4. Sepasang Hantu Pengantin #1 - 13 Ghost Stories

8.9K 160 7
                                    

Cerita ini aku dengar dari Alan, teman satu kampung. Dulu kami sering nongkrong bareng di pinggir jalan depan gapura.


Maklum, hiburan di kampung sangat minim, jadi itulah kegiatan kami sekedar untuk menghibur diri. Apalagi jika malam depan gapura itu selalu ramai, banyak pedagang kaki lima menjajakan dagangannya. Seperti di sanalah satu-satunya tempat favorit anak-anak kampung melewati malam. Biasanya kami main gitar sambil iseng-iseng cuci mata. Di antari kami, hanya Alan yang pintar bermain gitar, ibaratnya, acara nongkrong kurang seru tanpa Alan.


Ada saja yang menjadi bahan obrolan kami, mulai dari urusan perempuan sampai berita selebritis ibu kota. Kalau ingat masa-masa itu, aku jadi kangen pengen pulang kampung. Tapi sayang, aku tak bisa lagi merasakan hangatnya suasana itu.


Terkadang ingin rasanya mengulang masa-masa indah bersama mereka. Tapi itu tak mungkin, karena kesibukan masing-masing. Setidaknya aku merasa lega karena tali silahturahmi masih terjalin baik, khususnya dengan Alan.


Alan ini sahabatku sejak kami sama-sama duduk di bangku SD hingga SMA. Kami akhirnya harus berpisah selepas SMA, karena orangtuaku memutuskan pindah keluar kota. Katanya, ini demi masa depanku karena di kampung belum ada sarana pendidikan yang layak untuk meneruskan ke jenjang perguruan tinggi.


Sejak kepindahanku, hampir setiap hari aku dan Alan bertukar kabar, entah itu melalui SMS atau telpon. Ibu sampai menggodaku kalau kami ini dekatnya seperti layaknya orang pacaran. Aku cuma bisa tersenyum kecut mengingat beratnya berpisah dengan teman semasa kecil. Tapi ya keadaanlah yang memaksa. Jadi, apa boleh buat.


Sudah hampir 1 bulan, kami tak berkabar. Aku tahu mungkin Alan sibuk mengurus bisnis bapaknya sebagai pemasok sayur-mayur ke semua pasar yang ada di kota kami. Entah kenapa tiba-tiba aku memikirkan Alan. Seperti ada telepati, tak lama ponselku pun bunyi. Benar saja dugaanku, suara Alan terdengar dari seberang sana.


"Hai Den, lagi apa? Sorry ya udah lama nih nggak kasih kabar. Maklum, aku baru mulai merintis bisnisnya bapak."


"Iya santai aja, aku ngerti kok. Gimana kabar teman-teman yang lain? Kalian masih nongkrong-nongkrong ya?"


"Mereka baik-baik aja, Den. Kalau nongkrong sih masih, tapi nggak sesering kayak dulu lagi, kalau pada suntuk aja baru janjian di sana."


"Wah, pasti seru ya, kangen euy nyanyi rame-rame sama kalian."


"Iya sama, kadang kami juga ngomongin masa-masa kita dulu. Tapi, sudahlah biar itu jadi kenangan manis masa kecil kita," jawabnya sok tua.


"Iya masa kecil yang bahagia," jawab gue meledek Alan.


"Tapi bener loh, rasanya kayak masih kemarin kita nongkrong bareng! Eh iya mumpung ingat! Bentar lagi si Budi merit loh. Nanti kalau ada waktu, kamu datang ya."


"Iya insya Allah ya, semoga bisa datang. Kangen juga aku sama gapura kita," balasku sambil tertawa.


"Oh iya, beberapa minggu yang lalu ada kejadian tragis di depan gapura kita itu," sambung Alan bersemangat.


"Waduh, kejadian apa tuh?" tanyaku penasaran.


"Ada tabrakan maut yang menewaskan sepasang pengantin baru, kasian deh. Ceritanya saat mereka sedang mencari makanan. Nah pulangnya, pas mau menyebrang jalan, tiba-tiba datang motor dengan kecepatan tinggi dan langsung menghantam mereka. Si pengemudi motor selamat, tapi sayangnya pasangan pengantin itu langsung meninggal di tempat kejadian," cerita Alan menggebu-gebu.


"Pas kejadian kalian ada di lokasi?"


"Enggak sih, aku diceritain sama Bi Ijah. Kejadian ini sempat bikin orang sekampung heboh. Tahu sendiri kan kalau ada berita langsung menyebar sampai pelosok desa."


"Loh, kan udah biasa juga ada kasus tabrakan gitu, Lan?"


"Iya, tapi ini lain, Den! Ada cerita mistisnya gitu dan kebetulan aku yang ngalamin," nadanya terdengar cekat."


"Heh? Serius, Lan? Kok bisa? Gimana tuh ceritanya?"


"Iya, kira-kira berselang tiga hari setelah kejadian, malam itu tepat malam Jumat Kliwon. Kebetulan pula mati listrik karena ada perbaikan akibat listrik korslet. Kita pikir pasti lama nyalanya, jadi kita sepakat janjian nongkrong di depan gapura. Dari pada bete di rumah, dirubung nyamuk."


"Ahhh... kelamaan nih ceritanya, udah penasaran banget nih, Lan."


"Yeee... sabar! Kan biar serasa ikut ngalami gitu."


"Iya, dari tadi aku juga udah nyimak, jadi makin penasaran cerita selanjutnya."


"Oke, oke! Nah, lagi asyik-asyiknya main gitar, nggak tahunya hujan gerimis. Para pedagang pun mulai membereskan dagangannya dan pulang. Padahal kan kamu tahu sendiri biasanya mereka jualan di sana sampai tengah malam.


"Iya, terus?"


To Be Continued


24 Agustus 2014, 07:25

Horor 13Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang