Bagian 15

316 44 7
                                    

[Kit]
Aku terbangun di pagi hari, karena aku hendak ingin pergi ke suatu tempat menemui ibuku.

Sebenarnya, aku dan ibuku berada dikota yang sama namun kami tinggal di rumah yang berbeda. Hal itu dikarenakan ibuku menikah lagi dengan seorang pria pengusaha sudah hampir 5 tahun lamanya, dan kini ibuku memiliki sebuah restoran yang ia kelola sendiri untuk membantu suaminya mencari nafkah dengan diberi modal oleh suami barunya itu. Ayahku pun juga sudah menikah lagi dengan seorang wanita lain, yang notabene-nya pemilik hotel bintang limah.

Semua keluargaku bergelimang harta bersama keluarga barunya, tapi entah mengapa aku merasa kesepian sendiri dihidupku ini. Tidak ada yang mau mengertikan diriku saat ini, apa yang aku mau, apa yang ku lakukan, apa yang akan ku perbuat, semuanya tidak ada yang menanyakan itu.

Bahkan Ming pun tak ada kabar pagi ini, karena biasanya tiap pagi ia memberiku ucapan selamat pagi meski melalu chat saja. Apa mungkin, ia marah kepadaku mengenai apa yang ku katakan malam itu?

Aku selalu mengecek ponselku setiap saat didalam perjalanan menggunakan taxi, tapi tidak ada chat yang masuk darinya. Lalu ku telfon ibuku sejenak karena untuk memberitahukan kepadanya bahwa aku akan sedang terlambat, tetapi aku tidak memberitahukan dirinya bahwa aku menemui Ming.

"Hallo, ma." Ucapku saat ia menjawab telfonku.

"Iya, nak? Kapan kau sampai?" Tanyanya ibuku.

"Aku sepertinya akan sedikit terlambat, ada urusan yang harus ku selesaikan dulu."

"Urusan apa itu?"

"Nanti akan ku ceritakan kepadamu. Sudah dulu ya ma. Aku sedang dalam perjalanan."

"Baik, nak. Hati-hati yaaa." Ucap ibuku.

"Iyaaa!!"

Setelah menelfon ibuku, ku matikan ponselku dan ku hidupkan lagi karena aku lupa untuk mencoba menghubungi Ming. Panggilanku tersambung, namun tidak diangkat oleh Ming.

"Shit. Dimana kau ini!!" Gumam kesalku sendiri.

Sesampainya aku dikediamannya, aku turun dari taxi dan langsung menuju didepan pintu rumahnya. Ku ketuk sejenak pintu rumahnya, namun taknada sahutan atau seseorang yang membukakan pintu.

Aku lantas mengetuknya lagi, tapi sama sekali tidak ada sahutan atau jawaban. Namun ketika aku mencoba membuka pintunya, pintunya terbuka tidak terkunci.

Dengan bingung aku langsung masuk saja, dan melihat bahwa kunci rumahnya menancap di lubang kunci. Ku tutup pintu rumahnya dan berjalan menuju kekamarnya langsung, karena aku sudah tahu seluk beluk tiap sudut rumahnya dan dimana tempat yang ia sukai dari rumahmya ini di jam sepagi ini.

Begitu aku masuk kedalam kamarnya, aku terkejut karena aku melihat Ming tergeletak dilantai samping tempat tidurnya dan berceceran butiran obat beserta wadahnya di atas kepalanya.

"Ming!!" Aku terkesiap saat itu. Aku berlari menghampirinya, langsung ku tampah kepalanya—mencoba membangunkannya berkali-kali tetapi ia tidak bangun juga.

***

[Wayo]
Ploy sudah pergi terlebih dahulu karena ia sedang mempromosikan produknya yang terbaru. Ploy sedang membantu ibunya yang mendirikan sebuah perusahaan kosmetik yang sudah ternama itu, dan ia menjadi model ambasadornya.

Aku hendak ingin kembali beristirahat, tapi aku merasa jenuh istirahat seharian. Alih-alih iseng membuka ponselku—melihat seluruh chatku di LINE, aku melihat contac P'Frank disana—dimana kala itu kami sedang berdiskusi untuk mengalahkan P'Pha malam itu.

Lalu aku iseng saja menelfonnya, karena aku butuh sedikit hiburan. Berharap tidak dijawab olehnya, tetapi sial ia justru menjawab telfon isengku.

"Hallo .." Ucap P'Frank via telefon.

More Than WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang