Bagian 7

445 58 37
                                    

[Beam]
Ketika aku hendak pergi darinya karena aku sudah merasa sakit padanya, karena setiap aku melihat wajahnya selalu membuatku mengingat ucapannya yang setajam pisau itu. Dan langsung saja ia berlari lantas memelukku dari belakang dengan cukup erat, sehingga serasa pinggangku terlipat-lipat.

"Jangan pergi ..." Ucapnya memintaku dengan penuh permohonan.
"Kumohon, tetaplah disini untukku Beam." Imbuhnya.

"Lepaskan aku P'Forth."  Pintaku.

"Kau memanggilku P'Forth. Apa kau masih mencintaiku?" Tanyanya yang membongkar semua perasaan yang ku simpan sendiri selama bertahun-tahun ini.

Aku berusaha menjawabnya dengan gelengan kepalaku saja, tapi ia belum juga mengerti apa yang ku inginkan dan terus memelukku erat sekali.

Aku menangis kala itu karena aku tak bisa menahan sakitnya hatiku sendiri disetiap permintaannya untuk tetap bersamanya itu karena aku tidak ingin dipermainkan.

"Beri aku kesempatan untuk membuktikan bahwa aku benar-benar mencintaimu, Beam." Ujarnya sedikit meminta kepadaku.

"Aku sama sekali tidak bermaksud mengatakan hal itu, saat itu aku benar-benar kecewa melihatmu berciuman dengan gadis itu.

Aku cemburu, karena aku tidak ingin seseorang memilikimu selain aku. Aku tidak menginginkannya." Ujarnya menjelaskan semua yang terjadi.

"Sudahlah, P'Forth!!" Pintaku.

"Tidak Beam, aku tidak bisa kehilangan dirimu lagi ..."

"Sudahlah P'Forth!!" Hingga aku merengek menangispun tak ia lepaskan tangannya itu.

"Hidupku benar-benar hampa saat kau menghilang dariku selama bertahun-tahun."

"Cukup." Pintaku dengan tegas.

Dan saat itulah ia melepaskan pelukannya dari tubuhku dan terdiam seketika melihatku saja. Aku lantas balikan badanku menghadap kearahnya dengan mata sembabku yang masih berderaian air mata.

"Bukankah kau ingat? Kau sendiri yang meminta kepadaku agar kita tidak saling mengenal. Kau orang yang paling ku sayangi, aku akan menuruti semua yang kau inginkan.

Dan aku menuruti permintaanmu itu untuk tidak saling mengenal satu sama lain. Tapi mengapa kau justru tidak menepati janjimu sendiri?

Aku sudah berusaha menjadi seseorang yang terbaik untukmu, dan aku menuruti permintaanmu itu.

Aku sudah memiliki Noh selama 1 tahun. Dia yang selama ini membuatku bahagia dan dia berhasil membuatku melupakanmu setahun lamanya. Tapi mengapa kau justru muncul lagi disaat aku sudah lupa semua tentangmu?" Ucapku yang terus mencercah habis dirinya dengan sepenggal kenangan masa lalu kami.

"Tapi mengapa kau muncul dengan meminta kepadaku agar kita bisa kembali bersama-sama lagi?" Sambungku yang terhenti lagi.
"Apa kau ingin menyakiti hatiku lagi?" Imbuhku bertanya dengan lirih.

Dia hanya diam saja tak bisa berbicara lagi karena sudah ku ungkit semua masa lalu yang menyakitkan itu agar ia sadar diri akan ucapannya hari itu. Dan ku jelaskan padanya pula bahwa aku sudah bertunangan dengan Noh, bahkan ku tunjukan langsung cincin yang melingkar dijari manisku ini adalah cincin tunangan diriku dengan Noh.

"Bahkan aku sudah bertunangan dengan Noh, phi." Ku tunjukan jari manisku "Aku sudah menjadi milik orang lain." Sambungku.

"Tidak. Kau berbohong, kan?" Ucap polosnya yang tidak mempercayai ucapanku.

"Kau harus mengerti, phi. Aku sudah bukan milikmu lagi, aku milik orang lain." Jelasku.
"Dan ku mohon, jangan menggangguku lagi." Imbuhku sedikit meminta.

More Than WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang