3. Penampakan di Lift Kampus #2 END - 13 Ghost Stories

7.9K 199 2
                                    

Awalnya, nggak ada rasa curiga atau takut sedikitpun meski hari sudah makin gelap dan sebentar lagi adzan Maghrib. Pikirannya cuma satu, pengen cepat pulang. Lagipula dia juga sudah terbiasa pakai lift itu.


"Emang ada apa? Biasanya juga nggak apa-apa kok, masa takut?" begitu pikirnya menghibur diri.


Ola menekan tombol lift dan pintunya pun terbuka. Ola masuk dan menekan tombol 1-lobby. Pintu lift menutup dan bergerak-gerak pelan-pelan menuju lantai 1. Tapi pikirannya mendadak galau, entah kenapa. Di sinilah pengalaman horor dimulai. Menurut penuturannya Ola, lift itu nggak langsung terbuka di lantai 1 tapi terus turun menuju lantai basement.


"Apaaaaa???? Basement????" teriak gue terheran-heran. Masalahnya, basement itu udah lama nggak terpakai. Jadi siapa dong yang mencet tombol lift dari basement?" tanya gue penasaran.


"Nah itu dia masalahnya! Tahu nggak apa yang gue lihat di sana?" Ola balik tanya sambil memeluk gue ketakutan.


"Apa??" jerit gue dan ibu kantin bersamaan.


"Pas lift itu turun, gue pengin teriak minta dibukain, tapi kan emang nggak ada siapa-siapa di sana. Ya, gue pasrah aja sambil baca-baca doa. Duh mungkin itu kali yah yang disebut mati berdiri.


Sebelum pintu lift terbuka, ada guncangan di dalam lift. Gesekan tali lift di putaran roda gear-nya pun gue rasain. Gue cuma bisa tengok kanan kiri, tapi sekali lagi tubuh gue nggak bisa gerak. Gue cuma ngandelin telinga dan berusaha sekuat tenaga mendengar apa yang terjadi di sekeliling gue. Nah pas pintu lift terbuka, gue tahan napas. Gue lihat itu lantai basement kotornya minta ampun, gelap pula. Di sana banyak banget tumpukan bangku-bangku rusak. Baunya juga nggak enak banget, anyir gimana gitu, pengap rasanya. Eh.... eh.... kok mata ini ngelihat aja tuh cewek berambut panjang. Gue langsung sadar kalau itu pasti hantu. Dengkul gue lemes, jantung gue deg-degan nggak karuan. Tapi mata gue nggak bisa lepas dari tuh cewek. Kayaknya dia pengin ikutan masuk lift, tangannya menggapai-gapai ke arah gue. Gue panik, buru-buru mencet tombol lift biar pintunya cepat menutup lagi. Gue sempat lihat tuh matanya, kayaknya marah gitu, ampuunnn... serem bangetttttt!!!" jerit Ola histeris.


"Sabar, Non. Istighfar, Istighfar," ibu kantin berusaha menenangkan Ola.


Pelukan Ola ke gue makin erat, badannya gemetar ketakutan.


"Aduh Wi, baru kali ini gue ngalami kayak gini! Makasih deh, gue nggak mau lagi! Gue nggak mau lagi naik lift sendirian! Lo juga harus janji ya, selalu nemanin gue tiap kali naik lift itu!" rengek Ola kayak anak kecil.


"Iya tenang aja, La, gue akan nemenin elo" hibur gue meski sebenernya takut juga.


"Eh, La, jangan-jangan lo ngelakuin sesuatu yang salah makanya sampai digangguin gitu, coba deh lu inget-inget lagi," sambung gue sok tahu.


"Maksudnya apa sih? Nggak paham gue, Wi!"


"Gini loh, sayang. Cob ya sambil diinget-inget baik-baik. Mungkin kemarin atau tadi pagi elo pergi ke mana gitu, ke makam misalnya atau ke tempat-tempat angker gitu? Soalnya nggak mungkin tiba-tiba elo dilihatin penampakan kalau nggak ada sebabnya."


Ola berpikir sejenak. "Eh iya, baru inget gue! Tadi pagi-pagi, gue nemenin nyokap nyekar ke makam opa. Nah di sana, gue nggak sengaja duduk di batu nisan, gue kira itu batu. Apa karena itu ya, Wi?" jelas Ola setengah bingung.


"Iya bisa jadi sih. Sepulang dari sana lu bersih-bersih nggak?"


Ola menggeleng pelan. "Gue nggak kepikiran, lagian sebelum ke makam, gue udah mandi. Pulang dari sana, nyokap minta mampir dulu ke pasar, abis itu pulang nge-drop nyokap. Terus gue langsung cabut ke kampus," jelas Ola mendetail.


"Yeee..... jelas aja lo diikutin! Ya udah, nanti sampai rumah langsung mandi yang bersih! Oke?" lagak gue memberi perintah.


"Iya, siap! Pantesan tadi badan gue juga nggak enak kirain laper. Bisa jadi gara-gara dari makam itu kali, ya?"


"Iyeee... tapi habis juga tuh gado-gado 2 porsi," goda gue sambil melirik ibu kantin minta dukungan.


"Iyee... iye... gue laper juga tahuuuu!!!!" balas Ola ketus karena merasa tersindir.


"Udah, Non. Anggap aja ini pelajaran. Benar kata Non Dewi, lain kali kalau pulang dari makam biasain bersih-bersih dulu, cuci tangan, kaki, dan muka," saran ibu kantin menyudahi pembicaraan. Ola hanya bisa menjawab dengan anggukan.


_END_


10 Agustus 2014, 09:05 Wib

Horor 13Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang