Sampai di rumah, Safira langsung melengos masuk ke kamarnya dengan perasaan kesal bercampur lelah.
Kesal karena bertemu kembali dengan Aska dan lelah karena dari mengantarkan kue, ya dimana lagi kalau bukan rumah Aska juga. Dan Safira pun juga tidak tahu kalau rumah yang ia datangi adalah rumah Aska.
Suara ketukan pintu dari luar kamarnya kembali membawa Safira pada alam nyata. Ia pun segera membuka pintu dan ia begitu terkejut saat Santi langsung memeluknya begitu erat. Hingga membuat Safira kesulitan bernapas.
"Sumpah ya, gue nggak bisa napas gara-gara lo," ucap Safira setelah Santi melepas pelukannya.
Santi hanya cengengesan saja. "Sorry Ra. Habis gue ketimpuk bahagia tingkat dewa," ucap Santi.
"Yaudah, masuk" kata Safira menyuruh Santi masuk ke dalam kamarnya.
Santi menurut apa yang dikatakan oleh Safira. Ia langsung naik ke atas tempat tidur Safira seraya memeluk boneka sapi jumbo yang kebetulan terletak di sana.
"San, bisa nggak sih lo duduk di bawa aja? Lagian, tempat tidur gue tadi rapi. Sekarang lo ubah acak-acakkan kayak gini," ucap Safira yang mulai kesal dengan sikap Santi.
"Habis tempat tidur lo nyaman. Jadi gue nggak bisa duduk di tempat lain selain di sini."
Safira refleks menghembuskan napasnya begitu panjang seraya mengusap rambutnya ke belakang sehingga menampilkan jidatnya yang begitu bersih tanpa ada sehelai rambut.
Santi mengernyit melihat Safira. Lalu ia pun berkata, "ada apa sama lo? Kok frustasi gitu?"
"Gue frustasi karena gue nggak sengaja ke rumahnya Aska tadi."
"WHAT??!!" Seru Santi.
"Aduhh... bisa nggak, lo teriak nggak kayak gitu? Bikin telinga gue budeg aja."
"Gue nggak nyangka aja kalau lo ke rumah Aska. Tapi... masa iya sih, lo langsung tau rumahnya padahal lo belum pernah ke sana?" Tanya Santi yang mulai bingung.
"Jadi ceritanya tuh gini..." Safira pun menceritakan semua yang ia alami tadi. Dan tidak ada satupun cerita yang ia lewatkan.
"Wahh... sekarang gue jadi punya kesimpulan buat cerita lo," ucap Santi setelah mendengar semuanya dari Safira.
"Apa?"
"Kesimpulannya itu adalah, di dalam cerita lo tadi, gue bisa ngerti kalau lo dan Aska itu jodoh. Karena biar pun lo pergi ke mana baik itu jauh maupun dekat, pasti ujung-ujungnya lo bakal ketemu sama dia terus." Ucap Santi.
"Apaan sih lo? Jangan ngebuat kesimpulan yang nggak jelas deh. Jauh banget pikiran lo."
"Ya, itu sih cuma kesimpulan Ra. Bukan fakta. Napa sih lu, bawaaannya pasti emosi mulu. Heran gue," ucap Santi seraya menggelengkan kepalanya.
"Tapi... kalau menurut lo San, apa sifat gue ke Aska itu salah?" Tanya Safira.
"Iyap. Seratus buat lo," ucap Santi seraya memberikan jempol.
"Kok bisa sih?" Tanya Safira lagi.
"Bener kok. Lagian, buat apa lo mesti marah sama Aska. Mungkin menurut dia itu cuma candaannya dia. Tapi lo ngaggap candaannya dia itu serius. Kalau menurut gue, lo yang mesti minta maaf sama dia,"
"Apa? Minta maaf? Nggak ah. Masa gue sih? Dia kan, yang mulai duluan. Bukan gue. Jadi mestinya dia yang minta maaf ke gue karena udah berani mainin gue," ucap Safira.
Santi mengangkat kedua pundaknya diselingi dengan tersenyum kecut.
"Yaudah, kalau lo nggak mau minta maaf. Sekalian aja nggak usah sampai selamanya. Sudah kan? Beres semua," ucap Santi dengan santai.Mendengar itu, Safira spontan menjitak kepala Santi.
"Awhh... sakit tau, Ra," ringisnya.
"Habis, kata-kata lo barusan buat gue tambah kesel."
Setelah mengatakan itu, ponsel Safira bergetar, dan menandakan ada sebuah pesan yang masuk.
Aska
Makasih ya kuenya. Btw, enak banget loh.. gue jadi ketagihan terus makannya :D
Safira langsung membuang ponselnya ka atas kasur. Membuat Santi mengernyit.
"Kenapa lagi lo?"
"Liat aja sendiri," ucap Safira dengan tidak minat.
Santi pun mengambil ponsel Safira dan membaca pesan yang dikirim oleh Aska.
"Ciiee... di chat sama doi. Maafin aja lah, si Aska. Dia nya ajak nggak marah lo cuekin. Lah, elo? Lo marahnya udah ngalahin anak-anak yang nggak dibeliin es krim sama emaknya." Ucap Santi.
Safira hanya berdecak.
"Lagian, kalian kenapa nggak pacaran aja sih? Udah saling sama suka tapi nggak di ungkapkan. Sampai kapan kalian kayak gini? Sampai lo pada udah tua?" Ucap Santi.
"Santi, bisa nggak, lo berhenti ngebahas itu? Panas kuping gue dengernya. Lagian, lo kenapa sih, cepet banget datang ke sini? Gue kan, belum sempat mgomong sama bokap gue."
"Gue tadi dapat kabar pas pulang dari kampus kalau bonyok gue nggak ada di rumah. Terus gue langsung cuss aja ke rumah lo."
"Kirain lo takut ama bokap gue?"
Santi cengengesan, "untuk itu, kayaknya iya sih. Tapi mau di apa lagi. Daripada gabut di rumah nunggu sampai malem. Mending langsung ke sini. Lagian, tadi pas gue dateng ke sini, gue bilang langsung ke nyokap lo. Katanya nanti dia yang tanya langsung."
Safira cukup merespon dengan 'oh' saja.
Lagi pula otaknya serasa masih panas habis kesal tingkat tinggi. Dan sekarang, sudah mulai turun. Tidak seperti tadi kekesalannya.
****
Di mulmed ada Safira yang pantengin kalian!!! Ingat!!
Jangan lupa tinggalkan jejak vote dan comment kalian!!!
TERIMA KASIH
FOLLOW JUGA INSTAGRAM KU
warzuqnidila
KAMU SEDANG MEMBACA
SafirAska
RomancePertemuan pertama di koridor kampus membuat perasaan di antara keduanya muncul secara perlahan-lahan yang membuat mereka menjalin suatu hubungan yang serius. Suatu hari nanti hubungan yang mereka buat akan menimbulkan sebuah masalah yang baru mereka...