Part 9

47 5 0
                                    

Aneh sekali, pagi ini Tian membolos pelajaran jam pertama, tidak biasanya Tian seperti ini, sebanyak apapun masalah yang dia hadapi dia tidak pernah melampiaskan kepada sekolahnya, dia selalu cerita pada ku, padahal ini salah satu pelajaran favoritnya, kimia. Rupanya dia akan mencoreng namanya sendiri di hadapan guru kesayangannya.

Aku harus menyelamatkannya dari hukuman mengerjakan 1 bab buku kimia, bukan hukuman sih sebenernya karena aku yakin akan sangat mudah bagi Tian menyelesaikannya, mengingat otaknya yang kelewat encer, namun karena absensi, aku yakin pasti tante Ririn dan om Hendra akan memarahinya karena terdapat satu huruf A di dalam rapotnya.

"Tian kamu dimana? Jangan bikin ulah deh! Mau di musnahkan dari KK kamu?"

Aku mengirim pesan padanya semoga dia membalas, awas aja kalau nanti aku ketemu dia, akan introgasi sampai tuntas.

"Rain, udah belom tugasnya?"
Rino tiba - tiba duduk di sebelah ku, di bangku Tian tepatnya. Jantungku mulai berdisko, gawat nih kalau sampai wajah ku juga bereaksi, bisa malu aku.

"Eh, belom Rin kurang satu nih, gak ada Tian, kalau ada pasti aku sudah selesai"
Jawab ku sambil tersenyum padanya.
Lalu dia menawarkanku contekan dan aku langsung menolaknya, bukannya sombong, tetapi aku tidak pernah langsung mencontek jika aku tidak bisa, aku akan berusaha terlebih dahulu, kalau tetap tidak bisa, ya sudah aku terpaksa mencontek, pada Tian biasanya.

"Oh iya Tian kemana sih my rain?"
Tanya Rino lagi, aku menjawab sambil mengerjakan, jadilah aku seperti orang yang tidak peduli, bukan apa, aku hanya tidak mau di hukum gara - gara bergosip di kelas, bisa mampus aku kalau di suruh maju dan mengerjakan soal, tidak ada masternya ini.

"Aku gak tau Rin, dia tidak mengirimkan pesan pada ku"

"Nanti istirahat ke kantin bareng ya sayang?" Pinta Rino lagi, dan kata - kata sayang, ya ampun aku yang mendengarnya saja malu, kenapa dia biasa saja saat menyebutnya.

"Maaf, tapi kamu sendiri aja ya Rin, aku mau ke perpustakaan mau meminjam buku"
Tolak ku halus, tidak mungkin aku berkata jujur kalau aku ingin mencari Tian, bisa - bisa dia jadi curiga, walaupun yang aku tahu Tian dengan Rino berteman, tetap saja itu tidak etis menurut ku, karena aku menolak ajakan kekasih ku demi mencari sahabat ku.

"Yaudah biar aku temani, nanti langsung ke kantin bareng"
Dia tetap saja memaksa ku, aku jadi bingung mau bagaimana, kalau aku bilang iya nanti aku tidak bisa mencari Tian.

"Ehm tidak usah Rino, aku bisa sendiri, kamu ke kantin aja, biar aku sendiri ke perpusnya"
Kali ini aku melihat ke arahnya, sambil tersenyum, semoga dia luluh dengan tawaran ku.

"Iya sudah" jawabnya sambil tersenyum dan mengacak rambut ku. Syukurlah dia luluh dan tidak curiga padaku.

"Kalian yang di belakang, sudah selesai tugas saya?"
Waduh masalah nih

"Be belum pak, kurang satu"
Jawab ku lirih, hukuman mulai mendekat rupanya, mampus kalau sampai aku di suruh maju, otakku tidak seencer Tian.

"Ke depan kalian, tugas belom selesai malah pacaran, kalian pikir ini taman, kerjakan soal halaman 25, nomor 1 dan 2, di papan tulis sekarang"
Kan apa aku bilang, Rino hanya diam lagi, dia tidak berusaha menyelamatkan kami, payah nih Rino. Aku berasa jadi artis saat ini, semua penghuni kelas menatap ke arah ku dan Rino.

°°°°°°°

Saat ini aku sedang di perpustakaan, setelah menyelesaikan soal yang begitu rumit aku bisa mengelus dada, karena dewi fortuna sedang berbaik hati rupanya, sebelum aku selesai bel tanda istirahat berbunyi. Dan sialnya lagi Rino meninggalkan ku sendiri tadi di depan papan tulis karena dia selesai terlebih dahulu tanpa mau mengajari ku, katanya dia takut dengan amukan guru kimia lagi.

You are DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang