“Tunggu, apa maksudmu? Kenapa aku harus bertandang ke rumah Song Mino?”
Joohyun mengerutkan keningnya, tidak mampu mempercayai pendengarannya sendiri. Ia bahkan merasa bahwa sosok Seunghoon di hadapannya saat ini hanya lah bayang-bayangnya saja.
Namun, Seunghoon si bayang-bayang justru mengangguk mantap. “Iya. Tuan dan Nyonya Song meminta untuk bertemu denganmu, dokter Bae. Well, untuk lebih jelasnya dokter Bae bisa menanyakan hal tersebut kepada Jennie. Karena, aku diberitahu hal ini oleh Jennie. Dan Jennie berkata padaku bahwa dokter Bae tidak akan bisa menolak permintaan Tuan dan Nyonya Song.”
Joohyun meringis. “Tunggu dulu. Kenapa ini jadi terdengar seperti sebuah pemaksaan? Aku bahkan tidak mengenal orangtuanya Mino. Jadi, kenapa juga aku harus bertemu dengan kedua orangtua Mino?”
Seunhoon menjentikkan jarinya. “Justru itu! Karena dokter Bae belum mengenal orangtua Mino, maka dokter Bae harus berkenalan dengan kedua orangtua Mino! Kan dokter Bae calon menantu keluarga Song.” Seunghoon menaik-turunkan kedua alisnya dengan senyumannya yang menyebalkan.
Joohyun mendengus. “Kenapa sih? Kenapa anak didikku di periode sekarang tidak ada yang benar sama sekali? Hanya Bogum saja yang sedikit waras,” keluhnya.
“Benarkah itu, dokter Bae? Wah, aku benar-benar merasa tersanjung atas pujianmu.” Itu suara Bogum yang baru saja melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang kerja Joohyun sembari membawa kardus berisi obat-obatan.
“Bogum−ssi!” Joohyun bergegas menghampiri Bogum dan membantu Bogum untuk meletakkan kardus tersebut di atas meja.
“Berat sekali ya? Maaf karena sudah meminta tolong kepada dirimu.” Mungkin, karena Bogum selalu menurut kepada Joohyun, maka Joohyun kini berubah menjadi sedikit jinak. Frekuensi sikap galak dan ketusnya sedikit berkurang.
Bogum tersenyum manis sembari menggeleng pelan. “Tidak masalah. Sama sekali tidak berat kok. Aku senang karena diriku dapat menolong dokter Bae. Nah, apakah ada hal lain yang dapat aku lakukan?”
“Ada. Tolong pergi sebentar dari ruangan karena aku ingin melanjutkan diskusi super rahasiaku dengan dokter Bae.” Itu suara Seunghoon yang sedang berkacak pinggang.
Bogum menoleh dan memandangi Seunghoon dengan tatapan masam. “Diskusi apa sih? Kamu hendak membujuk dokter Bae agar mau bertamu ke rumah keluarga Song kan? Kenapa kamu membiarkan dokter Bae untuk masuk ke dalam jeratan Song Mino sih?” protes Bogum pada Seunghoon.
Seunghoon mengedikkan bahunya. “Tidak. Aku sama sekali tidak memiliki niatan untuk membantu sahabatku mengelabui dokter Bae. Justru aku ingin agar dokter Bae membantu Mino untuk pensiun dari profesinya sebagai seorang player kelas kakap.”
“Tapi, kenapa harus aku? Kenapa juga adiknya Mino memilih diriku untuk dikenalkan kepada Tuan dan Nyonya Song? Aku bahkan tidak begitu mengenal Mino. Aku hanya lah mentornya, bukan teman kampusnya. Kenapa tidak meminta tolong kepada gadis lain saja?” Joohyun terus-menerus berusaha untuk menolak permintaan Jennie yang disampaikan melalui Seunghoon.
Seunghoon menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Mau bagaimana lagi. Katanya, Jennie jatuh cinta padamu pada pandangan yang pertama dan ingin menjadikan dirimu sebagai kakak iparnya. Katanya, selebriti papan atas sepertinya hanya ingin kakak ipar yang berkelas seperti dokter Bae karena dokter Bae merupakan seorang dokter ternama yang diincar oleh banyak Rumah Sakit.”
“Selain itu….” Jeda sejenak sebelum Seunghoon melanjutkan kalimatnya.
“Selain itu, Jennie juga mengancam. Katanya, jika dokter Bae menolak untuk datang ke rumah kediaman keluarga Song, maka Jennie bersumpah akan mengadakan konser dadakan di Rumah Sakit ini. Ia akan mengadakan konser trot sehingga menimbulkan keriuhan di Rumah Sakit ini. Dokter Bae tidak mau kan jika hal itu sampai terjadi?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor Bae, Saranghae! (MinRene)
Short StoryWhen a genius meets a player. She's a professional doctor, he's her co-assistant.