23. Pakar Cinta

16 1 0
                                        

Ost for this part (3 Composers-Bangun Cinta)

****

Safira menangis sejadi-jadinya di kamar. Mengingat kejadian tadi membuat kepalanya terasa sakit saat memikirkannya.

Safira berpikir jika Aska memang benar-benar tulus mencintainya. Tapi ternyata hal itu jadi bayang-bayang saja.

Safira merasa menyesal telah menaruh hati pada orang yang pengecut seperti Aska. Tidak ada berita atau apapun, tiba-tiba saja Aska sudah dijodohkan dengan orang lain. Hal itulah yang membuat hati Safira rasanya jadi remuk.

Ternyata benar adanya apa yang dikatakan oleh Santi kemarin. Jika kebahagiaan juga mampu membuat orang terjatuh. Seperti inilah yang dirasakan Safira sekarang.

Ditengah tangisnya, suara dering ponsel menyita perhatiannya. Dengan mata sembab, ia pun melihat ke layar ponselnya.

Orang yang dia benci, yang baru beberapa menit ia sebut sebagai cowok pengecut itu menelfonnya. Safira tidak mengangkat telfon itu. Ia hanya membiarkannya berdering terus.

****

Aska jadi dilanda kegelisahan sekarang. Ia baru saja menelfon Safira. Tapi cewek itu tidak mengangkatnya.

Apa yang harus ia lakukan sekarang? Ia sudah berhasil membuat cewek yang ia sayang kembali membencinya lagi. Padahal Safira sudah memaafkannya kemarin. Tapi sekarang, ia kembali di benci lagi.

Aska tiba-tiba berpikir untuk menelfon seseorang. Ya, mungkin saja orang itu mampu membantunya dalam menyelesaikan masalah ini.

Ia pun menguatkan tekadnya untuk menelfon orang itu. Setelah tersambung, tanpa berpikir panjang sekalipun, Aska langsung to the point tentang apa yang ia alami sekarang. Ia pun meminta orang itu untuk segera menemuinya di kafe.

****

Setelah sampai di kafe dan beberapa menit ia menunggu, akhirnya orang itu pun datang. Karena tidak melihat posis Aska duduk di meja mana, Aska pun mengangkat tangannya dan berkata, "Ivan,"

Ya, orang yang ia hubungi tadi adalah Ivan. Orang yang selama ini telah memberinya pengertian di setiap masalah perasaan yang Aska hadapi.

Ivan pun segera menemui Aska.

"Ada apa lo tiba-tiba manggil gue ketemu disini?" Tanya Ivan.

"Gue perlu ngomong sesuatu ke lo," kata Aska.

"Apaan?"

Aska mulai memperbaiki posisi duduknya dan mulai berkata, "menurut lo, apa yang harus cowok lakukan untuk membuat cewek yang ia suka bisa nggak benci lagi sama dia untuk kedua kalinya?"

Ivan refleks menaikkan sebelah alisnya.

"Lo abis marahan sama Fira?" Tanya Ivan.

Aska mengangguk.

"Gara-gara apa?"

Aska mulai menggaruk tengkuknya yang serasa tidak gatal sama sekali. Bingung harus mulai dari mana menceritakannya.

"Mmm... Gue ama Fira tempo hari, habis nggak akur karena gue bercandain. Tapi setelah itu, gue baikan lagi sama dia. Nah, tadi itu gue minta ketemuan sama dia di taman. Dan dia nggak sengaja denger omongan gue sama Reina. Dan itu ngebuat Fira marah dan benci sama gue." Ucap Aska.

"Terus?"

"Jadi menurut lo, apa yang harus gue lakuin, biar Fira nggak benci lagi ke gue?"

"Nama cewek yang lo sebut barusan itu, siapa?" Tanya Ivan.

"Dia Reina. Cewek yang udah berhasil buat Fira benci sama gue,"

"Reina itu siapa?"

"Calon tunangan gue."

"Apa? Lo udah mau di tunangkan?"

Aska mengangguk.

"Ya ilah, pantesan aja Fira marah dan benci sama lo. Karena diam-diam dan tanpa sepengetahuan dari dia, lo udah mau tunangan. Ya, pantes aja lah, dia marah,"

"Gua dijodohin. Dan gua nggak bisa ngelak. Sekeras apapun gue nolak, orang tua gua tetap mau jodohin gue."

"Kenapa lo nggak jujur aja, kalau lo udah suka sama Fira. Biar orang tua lo tau, kalau cuma lo aja yang bisa nentuin masa depan lo. Mau nikah sama siapa, itu bukan urusan mereka. Lagian lo sendiri yang jalanin. Bukan orang tua lo"

"Ya, mau gimana lagi Van. Pasti lo tau kan, rasanya jadi anak. Kalau orang tua yang udah nentuin, kita sebagai anak mah, cuma bisa ngikutin aja."

"Tapi otomatis kan, lo nya yang nggak bahagia sama pilihan mereka," ucap Ivan.

"Aska, saran gue, lebih baik lo bilang yang sebenarnya sama orang tua lo, kalau lo nggak cinta sama Reina. Lo cintanya cuma ama Fira. Coba deh, lo jujur aja. Karena kalau lo nggak bilang yang sebenarnya, mereka pasti nggak akan tau," kata Ivan lagi.

"Tapi disini kan, Fira nya lagi yang marah sama gue. Gue harus buat dia maafin gue. Tapi gue nggak tau caranya," ucap Aska.

Sejenak Ivan berpikir.

"Atau gini deh, lo coba aja ngomong baik-baik sama Fira."

"Gimana gue mau ngomong, kalau dia nya aja nggak mau denger penjelasan gue?"

"Iya juga sih. Eh, ada baiknya lo coba aja dulu. Kalau menurut gue, menurut gue nih ya, Fira itu orangnya mau kok, denger penjelasan dengan baik, kalau mood dia udah baik. Coba lo ngomong besok aja. Karena hari ini kan, dia marah sama lo. Besok aja. Insya allah, dia pasti nggak bakal marah kok. Percaya sama gue," ucap Ivan.

"Ada bener juga ya. Oke deh, gue setuju saran lo. Makasih ya, udah mau negabantu gue. Lo emang bisa disebut 'Pakar Cinta', Van. Karena lo tau semuanya,"

"Lo bisa aja, muji gue kayak gitu."

Aska hanya tertawa.

Saran dari Ivan ada benarnay juga. Mungkin hari ini Safira masih terbawa emosi. Ada baiknya, ia membicarakan masalah ini besok saja.

Mungkin moodnya Safira sudah membaik. Semoga.

****

Next???

Kasih bintang sama komennya dong 😊 terserah mau komen apa. Yang penting kalian udah buat aku seneng.

Follow instagramku

warzuqnidila

Makasih 🙏

P.s "menurut kalian, solusi yang tepat biar Safira nggak marah ke Aska, apa? 🤔"

SafirAskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang