19th (Before The Storm)

841 126 13
                                    

“Unnie!”

Joohyun membulatkan kedua matanya kala dirinya secara tiba-tiba dipeluk oleh Jennie. Ya, adik kandung Mino itu datang ke apartemen Mino untuk menemui Joohyun. Katanya, dia ingin memberikan kekuatan kepada calon kakak iparnya. Jennie tidak datang sendiri, melainkan bersama dengan Dongmin.

Jennie memang sudah tahu mengenai kondisi Joohyun. Mino lah yang menceritakan hal tersebut kepada Jennie, meski pun tidak secara keseluruhan.

“Unnie, kamu baik-baik saja kan?” Jennie bertanya kepada Joohyun. Jemarinya sibuk menguyel-uyel pipi Joohyun dengan gemas.

“Aku…baik-baik saja,” ucap Joohyun dengan susah payah.

“Unnie, kamu boleh kok tinggal di apartemen ini sesuka hatimu. Biar saja Mino Oppa tidur di sofa terus. Atau kamu usir saja dia sekalian kalau dia bertingkah menyebalkan. Kamu tidak diapa-apakan oleh Mino Oppa bukan? Dia tidak nakal kan?”

Joohyun terkekeh pelan. Sementara Mino tersenyum kecut. Tidak kedua adiknya Joohyun, tidak juga Jennie. Dari ketiga muda-mudi tersebut, tidak ada yang mau membela Mino dan lebih memilih untuk berpihak kepada Joohyun.

“Kenapa kamu datang-datang begitu rusuh sih? Sana, menyingkir dari dokter Bae!” omel Mino sembari menyeret sang adik menjauh dari Joohyun.

Jennie mengerucutkan bibirnya. Jemarinya dengan jahil kemudian mencabut sehelai bulu kaki Mino, membuat Mino melotot dan detik berikutnya jatuh tersungkur sembari menangis.

“AAAHHH! SAKIT TAHU! DASAR BOCAH BAR-BAR!” Teriakan Mino memenuhi seluruh penjuru apartemennya.

Sementara Dongmin dan Joohyun hanya meringis, merasa iba kepada makhluk hitam dan abstrak tersebut.

“Makanya, kalau aku mau dekat dengan calon kakak iparku tuh biarkan saja kenapa sih! Jangan memonopoli Joohyun Unnie seperti itu!” balas Jennie kepada sang kakak.

Jennie kemudian beralih kembali pada Joohyun, mengabaikan Mino yang masih menangis sembari berbaring di lantai.

“Unnie, apakah kamu sedang mengambil cuti?”

Joohyun mengangguk pelan. “Iya. Ini merupakan kali pertamaku mengambil cuti. Biasanya, aku lebih memilih untuk menyibukkan diriku dengan aktivitas di Rumah Sakit. Akan tetapi, sekarang aku sedang ingin istirahat. Lagipula, sekarang sedang masa libur bagi para ko-as.”

“Kalau begitu….kita double date yuk! Mau tidak? Aku dengan Dongmin dan kamu dengan Mino Oppa!” ajak Jennie kepada Joohyun.

Joohyun dan Mino sontak beradu pandang sebelum keduanya sama-sama memalingkan wajah mereka dengan kedua pipi mereka yang diselimuti oleh rona kemerahan.

“Malu ah. Istilah itu kan hanya untuk anak muda saja,” ucap Joohyun pada Jennie.

Jennie menaikkan satu alisnya. Joohyun yang sedang salah tingkah seperti ini benar-benar membuat Jennie merasa gemas. Kini Jennie mengerti mengapa sang kakak begitu tergila-gila kepada sosok Bae Joohyun.

“Memangnya Unnie sudah tua? Kamu kan masih muda. Ayo dong, mau ya?” Jennie berusaha untuk membujuk Joohyun.

“Muda darimananya. Kalau bicara jangan suka asal. Usianya sudah mau tiga puluh tahun. Terang saja, dia tidak lagi muda. Kalau bicara, harus sesuai dengan fakta dong. Dokter Bae memang sudah tua kok. Kamu tidak perlu berbohong begitu,” celetuk seseorang yang otaknya setara dengan sabun colek seharga lima ribu rupiah.

Jennie dan Joohyun mendelik berbarengan kepada sosok tersebut.

PLETAK! BUG!

“AWWW! SAKIT TAHU!”

Doctor Bae, Saranghae! (MinRene)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang