TIGA

2.7K 189 5
                                    

Ngiiing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ngiiing ... ngiiing ....

Siang yang panas. Suhu mencapai 41° celcius. Kantin penuh sesak dengan para siswa yang kehausan.

Mikayla sudah menggelung rambutnya ke atas membentuk bun. Membuatnya lebih baik dari rasa gerah.

Sedangkan Sabina yang berada di sebelah membiarkan rambutnya terurai. Dia membawa kipas angin portable untuk menyejukkan diri.

"Uwah ... ini panasnya keterlaluan sih. Es jeruk pun gak mempan." Sabina mendorong es jeruknya menjauh.

"Iya nih. Pengen pop slice."

Baru saja Mikayla menutup mulutnya, seseorang menyodorkan es krim. "Buat lo."

Tatapan Mikayla beralih dari es krim di depannya ke seorang cowok yang kini tersenyum ramah.

Ardan, kakak kelasnya di kelas 12 yang tak berapa lama ini sering muncul di hadapannya.

Tapi belum sempat Mikayla menerima es krim itu, seseorang menyambar dengan cepat.

"Makasih ya," tukas Karrie yang tiba-tiba muncul. Dengan cepat dia membuka bungkus es krim dengan rasa jeruk itu lalu memakannya.

"Kar!" Bentak Mikayla kesal.

"Apa?"

Cowok yang kini hanya memakai kaos putih yang ditekuk lengannya itu tak merasa bersalah sama sekali. Dia melirik tajam cowok tadi. "Kenapa masih di sini? Sana pergi."

"Kar, lo ini sister complex ya?" selidik Mikayla.

"Apa? Sister? Complex? Uwah ...."

Karrie menengadahkan kepala. Tidak percaya dengan yang didengar. "Harusnya brother! Gue cowok, Mika! Eh, bukan, bukan. Gue juga bukan sodara lo."

"Udah, ayo pergi. Berisik banget lo." Akmal menyeret Karrie pergi dibantu Jeriko.

"Eh, tunggu! Lepasin!" Karrie meronta, tapi tak berhasil melepaskan diri.

"Si Karrie itu udah kayak kembar siam sama lo. Selalu aja nongol di mana ada lo," ujar Sabina.

"Nah itu kenapa gue bilang dia sister complex."

"Mik, sampe kapan lo mau anggap Karrie itu cewek? Lo sama gak normalnya tau gak sama cowok-cowok yang godain Karrie."

"Gini ya Sabina yang cantik. Sejak kecil gue udah anggep dia cewek. Lo gak tau sih gimana Mama Yola dandanin dia. Kadang gue juga inget kalo dia cowok. Tapi moment itu rare banget. Mungkin pas dia berantem. Itu rasanya logika gue jungkir balik. Enggak bisa nerima kalo dia cowok," terang Mikayla panjang lebar.

Sabina menepuk jidat. "Astagah, otak lo konslet, Mik."

•••

Karrie merebahkan badan di sofa dengan mata terpejam. Dingin AC di ruang OSIS menyelamatkannya dari cuaca panas.

Preety BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang