"Rasa Hampa"

266 5 0
                                    

Flo pun letih dengan tangisannya hingga dia tertidur di pangkuan bahu sahabatnya. Kevin mengangkat sahabatnya agar dia bisa tertidur dengan nyaman. Di pagi hari, Kevin telah menyajikan sarapan untuk teman-temannya. Flo pun bahagia dengan sahabatnya yang sangat rajiin. Terlebih dengan Nana yang sangat beruntung punya pacar yang pandai memasak.

"Kok cuma kita bertiga Steven mana?",tanya Flo.

Kevin menjelaskan kepada Flo kalau Steven semalam disuruh pulang dengan Maminya. Karna Daddy-nya yang sudah pulang ke Indonesia. Flo tiba-tiba sangat cemas dengan keadaaan Steven. Flo berpikir jika nanti sahabatnya akan pindah ke luar negeri dan akan meninggalkan dirinya. Flo hanya bisa menghembuskan nafasnya sambil memasang selai di rotinya.

Nana,"Buruan Flo. Ntar kita telat kesekolah nih".

Akhirnya sarapan mereka berakhir. Mereka pun diantarkan oleh drivernya Flo ke sekolah. Di kelas, Flo melihat bangku Steven yang masih kosong. Sementara itu, geng CINVAN yang masih belum menyerah untuk menggoda Revan. Flo bahkan tidak peduli lagi dengan Revan yang diganggu oleh geng CINVAN. Revan pun heran dengan Flo yang tidak membela Revan. Biasanya Flo selalu membelanya dengan alasan bahwa Revan pacarnya. Flo pergi keluar kelas dan dia duduk di taman dengan sendirinya. Sepulang sekolah Flo, pergi ke Cafe Batavia. Di sana dia melihat Steven yang sedang nongkrong sendiri. Dia datang untuk menghampiri Steven yang sedang termenung. Steven pun tidak percaya bahwa Flo yang datang menghampiri dirinya.

"Gue bole gak gabung bareng lu?",tanya Flo.

Steven hanya bisa menangukkan kepalanya sekali. Flo pun duduk dengan izin yang diberikan oleh Steven. Flo malah tambah kasihan dengan raut mukanya Steven. Dia merasa bersalah bahwa semalam dia tidak ada disisi sahabatnya sendiri.

"Lu, napa gak sekolah hari ini?",dengan perhatian mencemaskan.

Steven menjelaskan dengan detail bahwa dia tidak akan bisa lagi bersekolah di Indonesia lagi. Daddy-nya akan membawa Steven ke luar negeri lagi. Mendengarkan kejelasan Steven, Flo sangat sedih ditinggalkan oleh sahabatnya.

"Lu tega Steven, ninggalin gue dalam keadaan begini. Gue tau lo bisa lakuin sesuka lu di dunia ini. Trus lo ninggalin gue. Tega lu",sambil pergi meninggalkan Steven.

Steven tidak mengerti dengan maksud tujuan kedatangan sahabatnya. Dia pun pergi untuk mengejar Flo yang pergi. Steven menarik tangan Flo, hingga Flo berbalik badan ke hadapan Steven.

"Maksud lo apaan?",dengan tatapan tajam.

"Gue pengen lu disisi gue"

"Selama ini, gue ada disisi lo. Bahkan berapa kalinya lelaki pecundang itu menyakiti lo gue selalu ada kok buat lu. Semalam gue ungkapin perasaan gue. Tapi apa? Semuanya sia-sia lu gak dengarin gue. Bahkan lu cuekin gue dengan gaya lu".

"Okay Fine. Gue salah, gue minta maaf ama lu. Dan gue mohon jangan tinggalin gue sendirian",harapnya dengan tulus.

"Sorry Flo, kalau itu kemauan lu. Gue gak bisa mewujudkannya. Karna gue harus ikutin daddy".

Steven hanya bisa pergi meninggalkan Flo. Flo kecewa dengan Steven yang pergi begitu saja. Tiga hari berlalu, dengan cepatnya Steven juga masih belum masuk sekolah. Flo tak sanggup dengan keadaan Steven yang semakin lama membuat hatinya semakin kesepian. Ketika Flo, turun dari tangga lantai dua dia terjatuh. Sebelum dia terjatuh ada sosok cowok yang memperhatikan Flo hingga dia mengulurkan tangannya. Flo pun terjatuh di pangkuan tangannya cowok tersebut. Flo kaget dengan cowok yang menyelamatkan dirinya. Cowok tersebut adalah Revan. Revan termenung dengan menatap wanita yang dia selamatkan. Dia seperti berpikir dengan adanya muncul memori yang ada di dalam otaknya. Flo langsung berdiri dengan tegap dan merapikan seragam sekolahnya. Revan merasa ada yang salah dengan pikirannya. Hingga dalam benaknya muncul memori dengan menyelamatkan sosok bocah wanita. Disana, dia memanggil bocah tersebut dengan sekuat tenaganya. Revan merasa kepalanya berguncang dengan cepat sehingga Revan pingsan. Flo ketakutan dengan kondisi Revan yang semakin lama makin parah. Siswa yang melihat Revan pingsan membawanya ke UKS. Flo merawat dan menunggu Revan hingga sadar. Revan tertidur dengan bermimpi buruk. Dalam mimpinya, dia memanggil nama Flo setelah kecelakaan yang terjadi. Revan terbangun dan dia meninggat kembali memorinya selama ini. Revan akhirnya mengingat kondisi kecelakaannya.

"Syukurlah kalau lu dah sadar. Nih minum tehnya dulu. Dari tadi lo mimpi buruk",sambil menyerahkan segelas teh.

Revan meminum segelas teh yang diberikan Flo. Lalu, Revan melepaskan kain yang diatas keningnya.

"Thanks ya lu dah rawat gue. Sorry gue balik duluan",meninggalkan Flo di UKS sendirian.

Flo sangat sedih dengan dirinya karna tiada orang lagi yang berada disisinya. Semua sahabatnya sibuk dengan pacar barunya, hingga lupa dengan Flo. Flo makin merenungi nasibnya yang sedang sendiri. Flo merasakan bahwa nasibnya yang makin malang. Tak disadari Flo, bahwa handpone-nya berdering semenjak lima menit yang lalu. Flo melihat bahwa 10 panggilan tak terjawab dari sahabat karibnya Steven. Flo dengan cemas memanggil kembali panggilan tersebut. Sahabatnya menjelaskan bahwa hari ini Steven akan berangkat ke tempat dimana Daddy Steven berada. Mereka sekarang berada di bandara yang sekitar satu jam lagi akan berangkat. Flo dengan terkejutnya mendengarkan penjelasan tersebut. Flo langsung bergegas lari pergi untuk menemui Steven. Di jalan, dia melihat Rean yang sedang mengendarai motor. Flo menghentikan Revan yang sedang mengemudi motornya. Dengan mendadak Revan me-rem motornya. Revan melihat bahwa Flo yang menagis dengan histerisnya.

"Gue, butuh bantuan lo. Tolong anterin gue ke bandara. Steven mau balik ke New York"

SENIOR HIGH SCHOOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang