Bagian 22

418 50 15
                                    

Forth di hantar oleh sebuah ambulance dan di temani oleh temannya yang bernama Ohm itu, perawat masih mengutak-atik infus untuk Forth sedangkan satunya mencatat perkembangan baiknya.

Beam begitu kejam memperlakukan seseorang yang sangat mencintainya hanya karena sebuah penghargaan. Apalah arti peringkat, penghargaan, dan jabatan bila di bandingkan dengan rasa cinta? Sungguh, Beam sudah kehilangan akal untuk melakukan hal yang sebodoh ini.

Tentu saja Wayo datang menghampiri Beam di ruang ganti dan langsung memasang wajah marah dan siap mencercah habis-habisan.

"Ow, Yo. Sebentar lagi aku akan keluar." Seru Beam.

"Apa kau melakukannya?" Tanyanya Wayo.

"Melakukan apa?" Beam berpura-pura lugu.

"Pria itu." Ucap Wayo tidak menyebut nama, "kau kan yang melakukan kecurangan itu pada pria tadi?" Wayo kembali bertanya.

Beam justru nyengir lucu mendengar tudingan adiknya itu dan berkata "kau ini aneh Yo."

"Kau tahu kau memiliki hubungan dengan pria itu dulu." Tudingnya Wayo.

"Aku melihat semuanya saat kau berciuman dengan seorang gadis di pantai kala itu, dan dia melihatmu, melihat semuanya." Wayo mulai menceritakan yang dia ingat tentang Forth.

"Kau berusaha untuk menjelaskan kesalah pahaman itu, tetapi dia tidak ingin mendengarkan penjelasanmu. Iya kan?

Dan setelah malam itu, pagi harinya saat aku ingin lari pagi. Aku tidak sengaja lewat didepan kamarnya, aku melihat dia tergeletak karena dia mengalami overdosis obat tidur dan itu setelah kau pergi dari penginapan hari itu.

Dan ini semua karenamu, P'Beam. Aku tahu dia sangat mencintaimu, aku tidak tahu alasannya mengapa dia tidak mau mendengarkan penjelasanmu. Tapi yang ku fikir adalah, bahwa dia sangat menyayangi dirimu." Jelasnya Wayo.

"Kau menuduhku mencelakai dia? Aku ini sepupumu tapi kau tidak mempercayaiku?".

"Tidak. Aku tidak mempercayaimu." Sahut Wayo, "karena aku tau dimana letak sifat keegoisanmu." Sambungnya Wayo.

Beam hanya terdiam saka terkena skakmat daro Wayo terus mencercahnya habis-habisan.

"Aku tidak habis pikir dengan sikapmu, phi." Ujar Wayo yang cukup kecewa.

Wayo lantas pergi dengan penuh kekecewaan dan meninggalkan sang kakak yang tetap berdiri mematung disana.

Sementara itu Phana tengah bertandang ke rumah Wayo yang sepi tak ada orang disana. Ia berjalan menuju pintu dan kemudian Phana mengetuk pintu. Tentu saja tidak ada seorang pun yang menyahutinya karena rumah sedang tidak ada orang.

Phana coba ketuk lagi berkali-kali tetapi hasilnya nihil, lalu ia bingung, haruskah ia pergi? Jika dia pergi, siapa tahu Wayo tiba setelah ia pergi. Akhirnya ia putuskan untuk tinggal disana menunggu kepulangan Wayo.

Sedangkan Wayo sendiri sedang bersama dengan Frank menuju ke rumah sakit dimana Forth di rujuk untuk memdapatkan pengobatan pertolongan, mereka berdua menaiki taxi dan sepertinya Wayo masih nampak kesal dengan kakaknya itu.

Frank bingung dan merasa ada hal yang berbeda dari Wayo, lantas saja ia pun langsung menanyakannya untuk menghilangkan rasa kecurigaannya.

"Ada apa, Yo?" Tanyanya Frank.

"Tidak apa-apa, phi." Jawab Wayo yang justru ketus pada Frank.

Lalu ia sadari sendiri bahwa ia sudah bersikap tidak sopan kepada Frank, langsung saja ia minta maaf padanya.

"Oh, maaf phi. Aku tidak bermaksud menjawabnya seperti itu, aku sedang terbawa perasaan saja." Ucap minta maafnya Wayo.

Lalu ia memegang tangan Wayo yang ada di bantalan kursi dan menggenggamnya sambil menjawab "Tidak apa-apa, aku mengerti."

More Than WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang