
"Iya, tapi bodohnya aku ... justru aku menyukai seseorang yang mereka jauhi." Balas Ming.
Mereka saling tersipu malu saat mengingat hal itu, dan sejenak terdiam ketika Ming mengingat bagaimana ia pergi meninggalkan Kit dengan sebuah surat.
"Sampai akhirnya, aku meninggalkanmu waktu itu." Sambung Ming.
"Jangan membahas itu lagi, Ming. Bahkan sampai saat ini aku belum membaca suratmu itu." Sahut Kit.
Ming cukup terkejut karena pada kenyataannya Kit sama sekali belum membaca surat sepeninggalannya waktu itu.
"Apa? Kau sama sekali tidak membacanya?" Tanyanya Ming.
"Aku tidak mau membacanya, memegangnya saja aku tidak mau. Aku taruh surat itu di lemari laciku." Ujar Kit.
"Kau harus membacanya, Kit." Pinta Ming.
"Aku tidak mau, Ming." Kit menolaknya dengan keras.
"Pokoknya kau harus membacanya!!" Desak Ming dengan sarkas.
Kit cukup terkejut melihat Kit memaksanya dengan keras sembari diiringi emosi yang melunjak itu.
"Kau harus membacanya .." Ming berucap lembut ".. Karena, didalam sana ku tulis alasan mengapa aku pergi saat itu." Sambungnya.
Kit hanya diam saja melihat Ming yang seperti benar-benar memohon agar ia membaca surat darinya itu. Lalu Ming menghadap kearah matahari terbenam itu dengan wajah sedihnya yang mulai ia tunjukan diwajahnya.
"Aku tahu bahwa aku bodoh, aku tidak berani mengungkapkan semuanya kepadamu. Maka dari itu ku tulis saja surat itu dan ku berikam padamu, dan ku harap kau bisa menerimanya Kit." Ujar Ming.
"Ku kira kau sudah mengetahui semuanya dari surat itu dan mau kembali lagi denganku, tapi ternyata kau belum membacanya sama sekali.
Dan aku takut lagi." Sambung Ming.
"Ming, jika maksud dari isi surat itu bahwa kau ingin kembali lagi denganku ... maaf aku tidak bisa." Jawab Kit dengan lembut pula.
Ming kembali menengok pada Kit, dengan matanya yang sudah berkaca-kaca sedih itu.
"Aku tidak ingin melakukan kebodohan itu untuk yang kedua kalinya. Aku ingin kita tetap menjadi teman, teman yang saling menyayangi satu sama lain. Kau menyayangiku dan aku menyayangimu." Ujar Kit.
"Jadi ...."
"Kau tidak mau kembali lagi denganku?" Tanyanya Ming.Kit hanya menatapnyaa dan Ming berlanjut,, "Baiklah, tidak apa. Aku bisa menerimanya." sembari berusaha tersenyum bahagia mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
More Than Words
General Fiction⏫#157 General Fiction (13 Agustus 2018) #177 General Fiction (3 Agustus 2018) #183 General Fiction (28 Juli 2018) #201 General Fiction (23 Juli 2018) #229 General Fiction (20 Juli 2018) #55 Historical Fiction (???)😂