*Votement nya yah, guysss!!!
Suasana Mall Senayan City di siang hari begitu agak ramai. Banyak para pengunjung mulai dari anak-anak sekolah, para karyawan kantor dan pengunjung lainnya datang dengan berbondong-bondong. Ada juga yang datang seorang diri.
Di bagian aksesoris---tempat Safira berjaga, begitu ramai. Dan kebanyakan pengunjungnya perempuan. Kalian mesti pada taulah, jika aksesoris bagi perempuan itu penting. Dan paling utama.
Setelah para pembeli satu persatu telah pergi, para karyawan khususnya Santi yang sejak tadi sudah mengeluh saking banyaknya pembeli yang datang.
"Hufttt... sumpah ya Ra, seumur-umur kita kerja di sini, baru kali ini gue ngedapatin pembeli kayak tadi," ujar Santi seraya mengelap peluh keringatnya.
"Ya alhamdulillah kalau gitu. Kita tuh, mestinya bersyukur, San. Karena hari ini Allah ngasih kita rejeki. Bukannya mengeluh kayak tadi" ucap Safira seraya geleng-geleng kepala.
"Iya sih. Eh btw, Aska tadi nggak ngabarin lo?"
"Nggak. Ngapain juga gue mesti nunggu kabar dari dia. Nggak penting tau nggak,"
"Yee... ditanya malah ngeyel. Gue cuma mau ngubah kebiasaan lo doang, Ra. Supaya lo itu jadi terbiasa dengan keadaannya Aska," ucap Santi.
"Nggak. Dia nggak ngabarin gue sama sekali. Puas?"
"Sensi amat sih lo, syukur-syukur lo saha---" ucapan Santi terpotong saat dering ponsel Safira berbunyi.
"Aska nelfon, San"
"Diangkat coba. Siapa tau aja, dia lagi mau ngajak jalan" goda Santi.
"Apaan sih,"
Safira pun mengangkat telfon.
"Halo, Ka?"
"Ra, lo lagi apa sekarang?"
"Ya, ini gue lagi jaga. Emang kenapa?"
"Oh,, nggak, nggak ada apa-apa kok. Sama siapa lo jaga?"
"Biasa, gue sama Santi,"
"Mmm... gimana kalau gue ijin buat ngejaga hati lo?"
"Apaan sih. Candaan lo itu nggak mutu tau"
"Ya, justru nggak mutu, mesti di mutuin candaannya. Biar nggak garing"
Safira mengernyit, menandakan bahwa dirinya bingung dengan pernyataan Aska, "lo ngomong apaan sih, Ka? Kok malah nggak jelas gini? Udah ya, gue mau istirahat dulu. Capek soalnya. Lagi banyak pembeli hari ini,"
"Yaudah kalau gitu. Mm,, entar malam, lo sibuk nggak,?"
"Nggak sih. Emang kenapa?"
"Nanti lo tau. Udah, kalau gitu lo istirahat aja sana. Pulihkan tuh, tenaga lo. Biar bisa fit lagi. Oke?"
"Iya iya," telfon pun dimatikan.
"Ciiee... kayaknya ada yang lagi udah good mood nih,"
"Apaan sih. Eh, katanya lo mau makan dari tadi. Yaudah, yuk. Gue juga laper" ucap Safira yang mencoba mengalihkan pembicaraan.
****
Aska tengah berada di kantin kampus. Setelah mengobrol dengan Safira, entah kenapa suasana hatinya menjadi baik lagi.
Kali ini, ia tidak sendirian. Ia bersama dengan Ivan. Sebenarnya, Aska tadi ingin langsung pulang. Tapi karena paksaan Ivan, ia pun terpaksa makan siang di kantin.
"Jadi gimana, Ka? Apa lo udah mau ngelangkah ke arah yang lebih serius?" Tanya Ivan setelah menyeruput jus mangganya.
"Nggak tau nih. Tapi, kali ini gue lagi mikirin rencana itu,"
"Menurut gue nih ya, lo nggak perlu buru-buru nembaknya. Karena kalau buru-buru, bisa jadi dia nggak bisa mikir dengan cepat. Baru aja jadi sahabat, udah mau ngajak pacaran. Ini tuh namanya, 'kebelet pacaran',"
"Mau gimana lagi, Van. Gue takut kalau nanti Fira, cuma nganggap gue sebatas sahabat doang. Nggak lebih. Sedangkan gue, gue anggap dia lebih dari itu. Dan gue takutnya lagi, kalau ada orang yang tiba-tiba nikung gue." Jelas Aska.
Ivan sedikit terkekeh, "Aska, Aska. Lo ini ya. Gue mau tanya sama lo. Apa baru kali ini, lo suka sama cewek? Ya secara kan, kalau tipe-tipe kayak lo itu, udah biasa suka sama cewek. Lah ini, malah kayak kebelet banget. Seakan-akan, lo itu takut di lomba"
"Iya. Gue jujur sama lo. Emang dari dulu, gue nggak pernah suka cewek kayak segininya. Baru kali ini. Kayak gimana ya, pas gue pertama kali ngeliat dia, gue----"
"Jatuh cinta pandangan pertama?" Potong Ivan.
"Yap. Semacam itu,"
Ivan kembali terkekeh lagi, "Aska, gue kasih tau ya, Safira itu nggak mungkin mudah suka sama cowok. Mungkin lo udah denger ceritanya Santi, kalau Safira itu nggak pernah pacaran sama sekali,"
"Iya. Dia udah cerita ke gue."
"Nah itu. Gue kasih tips sama lo. Kalau lo suka sama cewek, lo jangan langsung nembak dia. Lo mesti pakai cara pedekate dulu. Biar tuh cewek, jadi terbiasa sama lo. Terus, proses pedekate lo itu, jangan cepet berhenti gitu aja. Lanjut terus. Sampai dia merasa nggak bisa jauh dari lo. Nah, kalau udah kayak gitu, baru deh, lo nyusun rencana buat nembak dia. Gimana, simple kan,?" Papar Ivan.
"Ya juga ya"
"Kali ini, gue tanya sama lo. Menurut lo, Safira di mata lo gimana sih?"
"Dia itu, tipe cewek yang ngegemesin. Kadang gue gemes sama sikapnya dia. Setiap gue nawarin sesuatu ke dia, dia seakan-akan nggak mau terima pemberian orang. Kayak dia tuh, berat banget buat nerima sesuatu. Itu yang ngebuat gue suka sama dia"
"Ohhh, jadi cuma itu doang?"
Aska mengangguk, "yup. Nggak ada yang lain"
"Astaga, Ka. Sumpah, alasan lo itu logis banget. Cuma karena sikap doang, lo langsung jatuh cinta?" Ivan geleng-geleng kepala.
"Iya. Karena gini ya, Van. Jatuh cinta itu nggak perlu memandang fisik dari kecantikan maupun kayanya. Jatuh cinta itu juga bisa dari sikapnya seseorang. Lebih jelasnya lagi, semua orang memiliki cara yang berbeda buat jatuh cinta. Termasuk gue." Jelas Aska.
"Hebat lo, Ka. Salut gue. Gue doain, semoga lo bisa pacaran sama Fira. Karena kalau dilihat, lo berdua itu, cocok loh."
Aska seperti merasa agak tersipu di puji seperti itu. Ternyata, bukan hanya perempuan saja yang bisa tersipu, laki-laki pun juga bisa tersipu mendengar pujian.
****
Maaf baru muncul lagi...
Aku ingatin sekali lagi, vote dan komen nya!!
Dear pembaca setia,
Tolong jangan jadi SIDER yah. Sekali-kali sempatkan jempol kalian buat mencet bintang ☆.. oke?Aku tunggu!!!
Tertanda,
Penulisdi- Tempat

KAMU SEDANG MEMBACA
SafirAska
RomancePertemuan pertama di koridor kampus membuat perasaan di antara keduanya muncul secara perlahan-lahan yang membuat mereka menjalin suatu hubungan yang serius. Suatu hari nanti hubungan yang mereka buat akan menimbulkan sebuah masalah yang baru mereka...