1. Telepon Cewek Misteri #2 - 13 Ghost Stories

16.8K 333 3
                                    

Selesai jam kuliah, Ayu menceritakan padaku tentang apa yang telah dialami beberapa malam belakangan ini. Aku sempat tak percaya mendengar ceritanya. Karenanya Ayu pun mengajak aku untuk mendatangi alamat Karin, si cewek penelpon misterius itu. Karena sama-sama penasaran, kami pun mencari alamat yang dimaksud. Ternyata benar, alamat tersebut nyata. Tadinya kami sudah ketakutan setengah mati. Dalam bayangan kami alamat itu adalah kuburan, seperti cerita-cerita sinetron hantu. Syukurlah ternyata bukan. Alamat itu menunjukkan sebuah rumah sederhana dengan pekarangannya yang luas, penuh dengan aneka bunga. Artinya, rumah itu benar-benar berpenghuni karena terawat dengan baik.


Ayu menyuruhku untuk menekan tombol bel. Tak ada sahutan dari dalam. Ting tong! Kali ini Ayu yang memencet bel. Tetap sepi, tak ada sahutan dari si pemilik rumah. Ting tong! Tangan Ayu tak sadar menekan tombol bel itu lagi. Lalu, keluarlah seorang perempuan setengah baya berpakaian daster dengan langkah yang tergopoh-gopoh.


"Non, cari siapa, ya?" perempuan itu bertanya kepada kami.


"Ehmm... maaf, apa benar ini rumahnya Karin?" Ayu bertanya.


"Iya, benar di sini rumahnya Non Karin, tapi..." nada suara perempuan itu tercekat.


"Ehmm, maaf?" Ayu mencoba mempertegas perkataan si perempuan itu.


"Oh, maaf! Mari, Non, silakan masuk dulu!"


Sejenak, aku melirik Ayu memastikan kaki perempuan itu menginjak tanah atau tidak? Takut kalau-kalau terjadi hal yang tidak diinginkan. Ternyata, kakinya benar menginjak tanah dan punggungnya pun tidak bolong. Aman. Kami melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah mengikuti perempuan tua tadi.


"Mari, silakan duduk! Nama saya Bi Ginah, saya pembantu di rumah ini. Sebentar, saya ambilkan minum dulu," sambungnya menyadarkan kami yang masih bengong.


"Ohh, iya, terima kasih, Bi," balas kami hampir bersamaan.


Tak lama menunggu, pembantu rumah itu keluar membawakan dua gelas minuman dingin. Lagi-lagi kami saling berpandangan memerhatikan dengan seksama isi minuman yang disodorkannya, taku kalau isinya berubah bukan air. Setelah benar-benar yakin kalau gelas itu berisi air, kami berdua langsung menegaknya sampai habis, maklum dari tadi haus.


"Maaf sebelumnya, non-non ini siapanya Non Karin ya?" kata Bi Ginah membuka percakapan.


"Emmm... saya Ayu."


"Dan saya Tika," kataku menyela perkenalan Ayu.


"Kami berdua temannya Karin, Bi!" ucap Ayu singkat. Tidak mungkin kan Ayu mengaku kalau kami datang karena penasaran dapat telepon dari Karin yang belum jelas keberadaannya.


"Tapi, ngomong-ngomong Karinnya mana, Bi?" tanyaku mulai penasaran.


"Aduh, Non! Maaf, apa non tidak tahu kalau Non Karin telah meninggal dunia karena kecelakaan mobil setahun yang lalu?" jawab Bi Ginah terlihat sedih.


Kami tercengang. Aku ingin memastikan kalau Bi Ginah berkata jujur. Bisa saja kan dia disuruh cewek misterius yang mengaku-ngaku bernama Karin itu untuk menjahili Ayu? Sementara, jangan-jangan Karin tertawa puas di dalam salah satu kamar di rumah ini begitu melihat aktingnya berakhir sukses, begitu pikirku. "Maaf mbok, apa benar demikian?" tanyaku memastikan.


"Benar, Non. Non Karin meninggal karena kecelakaan mobil, persis setahun yang lalu, tepat pada hari ini, hari ulang tahunnya. Ketika kecelakaan itu terjadi, Non Karin sedang menerima telepon dari pacarnya sambil menyetir mobil. Non Karin tak sadar kalau di depannya ada bis yang melaju kencang. Mobilnya ringsek parah. Tubuh Non Karin sendiri tergencet di bumper bis itu dan hampir tak dapat dikenali lagi," mata si mbok berkaca-kaca.


'Ehmm.... Kelihatannya Bi Ginah berkata jujur," pikirku sambrl melirik Ayu.


Mendengar cerita bi Ginah, Ayu terlihat pucat dan tak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibirnya. Bi Ginah berjalan meninggalkan kami yang masih bingung menganalisa tentang apa yang telah diceritakannya tadi. Tak lami, Bi Ginah keluar lagi membawa sebuah foto seorang perempuan seumuran kami. Cewek dalam foto itu sedang tersenyum, berkulit putih, berambut lurus sebahu, cantik.


"Ini foto Non Karin," kata Bi Ginah menyadarkan kami yang masih kebingungan.


Kini rasa penasaran Ayu terjawab sudah. Karin sudah meninggal dan orang meninggal tidak mungkin bisa menelepon. Mustahil. Jadi kesimpulannya, pasti ada orang lain yang iseng mengerjainya. Akhirnya kami pamit pulang, setelah mengucapkan terima kasih pada Bi Ginah. Sambil menghidupkan mesin motornya, Ayu masih berpikir, siapa orang yang iseng pada dirinya.


Kira-kira baru berjalan tiga rumah dari rumah Karin, ponsel Ayu berbunyi. Ayu menghentikan motornya dan memeriksa siapa yang telah meneleponnya. Tapi, tiba-tiba raut wajahnya berubah. Ayu berkeringat, bibirnya bergetar seolah ingin mengatan sesuatu padaku entah apa.


To be continued


21 Juli 2014, 17:00 Wib

Horor 13Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang