Mi Ran masih berfikir mengenai kalimat yang keluar dari mulut Park Chanyeol beberapa hari yang lalu. Kalimat yang memberi makna ambigu dan sulit untuk bisa di pahami oleh otak Mi Ran.
Tak perduli dengan ucapan orang lain, yang aku tahu kau sungguh berarti. Hidupmu berarti, Ra. Dan aku perduli denganmu, Jadi kumohon turunlah.
Bukan hanya itu, kalimat berikutnya yang diucapkan oleh Chanyeol entah kenapa mengartikan betapa berartinya Mi Ran.
Jika kau mati. aku juga akan mati, Ra.
Jadi, Ra. Aku harap kau memulai untuk menguburkan keinginanmu untuk mengakhiri hidupmu. Kau terlalu berarti untuk menghabisi waktumu denan sia-sia
Oh, ayolah. Mi Ran tidak ingin terlalu berharap. Bagi seseorang yang hidup dengan penuh kesepian pasti akan merasa begitu bahagia mendengar bahwa dirinya begitu berarti. Ia takut. Sungguh takut, jika itu hanya salah satu dari delusinya.
"Ra."
Mendengar namanya dipanggil, Mi Ran sontak mengalihkan pandangannya ke samping dan mendapati perawat tercintanya, Alan. Memandangi pria itu yang mulai melangkah memasuki kamarnya sembari membawa nampan berisi makanan dan juga obat pastinya.
"Waktunya untuk makan siang dan meminum obatmu, Ra."
"Hmm,"
Mi Ran hanya berdeham dan membiarkan Alan menaruh nampan makanan itu ke atas meja portabel yang menyatu dengan brangkar.
"Habiskan makananmu, Ra. Lalu, minum obatmu. Itu pesan dari dokter Park padaku,"
Mendengar nama Chanyeol disebutkan membuat Mi Ran mendongak menatap Alan sebentar sebelum akhirnya berdeham.
Disisi lain, Alan merasa cukup senang dengan respon Mi Ran. Tidak ada lagi penolakan seperti biasanya. Mi Ran sudah seperti kucing hutan yang bisa di jinakan. Tanpa sadar, Alan menarik salah satu sudut bibirnya.
.
.
.
.
.
Mata Chanyeol bergerak kekanan dan kekiri mengikuti rentetan kalimat yang ia baca dalam hati. Saat ini, ia sedang tengah menyicil pekerjaannya yang tertinggal akibat cedera yang ia alami. Beruntung, dokter Zhang atau yang biasanya dipanggil Lay, seniornya sekaligus sahabatnya dengan sukarela membantu untuk mengisi posisi Chanyeol sementara.
"Jangan terlalu dipaksakan! Kau masih dalam masa pemulihan, Park." Lay mengingatkan.
Chanyeol mendongak, lalu tersenyum.
"Bagaimanapun ini sudah menjadi tugasku. Aku tidak ingin terlalu merepotkanmu, Hyung."
Lay hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Oh, iya. Apakah gadis itu masih mengunjungimu?"
Chanyeol mengangguk sambil membenarkan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya, "Ya, sesekali dia akan datang mengunjungiku, membuat gaduh dengan ocehannya tentang cerita yang ia alami dan terkadang mengenai gosip yang ia ketahui."
"Lalu, apa kau pernah terganggu dengan kehadirannya?"
Dahi Chanyeol mengkerut ketika mendengar lontaran pertanyaan yang tak terduga oleh Lay.
"Apa maksudmu?"
Lay mengelus tengkuknya, merasa tidak nyaman dan canggung.
"Aku hanya penasaran saja. Apa kau pernah merasa terganggu dengan kehadiran Mi Ran disisimu? Apalagi, dia adalah penyebab kau mengalami cidera yang cukup serius." ucap Lay.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stagnant in You Book 2
FanfictionCerita mulai di update setiap minggu pada hari sabtu. Disarankan untuk membaca buku pertama karena ini adalah buku kedua dari Stagnant in You. Ini bukan kisah masa lalu, namun mengenai masa depan yang saling berkaitan oleh benang merah masa lalu. ...