Part 8

48 6 0
                                    

Malam yang indah, bulan bersinar dengan terang ditemani bintang yang membuatnya semakin indah.
Mungkin ini tercatat malam yang indah versi Raina, karena hatinya begitu berbunga - bunga, entah sebab apa yang pasti dirinya sangat bahagia.

Drrt Drrt Drrt

Suara hp memecahkan keheningan malam di taman rumah sakit.

"Halo"

"Halo, kamu kemana aja Rain, tadi langsung lari waktu aku panggil, aku ada salah sama kamu?"

OMG, Rino, Rain baru ingat sekarang dia sudah bukan jomblo lagi, Rino adalah kekasihnya, dan dia melupakannya dihari pertama dia jadian, sungguh memalukan.

"Eh, emm, maaf ya Rin, ibu ku tadi siuman, jadi aku terlalu bahagia sampai melupakan mu, maaf ya"
Ucap Rain dengan nada penyesalan yang mendalam.

"Iya udah gpp my Rain, yang penting kamu gpp, jangan tidur malem - malem ya cantik ku"

"Iya Rin, makasih ya, kamu juga jangan tidur terlalu larut, ketemu besok di sekolah ya"

"Bye sayang, aku tidur dulu ya, salam buat ibu kamu, mungkin besok aku kesana, see you"

"See you"

Blush, pipi Rain merona, walaupun tidak secara langsung, tetapi panggilan sayang sangat berpengaruh baginya.

"Jangan gila deh, senyum - senyum sendiri"

Deg

Tiba - tiba ada yang berbicara, sepertinya seorang cowok, sekarang Rain memang di taman tetapi dia sendirian, dia rasa jam 11 begini tidak akan ada seseorang yang ke taman, apa itu 'mereka' lagi, jika iya tamat sudah riwayatnya, dia harus olah raga malam lagi.

"Bengong aja sih, kesurupan lho nanti" ucapnya, dan sekarang dia sedang duduk di sebelah Rain, di bangku taman rumah sakit. Rain masih menunduk, jaga - jaga jika wajahnya tidak sebagus ketika dia masih hidup.

"Rain, aku manusia, jangan parno ah  dasar penakut"
Rain menoleh ke arahnya, dan benar dia manusia, manusia paling jail lebih tepatnya, dia tidak tahu apa jika jantung Rain hampir copot gara - gara dia datang tiba - tiba.

"Lagi - lagi lo, lo mau bikin gue mati dengan tidak elegan ya!?"
Tanya Rain dengan bersungut - sungut.

"Apa sih? Kamu aja yang terlalu penakut Rain, lagian jam segini kenapa masih belum tidur sih, gak baik lo perempuan tidur terlalu malam, nanti jadi panda"

"Ya terserah gue lah! Yang jadi panda juga gue, kenapa lo yang repot, lagian lo itu datang tiba - tiba, tanpa di undang, jailangkung ya lo?" katanya, dia masih marah gara - gara Tian selalu membuatnya takut. Ya dia Tian.

"Santai kali Rain, kamu setiap ketemu aku pasti marah - marah"

"Ya lo sih, lagian ngapain sih lo masih di sini!, bukannya tadi lo mau pulang, mau ketemu sama Najwa" Tanya Rain penasaran, sebab tadi Tian izin mau pulang, dan mau ketemu Najwa, mungkin dia masih berusaha mendapatkan Najwa.

"Ehm, iya tadinya mau gitu, tapi paman aku tiba - tiba kritis jadi aku langsung ke sini"

"Oh" jawab Rain, tanpa basa - basi, dan Tian memandang Rain dengan tatapan tanpa ekspresi.

"Aku ngomong panjang lebar kamu jawabnya itu aja?"

"Ya terus gue harus gimana? Eh gimana Najwa? Kepatil belom? Modelan lo gue yakin sih dia bakal luluh, kan ucapan lo manis banget melebihi gula"
Rain berkomentar dengan tampang keponya.

"Najwa? Baik-baik aja, masih nunggu jawaban" Ucap Tian, dengan ekspresi datar dan melihat ke depan.

"Eh tapi kok lo ngomongnya setiap ketemu gue di RS jadi aku kamu sih, gak pantes Tian, aneh kedengarannya, seorang Keiza Sebastian Mahendra, salah satu most wanted di sekolah ngomongnya aku kamu, sehat lo?"
Terang Rain sambil berusaha memegang jidat Tian untuk memastikan dia sehat, namun Tian malah bergeser menjauh dari Rain. Rain lalu diam dan melihat ke arah depan, mungkin Tian lagi gak mau di pegang.

"Tangan kamu kotor banyak kuman, nanti wajahku jadi jerawatan kalau kamu pegang"
Jelas Tian santai sambil mengejek.

"Gila lo! Lo pikir gue apaan, hih"
Jawab Rain sambil memicingkan mata, ada kilatan amarah yang terlihat.

"Jangan ngambek dong, nanti cantiknya hilang Rain, kamu manis kalau tersenyum, coba senyum deh, bulan pasti minder"
Tuan mencoba menghibur Rain supaya tidak marah dengan ucapan manisnya.

"Maaf tuan Sebastian, ucapan manis anda tidak berpengaruh buat saya"
Rain menjawab dengan bangganya. Dia pikir Tian memang kurang sehat, mungkin dia kecapean.

"Hahaha, kamu memang manis Rain, aku gak gombal, kamu manis dengan cara kamu sendiri"

"Kayaknya lo perlu istirahat deh Tian, gih masuk terus tidur, atau lo pulang aja sekalian, besok kalau belom sehat gue izinin sama guru piket"

"Cielah perhatian banget sih kamu, kamu yang seharusnya tidur Rain, coba lihat ke kanan, dan coba lihat ke depan kamu ada apaan"

Tian menunjuk arah yang di ucapkannya tadi dan Rain menurut saja. Nyalinya ciut seketika, kenapa dia dari tadi tidak menyadari keberadaan mereka, keasikkan ngobrol sama Tian membuatnya melupakan sesuatu, bahwa sekarang hampir tengah malam dan eksistensi 'mereka' semakin tinggi.
Di depannya kini ada sosok perempuan berbaju putih dengan noda darah sedang melihat ke arahnya dengan tatapan membunuh, wajahnya rusak dan darah merembes dari mata sebelah kanan, lehernya juga sepertinya patah, sungguh sangat tidak sempurna, sepertinya dia korban kecelakaan. Di sebelah kanan ada sosok genderwo dengan tinggi yang menyamai pohon tertinggi di taman tersebut. Di sekitar Rain banyak 'mereka' seperti sedang jumpa fans.
Keringat dingin mulai membanjiri wajahnya, harus masuk kalau gini mah, batin Rain.

"Hahaha, penakut banget ya kamu Rain, mau tetap di sini?"
Kata Tian sambil berdiri dan bersiap masuk, terbukti sekarang dia mulai berjalan meninggalkan Rain. Rain langsung kelabakan.

"Eh eh, Tian tunggu, aku masuk, ayo cepat, aku ngantuk"
Kata Rain, dan dia berlari meninggalkan Tian yang sedang tertawa terbahak - bahak.
Gadis aneh yang manis, batin Tian, dan kembali berjalan.








Little Grils











First story, semoga menjadi inspirasi, agar tak terpuruk lebih lama lagi 😉.

You are DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang