Satu tahun kemudian...
Malam telah larut. Tidak seperti biasanya, kali ini langit malam berselimut awan gelap. Mendung. Bunyi titikan-titikan hujan berjatuhan membasahi jalanan terdengar, menambah suasana kelam. Meskipun begitu, tetap tidak mampu mengalahkan kelamnya hati seorang pria yang tengah berdiri di tepian dinding kaca. Ia memandang kearah luar melalui kaca, berharap bahwa seseorang yang jauh disana mengingatnya.
Park Chanyeol. Pria itu termenung disana, sembari memikirkan bagaimana wanita yang ia cintai nan jauh disana menjalani kehidupannya. Berfikir apakah wanita itu sedang berbahagia disana dengan pria lain di sampingnya?
"Dokter belum pulang?" suara lembut yang tiba-tiba terdengar mengagetkan Chanyeol.
Chanyeol yang disana menoleh ke arah suara dan mendapati, Aileen, rekan kerja perawat di tempat kerjanya berdiri di ambang pintu.
"Belum, Leen. Ada apa? Apa ada pasien yang gawat darurat?"
Aileen menggeleng, "Tidak, dok. Saya hanya mengira bahwa anda lupa untuk mematikan lampu ruangan anda. Jadi, saya datang untuk mematikan lampu ruangan, namun saya mendapati jika dokter masih ada di dalam,"
"Masih ingin tinggal disini, dok?"
Chanyeol menghela nafas sesaat, lalu mengangguk kemudian.
"Kalau dokter mau, saya akan menemani dokter disini. Kalau-kalau dokter membutuhkan tempat untuk bercerita. Pasalnya saya lihat dokter seperti menyimpan beban berat sendirian,"
"Tidak perlu, Leen. Kau pulanglah. Kau pasti lelah telah bekerja seharian penuh menghadapi berbagai operasi hari ini,"
Aileen hanya bisa menghela nafas berat. Lagi-lagi, usahanya untuk mendekatkan diri pada dokter sekelas Park Chanyeol gagal. Benar-benar sulit untuk di capai, pikir Aileen.
"Kalau begitu saya permisi, dok. Selamat malam," ujar Aileen yang undur diri.
"Selamat malam," balas Chanyeol.
Usai pintu tertutup, lagi-lagi keheningan menguasai suasana disana. Chanyeol kembali kehilangan dirinya, terlebih lagi dengan tetesan hujan disana yang selalu saja mengingatkannya akan masa lampau yang terlalu sakit.
Flashback on
Bau obat-obatan menyeruak menyapu penciuman, cairan dan berbagai alat ada di sebuah ruangan bernuansa putih itu. Dari balik kaca jendela kamar ruangan itu, terlihat seorang gadis berparas cantik tengah terbaring tak sadarkan diri. Ditubuhnya banyak terpasang berbagai alat yang menopang hidupnya. Sudah hampir 2 tahun ia koma.
Dari balik jendela kaca ruang perawatan, Chanyeol berdiri menatap kearah dalam ruangan dimana wanita yang di cintainya itu terbaring lemah dengan berbagai alat dan selang terpasang di tubuhnya. Alat yang membantu wanita itu menopang hidupnya setelah kecelakaan merenggut kehidupan normal Nihannya.
Disana, seperti biasanya Chanyeol berdiri di balik tembok dengan jendela kaca yang melapisi, memandang iba pada wanitanya itu. meskipun berkali-kali ia telah di usir oleh sanak saudara dan juga keluarga Nihan. ia tetap saja keras, untuk setiap hari datang menjenguk wanitanya yang tak sadarkan diri dalam pembaringannya.
Dan sebuah keberuntungan baginya, karena hari ini mereka telah lalai hingga membiarkannya mendapatkan kesempatan setelah beberapa saat lalu, kakak ipar Nihan, Irene, pergi dari ruangan perawatan Nihan untuk mengajak anak laki-lakinya yang merengek meminta dibelikan sesuatu. Perlahan ia membuka pintu ruangan lalu berjalan pelan mendekat kearah ranjang dimana Nihan terbaring.
Dengan buketan bunga tulip yang setiap hari ia bawa, ia tersenyum memandang Nihan yang begitu lama tak begitu dekat dengannya.
"Halo, Nihan. Aku datang kembali. Maaf karena beberapa waktu yang lalu aku tak bisa mengunjungimu begitu dekat. Kau tahu dengan sangat bukan? Seluruh keluargamu begitu membenciku dan menyalahkanku atas apa yang terjadi denganmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stagnant in You Book 2
FanfictionCerita mulai di update setiap minggu pada hari sabtu. Disarankan untuk membaca buku pertama karena ini adalah buku kedua dari Stagnant in You. Ini bukan kisah masa lalu, namun mengenai masa depan yang saling berkaitan oleh benang merah masa lalu. ...