“Keep breathing, cause I'm not leaving you anymore. Believe it, hold on to me and never let me go”
(Nickelback – Far Away)
"Hyung-nim...."
Hangyeom melongokkan kepalanya ke dalam kamar Mino yang pintunya memang sedang dibiarkan terbuka. Sementara Mino sama sekali tidak menoleh untuk sekedar membalas tatapan adik tirinya.
"Ada apa? Aku sedang tidak bisa diganggu," kata Mino dengan nada bicaranya yang terdengar ketus.
Hangyeom menghela napas. Terkadang, ia berharap agar ibunya tidak pernah menikah lagi. Bukan. Bukannya ia ingin agar ibunya tidak bahagia. Namun, Hangyeom tidak pernah mengharapkan memiliki sebuah keluarga yang terpecah belah seperti ini.
Hangyeom senang karena ayah tirinya menyayangi dirinya dan Yunhyeong. Hangyeom juga senang karena Jennie menerima keberadaan dirinya dan Yunhyeong. Akan tetapi, mau sampai kapan Mino bertindak seperti ini dan secara terang-terangan menunjukkan kebenciannya terhadap Hangyeom dan keluarganya?
Saat ini, Mino tengah berada di rumah kediaman keluarga Song. Pemuda itu memang memutuskan untuk pulang ke rumah karena ia perlu untuk mengambil beberapa barang yang hendak ia bawa ke apartemennya. Well, sebenarnya Mino menghindar untuk pulang ke apartemennya karena ia takut apabila Joohyun datang ke apartemennya.
Ah, Mino benar-benar merasa seperti tokoh antagonis dalam drama. Ia bukannya membenci Joohyun. Hanya saja, dirinya yang memang belum benar-benar dewasa tidak tahu bagaimana caranya bersikap untuk menghadapi patah hatinya.
Bae Joohyun merupakan wanita pertama yang berhasil memberikan pengaruh besar kepada Mino. Bae Joohyun merupakan sosok yang selalu membangkitkan senyuman yang terlukis di bibir Mino. Dan kini, Joohyun juga yang mampu membuat Mino terlihat seperti orang linglung.
“Song Hangyeom, cepat bicara. Kalau kamu tidak tahu apa yang ingin kamu katakan, lebih baik kamu pergi saja dari kamarku. Menjadi bagian dari anak Song Joongki bukan berarti bahwa kamu bisa bertingkah seenaknya di depanku.”
Teguran Mino membuat Hangyeom sedikit terkesiap. Pemuda itu meneguk ludahnya kasar. Ia berusaha menyabarkan dirinya atas sikap tidak ramah yang ditunjukkan oleh kakak tirinya.
“Hyung-nim, Appa ingin bicara denganmu.” Pada akhirnya, Hangyeom berhasil mengutarakan tujuannya menghampiri Mino.
Mino menoleh. Ia memicingkan kedua matanya, menatap Hangyeom dengan penuh curiga.
“Untuk apa? Tidak biasanya dia ingin bicara denganku. Bukankah biasanya ia lebih senang jika bicara denganmu dan Yunhyeong? Kalian berdua….anak kesayangan ayahku bukan?” sindirnya pada Hangyeom.
Hangyeom berusaha mengabaikan sindiran Mino. Emosinya tidak boleh terpancing. Posisinya berbeda dengan Mino yang memang berhak untuk marah karena Hangyeom, Yunhyeong, serta Hyekyo dapat diibaratkan sebagai penyusup yang tiba-tiba saja merenggut kebahagiaan keluarga Song.
“Ada hal penting yang ingin disampaikan oleh Appa dan kuharap Hyung-nim mau datang menemui Appa. Maaf, bukannya aku terkesan ikut campur. Hanya saja, Appa benar-benar butuh untuk bicara dengan Hyung-nim saat ini,” ujar Hangyeom pada Mino.
Mino mendengus. Ia kemudian beranjak dari tempatnya dan berjalan keluar dari dalam kamarnya sembari menghentakkan kedua kakinya. Ia juga sengaja menyenggol bahu Hangyeom, membuat pemuda itu mundur ke belakang.
Mino dapat menemukan Joongki dan juga Hyekyo di ruang keluarga. Raut wajah keduanya tampak begitu serius.
“Ada apa? Jika tidak ada hal penting yang ingin dibicarakan denganku, maka lebih baik aku kembali ke lantai atas,” tegur Mino pada sang ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor Bae, Saranghae! (MinRene)
Short StoryWhen a genius meets a player. She's a professional doctor, he's her co-assistant.