Part 23

31 3 0
                                    

Raina PoV

Brak Brak

"Bu, ibuu, ada apa?"
Aku terpaksa bangun dari tidur nyenyak ku, mencari kesana kemari tapi gak ada orang, tapi tadi seperti ada yang membuka pintu kamar ku.

Aku melihat sekeliling, tak ada siapapun, hantupun tidak ada, hanya ada angin yang berhembus dari cendela. Eh tunggu dulu, cendela? Aku beranjak dari tempat tidur dan berjalan ke arah cendela dengan menggunakan enggrang.

Iya cendelanya terbuka dan angin yang berhembus sangat kencang, aku melihat ke bawah, tepatnya di teras rumah ku, seperti ada seseorang yang ku kenal sedang duduk di kursi sendirian.
Aku kembali memastikan dengan mengucek kedua mata ku.

"Ngapain itu anak ke sini malem - malem"
Aku melihat ke arah jam dinding yang tertempel di atas tempat tidur ku.

"Jam 12:30, ini lewat tengah malam, itu bener Tian gak sih? Kok jadi penasaran"
Aku memutuskan keluar dari kamar dan turun ke teras, memastikan itu benar Tian atau aku hanya halusinasi saja.
Hati dan logika ku mengatakan itu bukan Tian, karena tidak mungkin dia akan ke sini larut malam seperti ini, ya memang dia janji akan menjemputku besok pagi, tapi ini belum pagi.

Sebelum membuka pintu aku kembali mengintip di kaca, aku takut dia makhluk jadi - jadian saja, kaki ku memang sudah mendingan tapi kalau untuk olahraga malam juga tidak akan baik efeknya.

Masih sama, Tian masih duduk membelakangi ku, lebih tepatnya membelakangi kaca yang ku gunakan untuk mengintip.

Ceklek

"Tian"
Panggil ku lirih. Dia menengok ke arah ku, wajahnya sudah menampilkan senyuman, namun aku masih ragu. Jin atau setan yang tingkatannya sudah tinggi, dia akan merubah wujudnya seperti manusia untuk mengganggunya. Bukan masalah aku takut atau apa melihat bentuk aslinya, tapi aku lebih khawatir dengan kaki ku, aku tidak akan bisa berlari.

"Kok kamu bangun Rain?"
Tanya Tian sambil berjalan ke arah ku. Reflek aku mundur perlahan, Tian yang sepertinya kebingungan dengan sikap ku kembali tersenyum dan berhenti berjalan.

"Aku Tian Raina, kalau gak percaya kamu bisa cium aku kok"
Sambil mengedipkan mata genit.

Dengan sikapnya yang seperti itu membuatku yakin bahwa seseorang yang di depan ku ini benar Tian si cowok tengil, aku mendengus dan kembali menanyainya.

"Ngapain kamu ke sini malam - malam gini Tian? Kalau ada warga yang lewat bisa disangka maling kamu"
Tanya ku pada Tian yang sekarang sudah berdiri tepat di depan ku.

"Sini duduk Rain"

"Kaki kamu masih sakit? Jangan sekolah dulu kalau gitu istirahat aja"
Ucapnya lagi. Ini khas Tian banget, suka mengalihkan pembicaraan, aku sebenarnya tidak terlalu suka namun terkadang tindakannya itu benar, mengalihkan pembicaraan karena ingin menghindari perdebatan.

"Kaki ku udah mendingan kok, jawab Tian kamu ngapain ke sini malam - malam"
Tanya ku sekali lagi, ini kalau tidak di jawab maka akan ku pastikan ujung enggrang ku akan mendarat di atas kepalanya.

"Nih pakai jaket aku dulu, angin malam sangat dingin Rain, kamu kenapa juga keluar gak pakai jaket"
Aku tertegun beberapa saat, saat Tian menyampirkan jaketnya dipunggung ku wajahnya sangat dekat dengan wajah ku, dan itu membuat efek yang sangat luar biasa terhadap jantung ku. Dia lumayan tampan jika dilihat dari dekat. Hehe.

