Part 33

32 3 0
                                    

Terkadang mengikhlaskan adalah cara mencintai yang membahagiakan.

🍃🍃🍃

"Tian nanti pulang bareng ya, gue mau tanya banyak hal sama lo"

"Hem"
Jawab Tian cuek. Dia sibuk dengan ponsel yang berisi game kesukaan laki-laki.

"Tian emang bener ya tadi kamu masuk kelas?"
Tanyaku masih penasaran.

"Hem"

"Tian, bisa gak sih kalau ditanya itu jawabnya yang bener, dari tadi hem hem kayak mau sholawatan aja!"
Omelku kepada Tian yang masih asik dengan ponselnya.

"Hem"

Spontan aku melihatnya dan mengambil ponselnya, dia tampak kesal, terlihat dari kerutan dahinya dan tatapan matanya.

"Apa?"
Tanyaku menantang, tanganku sudah bersedekap dan menatap kearah Tian dengan mengangkat dagu.

"Ada guru tuh"
Jawabnya sambil menunjuk menggunakan mata.

Aku yang penasaran langsung melihat ke belakang dan

"hap!"
Ponsel sudah berpindah tangan.

"Raina, mudah banget dibohongin, pantes aja sering dikecewain"
Ucapnya santai.

"Tian! Diam kamu!"
Murkaku.

Aku memilih duduk diam dan memikirkan ucapan Tian, ada benarnya juga sih, aku mudah sekali kasihan, dan jadinya sering kesakitan karena hati yang dikecewakan.

Hidup ini penuh rintangan yang harus ditaklukkan, namun bagaimana cara melakukannya? itulah tantangannya.

🍃🍃🍃

Menunggu adalah hal yang membosankan, apalagi menunggu yang tidak pasti, haduh mending tidur sampai pagi.

Jika ada kata penantian maka identik dengan perempuan, sebab perempuan sering sekali menunggu tanpa pernah ragu, meskipun dia tahu yang dia lakukan akan berakhir pilu.

"Curut lama banget sih, katanya habis magrib, ini udah hampir isya', gila jam Indonesia karet bener dah"
Gerutu ku sambil sesekali melihat ponsel, barang kali Tian memberikan kabar.

Dia sudah janji mau ke rumah habis magrib, tapi ini sudah lewat magrib bahkan hampir isya' namun dia belum datang juga.

"Ditelfon gak diangkat, disms gak dibales, maunya apa cobak?"

Tok tok tok

Mendengar ketikan pintu aku langsung lari dan membuka benda persegi panjang tersebut.

"Kemana aja sih? Dari tadi ditungguin, ngaret aja kerjaannya, capek tahu nungguin mulu!"
Omelku setelah memastikan bahwa Tian yang datang.

"Ciee nungguin"
Bercandanya sambil senyum-senyum genit.

"Apaan sih! GJ"
Jawabku sambil masuk ke rumah dan duduk di sofa ruang tamu.

"Gak dibolehin masuk nih?"
Tanya Tian sambil teriak dari tempat dia berdiri.

"Manja banget sih, biasanya juga langsung masuk, udah kayak maling"
Jawabku.

Setelah itu dia masuk sambil tersenyum dan duduk di hadapanku.

"Tante belum pulang?"

"Belum, katanya lembur gitu"

"Tian aku mau ngomong nih"
Ucapku mulai serius.

You are DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang