Part 27

23 3 0
                                    

"Rainaaa"
Panggil seseorang dari luar.
Raina yang sedang di dapur langsung berlari ke depan, namun sebelum membuka pintu dia berpikir sejenak sebab dia sendirian di rumah, ibunya belum pulang kerja, katanya lembur.

"Rain"
Panggil suara itu lagi.

Ceklek

Rain memberanikan diri untuk membuka pintu, hatinya langsung tenang melihat senyum itu.

"Hai Rain"
Sapanya riang, sepertinya hatinya sudah mulai membaik, setelah beberapa hari membuat Rain kebingungan sekarang dia datang ke rumah Rain.

"Hai Tian, masuk yuk"
Ajak Rain kepada Tian, namun jawaban Tian sangat membuat Rain tersanjung, tidak seperti biasanya Tian begini.

"Enggak usah Rain, takut, tante kan lagi gak di rumah, kalau berduaan di dalam nanti yang ke 3 setan"
Jawab Tian santai.

"Hallah biasanya juga kamu tiba-tiba masuk ke rumah, tiba-tiba duduk di ruang tamu, kesambet setan apa kamu kayak gini?"
Jawab Rain sambil bercanda.

Tian mengajak Rain jalan-jalan keliling komplek, mungkin dia ingin menebus kesalahannya pada Rain sejak beberapa hari yang lalu.

Tidak terlalu malam, namun komplek tempat tinggal Rain sangat sepi, memang seperti ini biasanya, hanya ada beberapa bapak-bapak yang bertugas ronda berkeliling.

Setelah lumayan jauh Rain dan Tian berjalan akhirnya Rain memutuskan untuk berhenti di taman komplek, meskipun sepi namun di sini cukup terang, jadi jika ada orang yang kebetulan lewat akan tahu kegiatan mereka, mengurangi fitnah lah.

"Gimana hubungan kamu sama Rino?"
Tanya Tian kepada Rain yang sedang melihat bintang di langit.

"Ha? Biasa aja"
Jawab Rain singkat diiringi senyuman.

"Biasa aja gimana? Masih lanjut?"

"Iya masih, tapi renggang"
Jawab Rain, sekarang ekspresinya berubah muram, dia melihat lurus ke depan, tatapannya seperti orang yang sangat kecewa.

"Renggang kenapa? Kalau sudah membuat kecewa lepaskan saja"
Terang Tian.

"Ya maunya sih, tapi masih ada rasa"
Sanggah Rain sambil menunduk, sepertinya dia sudah sangat lelah, sudah banyak hubungan yang dia jalani, namun tetap saja akhirnya seperti ini.

Saat cinta sudah setia di dalam dada, pasti  kecewa datang sebagai akhirnya, seharusnya cinta tidak begini adanya. Batin Rain.

"Menjalani hubungan itu untuk dua orang Rain, jika salah satu sudah kecewa bagaimana bisa lanjut seperti biasa? Rasa cinta itu sudah tidak ada gunanya jika kecewa sudah ditorehkan"
Jelas Tian dewasa.

Rain tidak menjawab, dia hanya menunduk sambil merenungkan segalanya, dua mencoba berpikir jernih dan mengesampingkan rasa yang dia miliki.

"Terkadang sendiri itu dibutuhkan untuk merenungi segala hal Rain, yuk pulang, jangan merenung di sini nanti malah banyak yang mau komunikasi"
Ajak Tian, dia mencoba mencairkan suasana yang tadinya sangat serius.

"Apaan sih receh!"
Sinis Rain, sebelum mendapat jitakan, Rain berlari terlebih dahulu sambil tertawa.

"Wleeee, hahahaha"
Teriak Rain kepada Tian yang masih berdiri di tempat semula, dia hanya menatap Rain sambil tersenyum simpul, dia lega karena sahabatnya itu bukan tipe perempuan yang galau berlarut-larut, Tian yakin pasti Rain akan menemukan solusi yang terbaik.

"Tunggu!"
Tian memanggil Rain yang berjarak beberapa meter di depannya, Tian mulai berlari untuk mengejar Rain.

"Hahahaha, dasar banci, lari aja lemot banget, hahahaha"
Ejek Rain kepada Tian yang masih jauh di belakangnya.

Terjadi aksi kejar-kejaran antara dua sejoli tersebut, mereka tidak memikirkan warga yang sedang beristirahat, mereka asik dengan kebahagiaan yang terjadi malam ini.

"Hap kena!"

Pletak pletak

"Aww, sakit tuyul!"
Teriak Rain sambil berusaha mencubit Tian yang menghindar, bukan cubitan yang dia dapatkan tetapi malah kuncian tangan dan rangkulan.

Kedua tangan Rain digenggam oleh Tian, setelah itu dia merangkul Rain dan kembali berjalan sambil tertawa, hanya Tian yang masih tertawa karena Rain sudah berhenti sejak adegan barusan terjadi, jantungnya tidak mengijinkannya untuk tertawa.

"Malam ini indah, sampai aku tidak ingin matahari menggantikan bulan dan bintang"
Ucap Tian sambil menerawang ke angkasa, wajahnya dihiasi senyum bahagia.

"Iya kan Rain?"
Tanya Tian yang melihat ke arah Rain.
Bukannya menjawab Rain justru menunjukkan warna merah di pipinya, hal itu membuat Tian melepaskan rangkulannya dan tertawa sangat keras.

"Hahaha apa ini Rain? Blushing? Ya ampun imut banget sih"
Ejek Tian sambil mencubit kedua pipi Rain, sang empunya yang merasa malu langsung melepaskan tangan Tian kasar.

"Gak lucu!"
Jawabnya sambil melotot, setelah itu dia berjalan cepat tidak menghiraukan Tian yang masih tertawa dan memanggil namanya, dia merasa sangat malu.

Sepertinya Vivian sudah datang, terbukti dari pintu rumahnya yang terbuka dan terparkir motor matic dihalaman rumah Raina.

"Rain tunggu"
Teriak Tian yang masih tertinggal beberapa meter di belakang Rain.

Rain berhenti dan melihat ke belakang, mungkin Tian akan langsung pulang mengingat ini sudah lumayan larut.

"Ehm! Aku langsung pulang aja ya? Itu ibu kamu juga sudah datang"
Ucapnya setelah berhasil mendekati Raina.

"I iya udah, hati - hati, kamu kedinginan banget ya? Mau pinjam jaket aku?"
Tanya Rain polos.
Tian hanya mengerutkan dahinya tidak paham, perasaan dia lari-lari tadi, jadi mana ada kedinginan.

"B bukan apa-apa, soalnya tadi tangan kamu dingin banget"
Tambah Rain sambil menunduk malu karena mengingat adegan tadi.

"Oh, enggak kok, gpp sudah biasa, aku pulang ya Rain, langsung tidur ya jangan begadang, daaaa"
Jawab Tian sambil berlalu.

"Iya hati-hati, eh Ti..."

"Rain!"
Belum selesai Rain memanggil Tian, ibunya memanggil dari dalam rumah. Rain yang merasa terpanggil langsung menghampiri ibunya.

"Kamu dari mana saja nak? Ibu khawatir, ponselnya kok ditinggal sih?"
Cecar Vivian yang terlihat sangat khawatir.

"Maaf bu, tadi Rain jalan-jalan sama Tian keliling komplek"
Jelas Rain sambil mengiring ibunya masuk.

"Tian? Mana? Kok gak masuk?"
Tanya Vivian lagi.

"Tadi langsung pulang bu, udah malam juga kan, ayo masuk bu"

"Tapi kok gak ada suara motor Tian sih Rain? Biasanya kan suaranya keras banget"
Rain terdiam, itulah yang ingin dia tanyakan tadi, kenapa Tian tidak membawa motor kesayangannya, namun gagal karena Vivian memanggilnya.

"Ehm, mungkin lagi rusak kali bu, yaudah Rain ke kamar dulu, night mom"
Jawab Rain, sebelum berlalu dia mencium pipi sang ibu, setelah itu dia kembali ke kamarnya.

Grils Player :
Tian kok kamu gak bawa motor? Kamu pulang sama siapa?

5 menit, 10 menit berlalu, tidak ada tanda balasan dari Tian, Rain yang mulai mengantuk meletakkan ponselnya di nakas, dia memutuskan untuk bertanya besok saja.
Rain menarik selimut dan mematikan lampunya, dia langsung tidur.

Di balik tirai, di balik pintu kaca arah balkon ada bayangan hitam, dia melihat ke arah Rain dengan senyum yang menyimpan kesedihan. Dia hanya memandang Rain tanpa berniat untuk membangunkannya.

Mencintai dalam diam banyak pantangan.









Little Grils
Vote+Comment

You are DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang