DUA PULUH

308 27 2
                                    

Di suatu pagi yang kelabu, para siswa dikumpulkan di aula

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Di suatu pagi yang kelabu, para siswa dikumpulkan di aula. Para guru berbaris di depan dengan wajah serius. Di tengah podium berdiri seorang laki-laki muda berusia di pertengahan 30 tahun tampak rapi memakai setelan jas abu-abu. Para siswa mulai berbisik membahas wajah baru itu. Kebanyakan dari mereka menebak kalau itu adalah guru baru.

"Selamat pagi," sapa orang itu dari pengeras suara. "Perkenalkan nama saya Erwin. Mulai hari ini saya akan menggantikan Pak Darto sebagai kepala sekolah."

Semua siswa sangat terkejut dengan kabar yang disampaikan Pak Erwin. Beberapa mulai bergunjing. Sementara Pak Darto hanya berdiam di barisan para guru.

Rumor segera menyebar. Pak Erwin adalah saudara dari pemilik yayasan. Karena koneksi itu Pak Darto dilengserkan dan posisinya diambil oleh Pak Erwin. Kemudian Pak Darto dipindahkan ke bagian umum. Setelah mendengar semua itu, Karrie bergegas mencari Pak Darto. Dan dia menemukannya berjalan di koridor sambil membawa kotak besar berisi barang-barang yang dia bereskan dari kantor kepala sekolah.

Karrie pun mengobrol dengan Pak Darto di ruangannya yang baru. Ruangan kecil yang bercampur dengan pantry dengan cat abu-abu itu nampak suram karena tak pernah ada yang menempatinya. Karrie duduk di sebuah kursi. Sedangkan Pak Darto menata kembali barang-barangnya.

"Kenapa tiba-tiba kayak gini, Pak?"

"Yah, mungkin sudah saatnya Bapak pensiun. Bapak sudah lama menjabat sebagai Kepala Sekolah. Sudah semestinya generasi muda menggantikan," terang Pak Darto.

"Pensiun? Pak, Bapak masih sangat layak menjabat. Sekolah ini baik-baik aja karena pengawasan Bapak."

"Tentu aja karena kamu berhasil menjadi Ketua OSIS yang baik."

Karrie mengingat kembali saat dirinya berada di kelas 10 akhir semester. Saat itu dia sedang bandel-bandelnya. Pergaulannya hampir diluar kendali. Karrie bergaul dengan semua siswa di sekolah. Sayangnya dia lebih sering nongkrong dengan siswa pembuat onar daripada dengan siswa teladan. Padahal nilai pelajaran Karrie sangat bagus. Makanya para guru sangat menyayangkan itu.

Suatu hari Pak Darto menyelamatkannya saat Pak Totok hampir menggundulinya. Pak Darto membuat kesepakatan dengan Karrie. Karrie yang saat itu tengah terdesak, akhirnya menerima tawaran Pak Darto.

"Kamu harus ikut pencalonan Ketua OSIS."

"Hah? Ketua OSIS? Saya, Pak? Bapak gak salah? Saya sama sekali gak tertarik ikut OSIS."

"Daripada kamu makin gak tau aturan, mending kamu ikut organisasi."

Karrie hampir manyahut lagi, tapi Pak Darto berhasil membungkamnya.

"Kamu kan tadi udah deal. Apa mau saya panggilkan Pak Totok lagi?"

Akhirnya Karrie mengikuti kemauan Pak Darto untuk mencalonkan diri sebagai Ketua OSIS. Dan tanpa disangka-sangka dia berhasil memenangkan suara terbanyak dan menjabat sebagai Ketua OSIS. Karrie yang biasanya bergaul dengan siswa bandel, tanpa disadari jadi terlepas dari pergaulan itu karena kesibukan di OSIS. Dengan bimbingan Pak Darto, Karrie mencoba melakukan tugasnya sebagai Ketua OSIS dengan sebaik-baiknya.

Preety BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang