“Aku tidak bisa. Kamu saja yang masak.”
Joohyun menghela napas. Ia menatap pemuda yang kini tengah berdiri di sebelahnya. Pemuda itu tampak mengenakan apron berwarna pastel. Pipinya entah mengapa belepotan gochujang. Kemudian, jangan lupakan kondisi dapur yang kini hampir menyerupai kapal pecah akibat kelakuan si pemuda.
“Katanya kamu ingin mengenal diriku lebih baik. Katanya kamu ingin tahu bagaimana kehidupan seorang Bae Joohyun. Kenapa sekarang kamu malah mengeluh dan menyerah begitu saja? Aku senang memasak. Karena itu, aku ingin melihat pemuda yang menyukai diriku, memasakkan hidangan untuk diriku,” tukas Joohyun pada pemuda yang tak lain dan tak bukan adalah Mino.
Joohyun mengulurkan tangannya sebelum kemudian mengusap pipi Mino menggunakan punggung telapak tangannya untuk sekedar membersihkan noda dari gochujang.
“Tapi aku sudah menghancurkan dapurmu. Kamu tidak apa-apa dengan hal itu?” Mino masih saja mengeluh. Ia kini sudah seperti seorang anak yang sedang merajuk kepada ibunya karena tidak mau mengikuti les tambahan di sekolahnya.
Joohyun tersenyum tipis. “Tidak apa-apa. Kita bisa membersihkan dapurnya bersama-sama. Yang terpenting adalah kamu yang mau berusaha untukku. Aku ingin melihat usahamu dalam memasakkan hidangan untuk diriku.”
“Lagipula, sore hari nanti adik-adikku akan datang ke apartemenku. Karena itu, aku ingin mengenalkan dirimu kepada mereka secara baik-baik. Bukannya dengan tiba-tiba seperti terakhir kali kamu bertemu dengan mereka,” lanjut Joohyun.
Mino mengerucutkan bibirnya. “Tapi, adik-adikmu bahkan tidak menyukai diriku, terutama yang namanya Bae Suzy. Ah, Jinyoung juga tidak berhenti memelototi diriku.”
Joohyun mencubit pipi Mino dengan gemas. “Itu karena kamu yang merupakan sosok player kelas kakap. Kemudian, jangan lupakan kamu yang seringkali memamerkan cengiranmu yang terkesan ambigu itu.”
“Sekarang, lanjutkan kegiatanmu. Aku hendak menyetrika pakaianku.”
Joohyun sudah mengambil ancang-ancang untuk beranjak dari tempatnya. Akan tetapi, Mino menahan lengan gadis itu sebelum kemudian menarik dan merengkuh Joohyun ke dalam pelukannya. Pemuda itu memeluk Joohyun dari belakang sembari menyandarkan dagunya di bahu Joohyun.
“Mau kemana? Di sini saja, temani aku,” pinta Mino dengan nada bicaranya yang terkesan manja.
Kedua pipi Joohyun kini diselimuti oleh rona merah muda. Ia tidak biasa diperlakukan seperti ini oleh lawan jenisnya. Well, ingat kan bahwa pengalaman Joohyun akan hal-hal yang berhubungan dengan kencan dan juga memiliki kekasih dapat disetarakan dengan angka nol? Ingat kan bahwa Bae Joohyun yang workaholic selama ini hampir tidak memiliki waktu untuk mengurusi hal-hal remeh seperti masalah percintaan?
“Jangan seperti ini, Song Mino. Bagaimana pun juga, aku merupakan mentormu. Tidak seharusnya kamu memperlakukan diriku seperti ini,” rengek Joohyun kepada Mino.
Joohyun berusaha melepaskan dirinya dari Mino. Tingkah Joohyun yang benar-benar memperlihatkan betapa gugupnya gadis itu membuat Mino terkekeh pelan.
Mino melepaskan pelukannya dari Joohyun. Pemuda itu dengan jahil menggosok ujung hidung Joohyun menggunakan ujung hidungnya, membuat Joohyun refleks meringis.
“Iya. Kamu memang mentorku. Akan tetapi, jangan lupakan fakta lain bahwa kamu juga merupakan kekasihku. Jadi, hal yang tadi aku lakukan sama sekali tidak salah. Sebagai kekasihmu, aku berhak melakukan hal tersebut. Aku berhak menciummu dan juga memelukmu,” kata Mino dengan blak-blakan.
Joohyun menepuk kedua pipinya yang terasa panas. Memang, terkadang terlibat hubungan asmara dengan seseorang yang sudah jago akan sedikit menyusahkan. Karena, bagaimana pun juga Joohyun harus berusaha mengimbangi Mino yang sudah terbiasa melakukan skinship dan juga melontarkan deretan kalimat gombal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor Bae, Saranghae! (MinRene)
Short StoryWhen a genius meets a player. She's a professional doctor, he's her co-assistant.