17th (Rest Your Head Here)

842 133 25
                                    

Mino menatap Joohyun yang kini sedang terlelap di sampingnya. Ia merasa bahwa sosok Joohyun yang biasanya selalu tampak galak dengan aura dingin yang ia pancarkan, kini terlihat seperti sosok orang dewasa biasa yang sedang lelah karena beberapa masalah yang menghantui pikirannya.

Mino belum mengetahui masa lalu Joohyun secara seluruhnya. Ia hanya mengetahui beberapa kepingan masa lalu Joohyun yang bahkan tidak memberikan penjelasan apa-apa kepada dirinya. Meski begitu, Mino tidak mau mendesak Joohyun untuk segera bercerita kepada dirinya.

Pertama, Joohyun berhak memiliki privasi mengenai masa lalunya. Kedua, bagaimana pun juga Joohyun merupakan seorang mentor yang harus Mino hormati. Dan yang ketiga, bukankah status hubungan mereka belum menemukan titik jelas?

Mino yakin bahwa perasaannya terhadap Joohyun tidak bertepuk sebelah tangan. Mino yakin bahwa Joohyun bukan lah tipikal gadis yang mau sembarangan mencium pemuda yang tidak ia sukai. Meski begitu, Joohyun masih belum yakin untuk menerima pernyataan cinta Mino. Joohyun masih belum dapat mempercayai Mino sepenuhnya, mengingat pemuda itu merupakan mantan player.

Mino mengerti. Mino tidak akan memaksakan kehendaknya. Toh, dirinya pun cukup senang dapat menghabiskan waktu bersama dengan Joohyun meski pun tanpa status yang jelas. Ia cukup senang dapat menggoda Joohyun, melihat kedua pipi Joohyun yang bersemu merah, dan juga melihat Joohyun yang mengerucutkan bibirnya setiap kali gadis itu merasa sebal pada Mino.

Mino tersenyum tipis. Ia mengulurkan tangannya dan merapikan helaian rambut Joohyun menggunakan jemarinya. Saat ini, ia hanya ingin menikmati waktunya dan memandangi wajah gadis yang sudah mulai memberikan pengaruh dalam hidupnya.

Ya. Bagi Mino, Joohyun merupakan sosok gadis yang berhasil menarik dirinya dari sebuah realita yang pahit dan mengajaknya untuk berangan-angan bersama serta menciptakan tawa terhadap satu sama lain.

“Dokter Bae, kenapa kamu cantik sekali sih? Kamu curang. Kamu curang karena kamu selalu berhasil membuat jantungnya berdetak dua kali lebih cepat, seakan ingin meledak saat itu juga,” gumam Mino pelan.

Seakan teringat akan suatu hal, Mino kemudian beranjak ke meja yang terletak di sebelah sofa tempat Joohyun tertidur. Di atas meja, terdapat sebuah jas dokter milik Joohyun. Mino mengambil jas tersebut dan merogoh sakunya. Ia tidak dapat menyembunyikan raut wajah bahagia ketika ia mendapati bahwa saku jas dokter milik Joohyun tidak terisi oleh barang apa pun.

“Dokter Bae, kamu sudah tidak menyimpan fotonya lagi ya? Bagaimana ini? Rasanya, aku benar-benar bahagia saat ini hingga ingin sekali berteriak dengan kencang. Dokter Bae, bolehkah jika aku sedikit berharap bahwa suatu saat nanti, status hubungan kita akan menjadi jelas? Atau kah aku terlalu lancang karena memiliki keinginan seperti ini?”

Rasa seperti bukan Mino saja. Sosok pemuda yang selama ini senang sekali tebar pesona kepada kaum hawa, kini terlihat bicara sendirian sembari sesekali tersenyum dan melirik kepada sang pujaan hati yang sedang tertidur lelap.

Mino menatap wajah Joohyun dengan jarak yang begitu dekat hingga wajah Mino dapat merasakan hangat dari terpaan napas Joohyun.

“Dokter Bae, kamu tahu tidak? Aku sebenarnya tidak pernah suka sosok wanita seperti dirimu. Kamu mau tahu kenapa? Karena kamu seperti mendiang ibuku. Kalian berdua sama-sama cantik dan merupakan sosok pekerja keras. Ibuku juga begitu. Ibuku selalu melakukan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh dan tidak pernah lupa untuk mengutamakan kebahagiaan keluarganya. Akan tetapi, hal itu kemudian membuat dirinya tidak memiliki waktu untuk memikirkan dirinya sendiri.”

Jeda sejenak sebelum Mino melanjutkan kalimatnya. Ia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Matanya melirik kesana-kemari, berusaha keras menahan bulir bening yang sudah mendesak ingin keluar.

Doctor Bae, Saranghae! (MinRene)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang