Bab 4. Permainan Takdir

1.5K 251 14
                                    

Keesokan harinya...

Luhan dan Nihan baru saja selesai dengan sarapan mereka di restoran hotel bintang lima dimana mereka menginap untuk beberapa waktu. Kini keduanya tengah menyantap hidangan pencuci mulut mereka.

"Sayang, bagaimana jika hari ini kita pergi ke tempat wisata Mouth of truth. Katanya kalau kamu menaruh tangan di dalam Mouth of truth dan berbohong, maka kamu akan digigit," kata Luhan

"Benarkah?"

"Kata orang-orang seperti itu,"

"Dan kau percaya dengan hal itu, Lu?"

"Entahlah, aku hanya penasaran saja,"

Nihan mengangguk mengerti, "Hmm. baiklah kalau begitu kita akan kesana,"

Seusainya, mereka akhirnya berangkat menuju beberapa tempat yang sudah berada dalam list perjalanan mereka, hingga akhirnya mereka tiba di tempat wisata Mouth of truth.

"Sayang,"

"Iya, Lu."

"Karena kita sudah jauh-jauh datang berkunjung kesini, bagaimana jika kita buktikan apa yang mereka katakan tentang ujaran mereka mengenai tempat wisata Mouth of truth ini,"

Nihan mengangguk mengiyakan.

"Kalau begitu aku coba lebih dahulu," kata Luhan seraya memasukan sebelah telapak tangannya kedalam lubang mulut batu berbentuk wajah manusia itu.

"Sekarang, kau boleh menanyakan suatu hal padaku," tambah Luhan.

"Baiklah. Kamu bilang aku cinta pertamamu kan?"

"Iya,"

"DUH!" pekik Luhan kesakitan.

"Apa?! Kenapa??" Nihan khawatir.

Didetik selanjutnya, Luhan terkekeh disana sambil mengangkat tangannya dan menunjukannya pada Nihan.

"Aku tidak apa-apa," kata Luhan, hanya dibalas cebikan oleh Nihan.

Luhan tersenyum. Menggoda Nihan menjadi kegiatan menyenangkan baginya. Oleh karena itu, ia sering sekali bertindak kekanakan dihadapan Nihan hingga membuat istrinya itu mati sebal karenanya.

"Kau marah, hm? Jika iya, aku minta maaf ya istriku. Aku hanya bercanda," kata Luhan setelah mereka menjauh dari patung batu berwajah manusia itu.

"Ya,"

"kau bilang apa tadi, Han? Aku tidak mendengar dengan jelas,"

"Iya, Luhan."

"Iya, Apa?" Luhan berpura-pura tidak mendengar.

"Iya. Aku memaafkanmu, tapi lain kali jangan bercanda seperti itu. kau membuatku khawatir,"

"Baiklah, Istriku." Kata Luhan.

"Oh ya, Lu. Bagaimana jika kita ke air mancur Trevi? Beberapa mahasiswa merekomendasikan tempat itu untuk kita kunjungi. Mereka bilang itu adalah tempat yang harus dan wajib untuk dikunjungi,"

"Benarkah? Kalau begitu. Ayo kita kesana,"

Nihan mengangguk. Mereka pun melanjutkan perjalanan mereka ke beberapa destinasi wisata.

.

.

.

.

.

Dilain tempat, Chanyeol kini tengah duduk di sebuah kedai kopi sembari membaca surat kabar yang telah tersedia disana. Matanya bergerak, membaca rentetan kalimat yang bergabung menjadi sebuah paragraf yang panjang terpadu hingga menjadi berita utuh.

Stagnant in You Book 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang