Bagian 23

325 42 10
                                    

[Ming]
Apa aku masih memiliki harapan? Harapan untuk bertahan hidup bersama Kit, itu saja yang ku inginkan.

Tuhan, kenapa kau memberikanku waktu yang sangat singkat? Aku masih ingin bersama dengan Kit, aku ingin menemaninya sebentar saja. Tapi kau justru memberikanku keputusan yang sulit seperti ini.

Beri aku satu kesempatan terakhir untuk bersama dengan Kit untuk waktu yang lama, aku hanya ingin terus berada didekatnya. Karena hanya dialah kebahagiaanku. Beri aku satu kesempatan.

Hatiku berkata demikian karena aku merasa gundah sekali hari ini. Bahkan aku tidak sengaja menabrak para perawat yang sedang merujuk seorang pasien.

*Bruuuk*

"Maaf, sus. Saya tidak tahu." Jawabku yang bingung sendiri.

"Tidak apa." Jawab salah seorang perawat yang lantas kembali membawa korban tersebut untuk ditangani.

Tak lama aku juga melihat beberapa.orang tiba disana dan aku juga melihat Kit bersama dengan orang-orang itu.

Langkahku terhenti seketika karena aku melihat dia didepan mataku lagi, tapi ia berdiri disana memandangiku begitu saja dan tertinggal oleh orang-orang itu.

"Ming. Kenapa kau ada disini?" tanyanya menatap kepadaku.

"Aku .." Ucapku dengan pandangan kosong karena begitu terharu melihatnya dihadapanku lagi, "aku sedang meminta kepada Tuhan melalui dokter untuk memberikanku satu kesempatan terakhir, Kit." sambungku yang dianggapnya omong kosong.

"Apa maksudnya?" tanyanya Kit.

"Ah .." aku tersadar kemudian, "tidak, tidak apa-apa. Kau harus mengabaikan ucapanku." Pintaku langsung.

[Author]
Tak lama kemudian Frank datang untuk menjemput Kit yang tertinggal. Seketika Ming kembali patah hati karena melihat perhatian yang di berikan Frank kepada Kit saat itu.

"Kit, ayo." Ajak Frank tanpa melihat keberadaan Ming.

"I-i ..." Kit berat untuk menjawab iya.

"Ow, apa dia temanmu?" tanyanya Frank kepada Kit ketika melihat Ming dan Kit saling bertatapan.

"Oh, bukan." Jawab Ming langsung, "aku melihatnya karena aku bingung, dia terus melihatku seperti itu." sambung Ming.
"Permisi." Sambung Ming pamit dengan berjalan yang begitu lemas sekali saat meninggalkan tempat tersebut.

Kit hanya terdiam saja tak bisa berbuat apa-apa lagi selain memendam rasa sakit hatinya sendiri.

"Kit, ayo." Frank kembali mengajak Kit untuk berkumpul bersama yang lain yang tengah menangani Forth yang dibawa kerumah sakit tersebut juga.

Sementara itu Beam nampak duduk melamun di ruang gantinya, ia berkaca didepan cermin yang ada disana dengan pandangan kosong dan merasa bersalah sekali.

Ia teringat kejadian Forth terjatuh dari kudanya yang begiru tragis itu sampai tidak sadarkan diri karena kaki kuda yang ditunggangi oleh Forth tak bisa digerakan.

Semua orang terkejut saat menyaksikan hal itu, dan Beam tetap bersemangat untuk menuju garia finish-nya itu. Beam memang sangat egois, hingga saat itu kejadian itu terus menghantuinya.

Beam saat ini sangat merasa bersalah kepada Forth yang sudah berlaku curang itu dengan menyuntikan suntikan penghilang rasa kepada kuda Forth.

"P'Forth. Maafkan aku." ucap Beam berkaca sendiri.

Langsung saja ia pergi untuk menjenguk kondisi Forth yang sudah dibawa kerumah sakit itu, yang jelas dengan mencoba menelfon adiknya didalam perjalan untuk mengetahui lokasi mereka selanjutnya.

More Than WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang