Joohyun berusaha merapikan make-up yang ia poles tipis di wajahnya. Ia berkali-kali berkaca melalui cermin kecilnya, memastikan bahwa penampilannya sudah sempurna. Beberapa kali, ia melirik ke arah sebuah rumah besar di depannya. Ia menelan ludahnya dengan kasar.
Pertemuan pertamanya dengan keluarga Song Mino, entah mengapa membuat dirinya merasa gugup. Pertemuan pertamanya dengan keluarga Song Mino, benar-benar tidak pernah masuk ke dalam daftar dugaan seorang Bae Joohyun.
Seharusnya, Joohyun bersikap santai. Seharusnya, Joohyun tidak perlu merasa segugup ini. Toh, dia datang sebagai mentor dari Mino, bukannya sebagai kekasih Mino. Lagipula, ia sama sekali tidak memiliki hubungan yang begitu dekat dengan Mino. Dibanding para penggemar Mino, Joohyun bahkan hampir tidak tahu hal apa pun yang berhubungan dengan Mino.
“Bae Joohyun, aku tidak tahu apakah kamu ini gila atau nekat. Atau bahkan keduanya. Yang jelas, sekarang kamu harus berusaha untuk menunjukkan image yang baik di depan orangtua Song Mino.”
Joohyun tampak berbicara pada dirinya sendiri.
“Ini bukan makan malam bersama dengan keluarga kekasihmu. Ini makan malam bersama dengan keluarga dari anak didikmu. Ingat. Tujuanmu ke sini hanya untuk membahas nilai Song Mino yang memang menyedihkan dan hampir tidak memiliki harapan lagi.”
Ia kembali meracau dengan kata demi kata yang ia ucapkan dalam tempo yang cepat, seperti seorang rapper yang sedang melakukan rap.
“Bae Joohyun, tarik napas dalam-dalam dan buang secara perlahan. Kamu tidak pernah gugup ketika bertemu dengan pengujimu semasa kamu kuliah dan melaksanakan masa praktek. Kamu juga tidak pernah gugup ketika melakukan presentasi di depan para dokter senior. Kamu tidak gugup ketika sedang menghadapi pasien yang sedang terluka parah.”
“Jadi, kenapa kamu harus gugup ketika hendak bertemu dengan orangtuanya Song Mino? Toh, mereka juga sama-sama manusia. Mereka sama-sama menghirup oksigen dan menghembuskan karbon dioksida seperti dirimu.”
Joohyun memberi pijatan pada pelipisnya, berusaha menenangkan dirinya sendiri.
“Tenang…..tenang…..segalanya akan baik-baik sa—SIALAN!!!”
Joohyun berseru sembari melonjak di dalam mobilnya. Ia terkejut ketika tiba-tiba sebuah wajah menempel di jendela mobilnya. Jantungnya masih berdebar dengan kencang dan tangannya gemetaran ketika ia menurunkan jendela mobilnya.
Tampak seorang gadis yang sedang tersenyum manis pada dirinya. Well, siapa lagi kalau bukan Jennie.
“Unnie! Kenapa masih di sini? Kenapa tidak masuk ke dalam?” sapa Jennie pada Joohyun dengan binar bahagia di kedua matanya.
Joohyun berani bersumpah bahwa jika Jennie merupakan seekor puppy, ia mungkin akan melihat Jennie yang sedang mengibas-ngibaskan ekornya. Meski begitu, pada kenyataannya bentuk mata gadis itu lebih menyerupai bentuk mata seekor kucing.
“Ke….keluargamu sudah menungguku ya? Dimana kakakmu?” tanya Joohyun pada Jennie.
“Buka pintunya, Unnie.” Jennie tidak menjawab pertanyaan Joohyun, melainkan memberi perintah kepada Joohyun yang segera dituruti oleh Joohyun.
“Nah, ayo masuk ke dalam rumah! Semua sudah menunggu dirimu! Mino Oppa juga sudah ada di dalam rumah kok!” Jennie meraih jemari Joohyun dan menggandeng gadis itu.
Joohyun membiarkan dirinya diseret dari dalam mobilnya sendiri. Di dalam hatinya, ia masih komat-kamit berdoa untuk menenangkan debaran jantungnya yang semakin tidak menentu. Hey, ia bahkan tidak mengerti mengapa dirinya harus menjadi segugup ini.
Joohyun pada akhirnya menginjakkan kedua kakinya di rumah kediaman keluarga Song. Kala pintu dibuka, Joohyun dapat melihat barisan pelayan yang membungkuk memberi hormat kepada dirinya yang justru membuat Joohyun menjadi salah tingkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor Bae, Saranghae! (MinRene)
PovídkyWhen a genius meets a player. She's a professional doctor, he's her co-assistant.