10th (Don't Play With Me)

807 138 47
                                    

“Dokter Bae, kamu mau kemana?”

Joohyun hanya melirik Mino sekilas sebelum kemudian melanjutkan langkahnya. Bahkan, ia mempercepat langkahnya seolah ia tidak ingin berjalan sejajar dengan Mino.

Mino berlari kecil menghampiri Joohyun yang sedari tadi menunjukkan gelagat seperti ingin menghindari dirinya. Mino sendiri juga tidak mengerti mengapa Joohyun yang biasanya terkesan tidak peduli, kini justru bersikap sebaliknya. Well, melarikan diri merupakan salah satu tindakan yang disebabkan oleh kepedulian seseorang terhadap sesuatu, bukan? Jika Joohyun tidak peduli, ia tentu akan bersikap seperti biasanya. Memasang tampang datar dan membiarkan Mino membuntuti dirinya.

“Sayang, tunggu aku dong! Jangan lari-lari begitu di Rumah Sakit! Bukankah kamu sendiri yang bilang kepada aku beserta keempat anak didikmu yang lain bahwasanya Rumah Sakit merupakan tempat yang sakral dan tidak diperuntukkan bagi mereka yang hanya ingin bermain-main?”

Mino menarik lengan Joohyun, menghentikan langkah gadis itu.

Joohyun mendengus. Ia memalingkan wajahnya, tidak mau membalas tatapan Mino. Air mukanya tampak sedikit muram. Atau bahkan jengkel? Entah lah. Yang jelas, air muka Joohyun dengan ketara menunjukkan bahwa suasana hatinya sedang dalam kondisi yang tidak baik.

“Ada apa? Sepertinya akhir-akhir ini kamu menghindari diriku ya? Apakah aku sudah melakukan kesalahan padamu?” tanya Mino pada Joohyun. Pemuda itu memandangi Joohyun lekat-lekat, mengabaikan kedua pipi Joohyun yang sudah merah sempurna. Well, gadis mana sih yang tidak salah tingkah jika ditatap seperti itu dalam jarak yang cukup dekat?

“Tidak ada apa-apa. Aku hanya sedang malas melihat wajahmu saja,” celetuk Joohyun sekenanya.

Mino mengerutkan keningnya. “Loh? Kenapa? Padahal, pagi ini aku sudah memakai parfum sebanyak setengah botol loh. Aku juga sudah memakai pomade untuk rambutku. Kemudian, tadi malam aku sudah luluran serta mandi kembang tujuh rupa. Apakah Dokter Bae tidak melihat perubahan pada diriku? Aku terlihat jauh lebih tampan dari biasanya kan?” desak Mino pada Joohyun.

Pada akhirnya, Joohyun membalas tatapan Mino dengan sorot matanya yang jauh dari kata ramah. “Kenapa harus menggunakan parfum sebanyak setengah botol? Karena kamu orang kaya maka kamu berhak menghambur-hamburkan uangmu dan membeli parfum sebanyak yang kamu mau? Begitu? Lagipula, kasian pasienmu kalau mencium bau parfum yang menyengat.”

“Kemudian, untuk apa memakai pomade? Toh setelah berjaga seharian di Rumah Sakit, rambutmu akan menjadi kusut. Kemudian, apakah kamu mengesampingkan kandungan kimia dalam pomade? Untuk apa pula kamu luluran dan mandi kembang tujuh rupa? Toh kamu tetap saja tampak seperti makhluk yang kekurangan cahaya. Tetap saja kamu dekil seperti habis terjatuh ke dalam kubangan lumpur. Hanya gigimu saja yang putih bersinar.”

“Jangan melakukan hal yang aneh-aneh deh. Dan jangan harap aku akan memuji dirimu. Sampai kapan pun, aku tetap tidak akan jatuh pada pesonamu. Sampai kapan pun, statusmu tidak akan lebih dari anak didikku seberapa keras usahamu untuk menaklukan diriku.”

“Aku bukan merupakan bagian dari para penggemarmu. Aku tidak mengerti keunggulan apa yang dirimu miliki. Aku juga tidak semudah itu jatuh hati padamu. Kalau memang kamu memiliki terlalu banyak waktu untuk menggoda seseorang, sana cari saja mangsa baru. Aku tidak sudi menjadi salah satu dari banyaknya buruanmu.”

Setelah melontarkan sederet kalimat pedas, Joohyun kembali melanjutkan langkahnya. Kali ini, ia menghentakkan sepatu kerjanya sembari misuh-misuh sendiri.

Sementara Mino hanya mampu melongo di tempat. Bukan apa-apa. Baru kali ini ia melihat Joohyun benar-benar marah namun bukan karena pekerjaan. Baru kali ini, Mino melihat Joohyun yang tampak jengkel hanya karena penampilan seseorang.

Doctor Bae, Saranghae! (MinRene)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang