“Joohyun−ah, lihat! Bola kristal ini lucu sekali kan?”
“Ngg! Sangat lucu! Kamu mau membelinya? Kamu hendak memberikan bola kristal tersebut kepada siapa?”
“Bukan kepada siapa-siapa. Aku ingin membelinya untuk diriku sendiri. Kenapa? Aneh ya jika anak lelaki membeli bola kristal seperti ini? Sepertinya, hal-hal lucu dan cantik hanya cocok untuk anak perempuan ya?”
“Hahaha. Kamu ini bicara apa. Aku bahkan belum melontarkan pendapatku sama sekali. Dan menurutku, tidak ada salahnya jika anak lelaki membeli sebuah bola kristal. Tapi, aku jadi ingin membelinya juga deh. Lihat lah, butiran putih di dalam bola kristal ini seperti salju!”
“Jangan! Aku tidak mau kamu membeli barang yang sama denganku! Aku tidak mau jika kita berdua sampai memiliki bola kristal dengan disain yang sama!”
“Memangnya kenapa? Kamu kan sahabatku. Bukankah wajar bagi sahabat untuk memiliki benda yang sama?”
“Tapi, aku bukan tipikal orang yang seperti itu. Jadi, jangan ya? Kamu bisa membeli barang yang lain. Katakan saja kamu ingin barang apa. Aku akan membelikannya untukmu. Aku janji.”
“Ah, aku hanya ingin bola kristal itu….”
“Kalau begitu….bola kristal ini untukmu saja deh. Aku bisa membeli barang yang lain.”
“Tunggu. Tidak apa-apa. Kamu beli saja bola kristalnya. Kamu yang lebih dulu melihat bola kristal tersebut dibanding diriku. Jadi, kamu lebih berhak untuk membelinya. Aku tidak apa-apa kok. Aku bisa membeli barang lain. Aku akan pikirkan ingin barang seperti apa. Nanti aku akan memberitahu perihal barang yang kuinginkan kepada dirimu.”
“Benarkah? Gomawo, Joohyun−ah!”
“Hey, kenapa berterima kasih seperti itu? Bukankah kamu yang sudah janji hendak membelikan diriku barang lain? Seharusnya aku yang berterima kasih kepada dirimu.”
“Aku berterima kasih kepada dirimu karena kamu mengerti keinginanku. Kamu memang sahabat terbaikku.”
“Kamu terlalu berlebihan. Aku hanya merasa tidak enak saja melihat kamu yang begitu menginginkan bola kristal ini. Sepertinya, kamu tertarik kepada kecantikan bola kristal tersebut ya?”
“Iya. Dia benar-benar cantik. Sangat cantik sehingga membuat diriku tidak bisa melepaskan pandanganku dari dirinya.”
***
“Bae Joohyun! Kamu sudah dengar kabar terbaru belum? Sahabatmu berkencan dengan primadona kampus kita!”“Kamu….bercanda kan? Dia bahkan tidak mengucapkan apa pun kepada diriku. Jika dia memang berkencan dengan gadis itu, bukankah seharusnya aku menjadi orang pertama yang tahu akan hal tersebut?”
“Bae Joohyun, kurasa laki-laki memang senang menyimpan kisah asmaranya sendirian. Kurasa statusmu sebagai sahabat baiknya tidak lantas membuat dirinya bersedia untuk menceritakan hal apa pun kepada dirimu. Well, setiap orang memiliki hak untuk menyimpan ceritanya masing-masing kan?”
“Tapi, kamu tahu kabar tersebut darimana?”
“Salah satu teman sekelas kita tidak sengaja melihat sahabatmu yang sedang bicara dengan primadona kampus kita. Sahabatmu bahkan berlutut di hadapan gadis itu dan meminta kepada gadis itu untuk menjadi kekasihnya seraya memberikan sebuah bola kristal yang begitu cantik disainnya.”
“Bola kristal….”
“Iya! Bola kristal yang cantik untuk gadis yang cantik! Ah tapi, kamu juga cantik. Sahabatmu itu benar-benar beruntung ya. Ia sekarang memiliki kekasih dan juga sahabat yang cantik. Benar-benar curang. Kurasa, banyak sekali pemuda yang iri kepada dirinya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor Bae, Saranghae! (MinRene)
Historia CortaWhen a genius meets a player. She's a professional doctor, he's her co-assistant.