Setelah mengerjakan tugas kelompok yang diberikan dosen, Agus dan Coki berniat pulang bareng berboncengan motor ke kost mereka.
Ketika pamit pulang, teman-teman mereka menyarankan untuk menginap saja.
"Udah kalian nginep aja, tanggung tahu!" begitu saran temannya.
"Enggak, ah! Besok ada kuliah pagi," jawab Agus dan Coki kompak.
"Halaaahh.... Tumben kalian rajin!" balas temannya seraya meledek.
"Iyalah, tahun ini kita kan termasuk mahasiswa teladan!" Agus meladeni.
"Huuuuuuuuhhh..... teladan dari Hongkong?" sengit temannya tak terima.
"Udah ah, cabut dulu yuk, keburu subuh, Gus!" sela Coki menyudahi perdebatan.
Suara knalpot motor bebek milik Coki lumayan nyaring hingga memecah kesunyian malam. Motor tetap melaju membawa mereka pulang. Selang beberapa menit sampailah di SPBU 24 jam.
"Mau ke mana Mas malam-malam gini?" sapa petugas SPBU sambil membuka tangki bensin.
"Dari rumah teman, mau pulang."
"Rumahnya daerah mana?"
"Tebet."
"Oh, hati-hati Mas, arah sana banyak razia tiap jam segini."
"Wah lagi nggak pakai helm nih, SIM mati pula."
"Lewat jalan Manggarai aja, aman itu. Emang sih lebih jauh, tapi dari pada kena tilang."
"Oh iya, bener juga! Oke deh, nanti kita lewat sana aja. Makasih ya, Pak!"
Suara raungan motor Coki kembali memecah malam. Pelan tapi pasti, motor bebek itu menyusuri jalan Manggarai. Lampu penerangan jalan terlihat remang-remang, di sepanjang rel kereta api mulai tampak sepi. Tak ada satu pun pedagang asongan atau pengamen yang biasanya berkumpul di sana.
Dari jarak pandang yang lumayan jauh, Agus yang duduk di belakang melihat sosok perembuan berambut panjang berbaju putih dan agak lusuh. Penampilan perempuan itu layaknya mahasiswi yang baru pulang dengan menenteng tas besar berisi peralatan kuliah. Tentu saja, Agus nggak akan menyia-nyiakan momen ini. Apalagi kalau ternyata perempuan itu cantik. "Wah...wah... rugi banget melewatinya," begitu kira-kira kata si Agus. Ternyata apa yang dipikirkan Coki benar adanya.
"Cok, berhenti dulu deh, tuh ada cewek jalan sendirian, siapa tahu tujuannya searah sama kita."
"Ogah ah! Udah malam nih, nggak usah macem-macem deh, kalau ternyata dia itu setan baru tahu lo!"
"Ya elah! Elo tuh pikirannya yang horor mulu! Elo nggak kasian apa sama tuh cewek? Kalau ternyata dia nanti kenapa-kenapa gimana, hayo? Udah stop dulu di sini, gue samperin bentar tuh cewek."
Akhirnya Coki mengalah juga. Ia membiarkan Agus turun dari motor dan menghampiri perempuan itu. Dari dekat, Agus melihat wajah yang ketakutan dan sedikit pucat. Sebenernya ia merasa kasihan tapi masih saja mencari-cari kesempatan untuk bisa berkenalan.
"Baru pulang ya, Mbak? Mau ke mana nih? Kayaknya baru pulang kuliah, ya? Atau masih sekolah?"
Tapi perempuan itu hanya membalas dengan jawaban singkat dan terdengar pelan sambil menghentikan langkahnya.
"Mas, mau nyeberang ke arah rel kereta juga? Bareng yuk?"
Duh, Agus serasa mendapat angin segar. Dalam hatinya 'Wah kesempatan gue nih!' Agus pun meminta Coki menuntun motornya dan mengajak jalan beriringan mengantar perempuan tersebut. Sepanjang perjalanan menuju tempat penyebrangan rel kereta, Agus tetap berusaha mencari perhatian. Tanpa sadar, ia melupakan Coki yang tertinggal di belakang karena harus menuntun motor.
Usaha Agus untuk mencairkan suasana sepertinya tak membuahkan hasil. Bagaimana tidak? Semua rayuan maut yang biasa digunakan Agus sebagai senjata pamungkas memikat perempuan sudah dikeluarkan, tapi perempuan itu tetap saja tak bergeming. Ia hanya menjawab singkat pertanyaan yang diajukan Agus semakin lama, Agus pun pasrah.
Perempuan itu terus saja berjalan melewati ilalang yang terlihat gelap. Padahal, masih ada jalan yang lebih terang. Coki yang dari tadi ada di belakang mereka mulai curiga. Sayangnya, Agus terlalu dibutakan oleh kepedeannya menggaet perempuan itu. Dan, ketika sampai di penyeberangan rel kereta api, Coki hanya melihat Agus berjalan sendirian. Sosok perempuan yang sebelumnya berjalan berdampingan dengan Agus tak dilihatnya.
"Eh Gus, mana tuh cewek?"
"Loh iya ya, ke mana perginya tuh cewek."
Ternyata perempuan itu tertinggal di belakang tepat di seberang rel kereta. Sambil berlari-lari kecil, Agus menghampirinya. Mendadak perempuan itu mendekat dan terlihat membisikkan sesuatu ke telinganya. Entah kenapa, Agus bukannya senang, justru mundur beberapa langkah.
To Be Continued
7 September 2014, 07:20 Wib
KAMU SEDANG MEMBACA
Horor 13
HorrorKamu sedang sendiri di kamar? Sekarang lihat kolong tempat tidurmu! Aku sudah menunggu dengan wujud yang mengerikan. Nyawamu akan kurenggut. Tunggu jam 12, aku akan mendatangimu! Jangan sekali-kali tidak membunyikan klakson. Perhatikan sesuatu di se...