Part 21

33 4 0
                                    

Pagi yang cerah berhias senyum yang indah. Raina Putri Mahive, dia menampilkan senyum yang indah sejak bangun dari tidurnya, dia selalu melihat ke arah pintu menanti kedatangan seseorang, hari ini hari senin dan dia sangat bahagia.

Vivian yang tidak mengetahui apapun jadi takut sendiri, dia takut ada gangguan di otak Raina, bukan, bukan dia mendoakan namun sejak bangun tidur Raina senyum - senyum sendiri tanpa mau berbicara apapun padanya, jika ditanya kenapa dia akan menggeleng sambil tersenyum. Orang tua mana yang tidak takut jika anaknya seperti itu. Biasanya anaknya itu jika bangun tidur selalu menampilkan wajah yang kusut seperti belum disetrika seminggu, penampilannya seperti enggan menjalani hidup, berbeda 180° dari hari ini. Vivian berdoa semoga anaknya baik - baik saja.

Ceklek

"Haiii dokter ganteng"
Seru Raina dengan bahagia. Dokter Raihan hanya melirik dan tersenyum ke arah Vivian yang sedang duduk di sebelah ranjang Rain. Rain tidak mempermasalahkan tentang kecuekan Raihan, yang penting dia bisa pulang. Ya hanya itu yang membuat Raina bahagia sampai seperti orang gila pagi ini.

"Bagaimana keadaan mu Rain?"
Dokter Raihan menatap Rain dengan senyuman menawannya.

"Ehh dokter tolong periksa kepala Rain sekali lagi ya, siapa tahu kebentur terus ada yang geser gitu"
Serobot Vivian, Rain yang ingin mengeluarkan suaranya mengernyit dan menatap bingung Vivian, perasaan kepalanya tidak apa - apa.

Dokter Raihan menatap Vivian yang sedang tersenyum kikuk lalu menatap Rain.

"Memangnya kenapa dengan Raina bu?"
Dokter Raihan bertanya sambil menautkan alisnya bingung.

"Dia sejak bangun tidur senyum - senyum sendiri dok, ditanya kenapa dia hanya menggeleng dan tetap tersenyum, saya takut ada yang geser di kepalanya dok"
Jelas Vivian. Raina yang mendengarkan penjelasan ibunya itu langsung melongo dia menatap berang ke arah Raihan yang tertawa dengan sorot mata penuh ejekan.

"Ibu apaan sih, Raina gak gila ibu"
Ucap Raina sambil mendengus kesal. Dia tidak habis pikir dengan pemikiran ibunya yang berlebihan, dia hanya bahagia karena hari ini diperbolehkan pulang bukan gila.

"Ibu gak bilang kamu gila sayang, ibu hanya khawatir, kamu tidak seperti biasanya"
Terang Vivian sambil mengelus puncak kepala Rain.

"Tapi penjelasan ibu tadi menjurus ke penjelasan Raina itu gila"
Raina masih bersungut - sungut, moodnya hancur seketika, apalagi melihat dokter Raihan yang di sebelahnya masih berusaha menahan tertawanya.

"Sudah - sudah, begini bu, Raina tidak gila tapi yang di dalam kepalanya agak geser, mungkin iya"
Ledek Raihan sambil melirik ke arah Raina, yang dilirik sudah menampilkan tatapan permusuhan.

"Saya kemarin malam berjanji untuk memulangkan Raina hari ini jika keadaannya membaik dengan syarat yang berlaku tentunya, jadi dia mungkin agak berlebihan menanggapinya, padahal belum tentu saya benar - benar mengijinkan dia pulang, ya nggak Rain?"
Tanya dokter Raihan, Raina tidak menanggapi pertanyaan tersebut, dia malah memalingkan wajahnya sambil cemberut, hal itu membuat Raihan gemas dia ingin mencubit hidung Rain, tapi dia masih waras untuk melakukan hal itu, sangat tidak mungkin bagi dirinya melakukan hal tersebut dengan penampilan dokter seperti ini.

Raina ini salah satu pasiennya yang menurutnya imut dan menggemaskan, dia unik menurut Raihan. Beberapa kali Raihan melihat Raina berdiam diri di taman rumah sakit malam - malam, dia seperti berbicara sendiri, dia sangat penasaran dan ingin menanyakan hal itu sebenarnya, namun dia merasa waktunya belum tepat, mungkin nanti. Sejak saat itulah Raihan menjadi penasaran dengan seorang Raina Putri Mahive.

"Baiklah saya akan memeriksa keadaan Rain, dia boleh pulang atau tidak"
Raihan mulai fokus dengan Raina, meski yang sedang di periksa sepertinya enggan namun sebenarnya Raina sangat berharap keadaannya baik - baik saja sehingga dia bisa pulang dengan cepat, dia bosan di sini, dia sebenarnya ingin kabur, namun apa daya, kakinya tidak bersahabat.

You are DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang