Pertarungan antara Wayo dan Singto akan segera dimulai, di tempat VIP yang ada di bekas tempat Wayo bekerja Singto sudah terlebih dahulu duduk manis sembari menghisap sebatang rokok dengan di dampingi beberapa orang gadis yang terus membelai-belai dirinya.
Sang bandar yaitu teman kerjanya Wayo juga hadir disana menanti kedatangan Wayo untuk segera memulai pertarungan. Bukan peperangan tapi ketegangannya melebihi peperangan antar bangsa dan negara.
"Tuan. Jika kau merasa lelah, kau bisa datang ke tempatku lain hari. Aku akan memijatmu sampai kau meraaa tenang." Ujar seorang wanita yang menjadi penggoda.
"Um. Baiklah." Jawab Singto setelah menghembuskam asap rokoknya.
Tak lama yang ditunggu-tunggu pun datang. Wayo datang bersama dengan Frank berdua, Wayo mengenakam jas hitam, dasi hitam, kemeja putih, celana dan sepatu hitam menunjang penampilan elegannya.
"Hoih, Nong. Kau terlihat tampan dan menggemaskan? Apa kau yakin akan menang melawanku?" Tanyanya Singto.
"Aku ... sangat sangat sangat yakin, pelacur." Ucap beraninya Wayo.
Singto terkekeh lalu berkata "Errr .. Baiklah. Mulailah .. Mulailah."
"Yo, apa kau yakin bisa mengalahkannya?" Tanyanya Frank yang ragu-ragu.
"Kita lihat saja nanti P'Frank." Jawab ringannya Wayo.
Dengan santai Wayo duduk, namun yang membuatnya berbeda adalah Wayo tidak ada gadia yang duduk di sebelah-sebelahnya seperti Singto.
Kartu pun mulai di kocok oleh bandar, tiga kali kocokan langsung ditebar satu persatu kartu kepada Wayo dan Singto sesuai peraturan. Frank nampak cemas jika halnya Wayo kala dalam pertaruhan ini.
Setelah dibagi, Wayo dan Singto mengambil kartunya namun Wayo bukan mengambilnya namun hanya mengintip saja.
Setelah melihat kartunya, Wayo sedikit mendorong koin-koinnya untuk dipertaruhkan semuanya.
"Kau mempertaruhkan semuanya, huh?" Tanyanya Singto.
"Krub." Jawab Wayo.
"Aku juga mempertaruhkan semuanya." Ucap Singto melakukan hal yang sama.
"Hei phi, bagaimana jika kita buat 3 ronde?"
"Tawaran yang bagus." Jawab Singto.
"Yo ..." Frank berusaha menyadarkan Wayo.
Wayo mengangkat setengah lengan kanannya untuk membungkam Frank agar tetap diam.
Sedari tadi datang, tatapan Wayo sudah sedikit blank dan nampak mabuk tapi ia berusaha untuk menjaga konsentrasinya agar tidak kecolongan.
"Apa kau ingin aku membuka kartuku dulu, atau ... kau ingin membuka kartumu dulu?" Tanyanya Wayo menantang Singto.
"Silahkan saja." Singto mempersalahkannya dulu.
Dengan ujung telunjuk saja, Wayo dapat membuka kartunya yang membuat Singto mulai sedikit panik. Wayo dapat membaca garis wajah yang ditunjukan oleh Singto, dan ketika Singto membuka kartunya Wayo mulai menebaknya
"Eh." Ucap Wayo.
"Biar ku tebak."
"Kartumu lebih kecil dariku. Benar?" Tanyanya Wayo.Singto menahan ludahnya karena tebakan Wayo sangatlah tepat, begitu Singto membuka kartunya Singto memang kalah.
"Wow, kau pintar sekali." Ucap lecehnya Singto.
Wayo hanya menepuk tangan dengan pelan dan melecehkan.
*Beeep ... Beeep ...*
Ponsel Frank berdering dan lantas dijawablah panggilan masuk dari Phana.
"Ada apa?" Tanyanya Frank menjawab telefon yang sedikit menjauh dari kerumunan.
![](https://img.wattpad.com/cover/155597220-288-k165767.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
More Than Words
General Fiction⏫#157 General Fiction (13 Agustus 2018) #177 General Fiction (3 Agustus 2018) #183 General Fiction (28 Juli 2018) #201 General Fiction (23 Juli 2018) #229 General Fiction (20 Juli 2018) #55 Historical Fiction (???)😂