Dalam tidurnya, Didi berada di suatu tempat yang luas dan hanya diterangi sebuah lilin kecil. Samar-samar ia melihat bayangan cewek berambut panjang, berpakaian serba putih dan duduk di lantai sambil menangis. Didi tak bisa melihat wajahnya, yang terdengar hanya tangisan pilu. Didi merasa kasihan dan mulai mendekatinya. Tapi, tiba-tiba cewek itu menghilang dan muncul tepat di hadapan Didi sambil memegang kepalanya. Didi terbangun tubuh yang basah oleh keringat. Tak lama kemudian, terdengar teriakan mama yang membangunkannya untuk berangkat ke sekolah.
Saat jam istirahat, Didi menceritakan mimpinya ke Tomi.
"Nah, awas lo nanti malam siap-siap mimpi basah sama tuh cewek!" ledek Tomi sambil tertawa lepas.
"Ahhh... lo tuh ye, bukannya bantu temen yang lagi susah, eh malah ngeledek!" balas Didi kesal dan meninggalkan Tomi menuju kelas.
Akhirnya bel tanda pulang sekolah berbunyi. Tak seperti biasanya, hari ini Didi buru-buru pulang ke rumah. Padahal, tadi ia sempat mengiyakan ajakan teman-temannya untuk berlatih basket. Tapi Didi merasa badannya lemas dan kurang bersemangat melakukan apa pun. Didi perpikir lebih baik pulang, mandi, dan menonton TV, berharap dapat melupakan kejadian aneh yang dialaminya.
Jarum jam berdentang sebelas kali, tanda pukul sebelas malam. Baru saja Didi beranjak masuk kamar tiba-tiba mendengar suara orang main ayunan di taman depan rumah.
"Ah, mana mungkin Rani, adiknya yang paling kecil, berani main ayunan malam-malam," pikirnya.
Karena penasaran, ia mengintip dari balik jendela kamar. Sekali lagi, Didi dibuat terkejut, karena ternyata yang main ayunan itu cewek tanpa kepala yang dilihatnya di pinggir jembatan beberapa hari lalu.
Karuan saja Didi loncat ke atas kasur dan menyelimuti tubuhnya rapat-rapat. Menit demi menit berlalu, ia berhasil menenangkan diri. Karena haus, Didi keluar kamar menuju dapur.
Dengan santainya ia menuangkan air dingin ke dalam gelas. Pelan-pelain ia pun mulai membasahi tenggorokannya. Baru satu tegukan, lagi-lagi Didi tersentak kaget oleh bayangan seseorang.
"Mah, ngapain, Mah?"
Tak ada jawaban, sosok itu hanya terdiam.
"Oh... Bi Sum yah? Belum tidur, Bi?" tegur Didi tanpa curiga.
Sama saja, tak ada jawaban. Dan tiba-tiba, sosok itu melintas dihadapannya lalu menghilang.
Didi hanya bisa terdiam kelu. Keringat dingin membahasi tubuhnya, jantungnya berdegup kencang dan kakinya sangat berat untuk melangkah. Setelah 5 menit berlalu, Didi berlari sekuat tenaga menuju kamar mama sambil berteriak ketakutan hingga membangunkan seisi rumah.
"Ada apa, Nak?" tanya mama kaget.
"Iiiiittuuuuu...! Ada seeettttaaaannnnnnn," jawab Didi terbata-bata.
"Ah, ngaco kamu! Lihat di mana?" papa ikut bertanya.
"Itu tadi Didi lihat di dapur dan ruang tamu," jawab Didi sambil menunjuk ke tempat ia melihat penampakan.
"Kakak jangan nakut-nakuti Rani dong!" jerit Adiknya mulai ketakutan.
"Beneran, tadi kakak juga lihat di taman, kirain kamu yang main ayunan, eh ternyata bukan!"
"Sudah-sudah, nggak usah dibahas lagi! Biar mama telepon Om Zaki dulu." potong papa.
Malam itu juga mama menelpon Om Zaki, adik mama yang kebetulan seorang ustad dan bisa melihat hal-hal gaib. Tak menunggu lama, Om Zaki tiba di rumah. Beliau langsung tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Ternyata, benda bulat yang ditemukan Didi disemak-semak itu adalah sebuh kepala milik cewek yang mendatanginya di dalam mimpi. Cewek itu marah karena menurutnya, Didi telah membuang kepalanya. Sebenarnya cewek itu hanya menuntut permintaan maaf dari Didi tanpa berniat mengganggu. Jadi melalui om Zaki, akhirnya Didi meminta maaf atas perbuatannya. Malam-malam berikutnya, Didi pun tak pernah melihat penampakan hantu cewek tanpa kepala itu lagi. Tak lupa Didi juga makin rajin sholat dan mengaji untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan.
END
25 Juli 2014, 08:40 WIB
KAMU SEDANG MEMBACA
Horor 13
HorrorKamu sedang sendiri di kamar? Sekarang lihat kolong tempat tidurmu! Aku sudah menunggu dengan wujud yang mengerikan. Nyawamu akan kurenggut. Tunggu jam 12, aku akan mendatangimu! Jangan sekali-kali tidak membunyikan klakson. Perhatikan sesuatu di se...