"Ciee, wajahnya merah cieeeee, tersipu ya? Hahaha"
Aku tersadar dari lamunanku dan melotot ke arahnya yang masih tertawa. Aku mengangkat enggrang ku berencana ingin memukulnya namun dia segera menghentikan pergelangan tangan ku. Kalian tahu? Tangannya sangat dingin, Tian sebenarnya sudah berapa lama di sini sampai sedingin ini suhu tubuhnya.

"Iya iya, maaf"

"Aku kesini mau memastikan kamu baik - baik aja, aku mau jagain kamu dari 'dia', aku gak mau kamu terluka lagi Rain"
Suasana mendadak canggung karena rentetan kalimat yang terucap dari mulut Tian. Sebentar, dia? Siapa?

"Dia siapa?"
Tanya ku penasaran.

"Dia, kamu mengenalnya bukan?"
Tian melihat ke luar pagar dan menunjuk sesuatu di sebelah pohon yang ada di pinggir jalan depan rumah ku.

Di sana ada sosok sepertinya wanita, dengan mata merah menyala, dia melihat ke arahku, sepertinya dia wanita tua karena rambutnya panjang, kusut, dan seperti rambut nenek - nenek, karena pencahayaan yang kurang aku tidak bisa jelas melihat wajahnya, tapi ku rasa aku mengenalnya.

"Nyai Darmi?"
Ucapku sambil melihat ke arah Tian untuk memastikan. Tian mengangguk mengiyakan.
Aku kembali melihat ke arah Nyai Darmi, jantung ku mulai berdebar, keringat dingin mulai keluar dari tubuh ku, aku takut, aku ingin menangis sekarang namun tidak bisa, air mata ku seakan sudah habis, Nyai Darmi memang tidak mendekat tapi auranya sangat terasa, aura pembunuhan.

Tiba - tiba tangan ku dingin, aku melihat ke arah Tian, dia tersenyum, senyumnya berusaha menenangkan ku.

"Tenang aja Rain, selama ada aku dia tidak akan mendekati mu, jangan takut"
Tian mengusap puncak kepala ku.

"Udah terlalu malam Rain, kamu masuk gih nanti kamu sakit lagi"

"Tapi kamu? Ayo masuk juga"
Aku kasihan kalau meninggalkan Tian sendirian di tengah udara yang sangat dingin seperti ini.

"Udah gpp, nanti kalau udah subuh aku pulang kok, sebentar lagi subuh kan? Ini udah jam 1, kamu masuk aja"
Tian berusaha meyakinkan ku, dan akhirnya aku luluh, aku berdiri dari duduk ku, sebelum masuk aku kembali melihat ke arah Nyai Darmi, dia masih di sana dengan mata merah menyalanya. Tidak ada makhluk apapun lagi selain Nyai Darmi, mungkin mereka semua kalah dengan aura Nyai Darmi yang sangat kuat.

"Udah masuk aja, dia gak akan ganggu kamu kalau ada aku, tenang ya Rain"
Tian memegang ke dua pipi ku dan tersenyum.

Deg

Waktu seakan berhenti saat Tian mendaratkan bibir dinginnya di dahi ku, Tian mencium ku, rasanya ada gelenyar aneh dan menenangkan, ada rasa bahagia yang hinggap di hati ku.

Aku melihat ke arahnya, dia hanya tersenyum dan mengusap puncak kepala ku, Tian kembali duduk dan aku masih setia berdiri di ambang pintu.

"Kenapa? Mau di cium lagi? Terkesima? Hem?"

Spontan aku melotot ke arahnya dan cepat - cepat masuk lalu menutup pintu, aku masih bisa mendengar tawa Tian, dan sesuatu yang membuat wajah ku kembali memerah.

"Kamu lucu Rain, jadi makin sayang"









Little Grils
Vote + Comment

You are DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang