Mataku seolah-olah tak dapat diajak kompromi lagi. Dengan menahan kantuk yang teramat sangat, aku masih setia duduk disudut Stasiun Solo Balapan.
Ditambah lagi perut yang mulai kosong semakin melengkapi penderitaanku. Sudah hampir tiga jam aku tertahan di stasiun ini, menunggu kereta terakhir tiba. Jam di pergelangan tanganku pun telahn menunjukkan pukul sembilan malam.
Aku menghela napas dalam-dalam, mencoba untuk tetap bersabar. Kalau saja besok bukan ulang tahun pernikahan perak ayah dan ibu, mungkin aku akan berpikir ulang untuk pulang.
Weekend kali ini benar-benar membuatku kewalahan. Ditambah lagi tugas kuliah yang menumpuk, rasanya aku sendiri tak yakin mampu melewatinya. Tapi apa daya, ibu sudah jauh-jauh hari mengingatkanku untuk pulang. Sebab, acara itu akan dihadiri oleh seluruh keluarga besar kami.
Karena tak ingin mengecewakan ibu, aku pun rela memenuhi keinginannya. Dan sejak tadi sore, ibu tak henti-hentinya meneleponku untuk memastikan kepulangan aku. Beliau khawatir aku batal pulang akibat kesibukanku di kampus.
Akhirnya, aku berhasil meyakinkannya. Aku berjanji akan pulang meski harus naik kereta terakhir. Sekarang di sinilah aku, duduk merenung seorang diri ditemani semilir angin malam yang dingin.
Tanpa sadar, stasiun mulai tampak sepi. Beberapa orang yang tadi setia menunggu, entah ke mana perginya. Mungkin saja mereka pulang karena tak sabar menunggu atau sedang ke kamar kecil. Entahlah. Pedagang asongan pun sudah bersiap membereskan dagangannya untuk kembali pulang. Kini hanya tinggal aku seorang diri di stasiun ini.
Mataku nanar menoleh sekeliling, mencoba-coba mencari-cari keramaian. Tapi, tetap saja sepi, tak ada satu pun di sini, kecuali aku. Tiba-tiba, dari arah belakang terdengar suara laki-laki menegurku dan nyaris membuatku kaget setengah mati. Betapa tidak? Padahal, baru saja tadi aku memastikan tidak ada siapa pun di sini. Tapi, kok? Belum sempat terjawab, bapak tua berseragam lusuh itu tersenyum padaku seraya mengepulkan asap rokok kreteknya. Dahinya berkerut memerhatikanku. Anehnya, ketika mulai mendekat, aku sama sekali tak takut. Dengan ramah dia tersenyum ke arahku.
"Nak, masih tahan menunggu keretanya?" tanyanya dengan suara serak.
Aku tersenyum dan membalas pertanyaanya. "Masih, Pak. Tanggung soalnya. Saya udah hampir tiga jam di sini. Dan kalau balik pulang, biasanya jam segini udah nggak ada angkot lagi. Jadi, saya tetap memilih menunggu kereta."
Dia menganggukkan kepala, lalu memandang jauh ke arah lajur datangnya kereta. Pandangannya menerawang dan wajahnya terlihat pucat. Sambil terbatuk-batuk dia berkata,"Nak, sepertinya sebentar lagi kereta terakhir tiba. Kamu tenang aja. Kereta tua itu akan membawamu pulang dengan selamat."
Aku sempat heran, sebenarnya apa ang dimaksud dengan kereta tua? Bukankah selama ini keretanya sama? Sepengetahuanku, semua kereta tua yang ada di sini sudah tidak beroperasi lagi.
Kereta-kereta tua itu kabarnya akan dijadikan kereta api wisata dengan jalur melewati tengah kota sehingga menjadi objek wisata khas Kota Solo. Bapak tua itu seolah-olah bis menebak isi kepalaku. Ia pun tertawa kecil dan berkata, "Jangan khawatir. Kereta tua ini hanya sementara. Karena kami tak ingin mengecewakan penumpang yang setia seperti kamu."
Setelah menjelaskan, dia pun beranjak pergi. Aku hanya menganggukkan kepala seolah memahami apa yang ia katakan. Tatapanku megantar kepergiannya hingga bayangan tubuhnya menghilang ke arah ke arah ke pintu samping stasiun.
Kini, aku sendiri lagi, menunggu kereta terakhir yang kata bapak itu sebentar lagi akan tiba. Dengan terkena, aku melawan rasa kantuk yang kembali menyerang.
Beberapa saat kemudian, terdengar suara peluit di telingaku. Dengan sigap, aku kemasi barang bawaanku. Dari kejauhan, terlihat bayangan kereta hitam panjang dengan suara gemuruh yang menggetarkan dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Horor 13
TerrorKamu sedang sendiri di kamar? Sekarang lihat kolong tempat tidurmu! Aku sudah menunggu dengan wujud yang mengerikan. Nyawamu akan kurenggut. Tunggu jam 12, aku akan mendatangimu! Jangan sekali-kali tidak membunyikan klakson. Perhatikan sesuatu di se...