Part 37 (Last)

54 3 0
                                    

"Mengapa harus mencintai jika akhirnya ditinggal pergi.
Mengapa ada rasa bahagia jika akhirnya akan terluka.
Inikah rahasia kehidupan yang sudah semesta gariskan?"

🍃🍃🍃

"Ehmm, aww!"

"Rain, nak, sudah bangun?"
Mataku terus berkedip menyesuaikan cahaya di sekitar. Aku melihat sekelilingku dan pandanganku berhenti di pojok ruangan.

"Reiza?"
Panggilku lirih, dia yang merasa ku perhatikan menegang seperti orang kebingungan.

"Rain kamu sudah sadar sayang? Itu Tian Rain bukan Reiza, Reiza siapa sih nak?"
Kata ibuku sambil memeluk yang mengusap punggungku sayang.

"Kenapa Rain bisa ada di kamar bu?"

"2 hari yang lalu kamu tidak sadarkan diri saat diantar pulang oleh Tian, baju kamu basah dan badan kamu panas, Tian bilang kamu pingsan dipinggir jalan dekat rumah sakit, kamu dari mana aja sih!? Bukannya kalau keluar itu bilang sama ibu atau Tian biar ada yang nemenin"
Omelan ibuku ini mengingatkanku dengan kejadian waktu itu saat aku berdiri di pinggir danau yang indah dan Reiza yang mengungkapkan rahasia. Reiza?

"Ehm! Tian aku mau ngomong sama kamu!"
Celetukku tiba-tiba. Tian yang masih berdiri dipojok kamar menghampiriku. Dia duduk disebelahku, ibuku yang tahu keadaan ini pamit ke dapur untuk mengambilkan makanan.

"Kamu kenal Reiza Sebastian Mahendra?"
Tanyaku menyelidik. Tian yang mendengar nama itu langsung menegang, wajahnya menjadi pias namun juga ada luka yang disembunyikan.

"Da dari mana lo tahu nama itu?!"
Tanyanya balik dengan nada sedikit mengeras.

"Jawab saja, kenal atau tidak"
Tian hanya mengangguk sebagai jawaban, aku menarik tangannya dan mengambil kotak musik di atas nakas.

"Ini dari dia, ada ukiran namanya di dalam kotak ini"

"Jangan bercanda! Dia sudah tiada"
Sangkal Tian dengan emosi, aku tahu dia masih tidak bisa menerima kematian kakaknya.

"Buka saja jika tidak percaya"
Suruhku padanya. Dia membuka kotak musik tersebut dan kemudian meletakkannya di atas pangkuanku.

"Lo jangan bercanda Rain! Reiza Sebastian Mahendra itu kakak gue! Dia udah meninggal 2 tahun yang lalu, gak mungkin lo kenal dia, lo baru pindah ke sekolah gue setelah kematiannya!"

"Ada jaket pemberian mantan kekasih  kamu yang disembunyikan oleh Reiza, dia menyimpannya di kotak bawah tempat tidurnya"

"Dia sekilas mirip denganmu, namun jika dilihat lebih detail matanya lebih sipit, hidungnya lebih mancung, dan sikapnya lebih sopan darimu"

Aku terus saja berbicara banyak hal yang aku ketahui tentang Reiza, sampai tak terasa bulir air mataku kembali menggenang, secara tidak langsung aku sudah melewati banyak hal dengannya, saat aku terpuruk dia selalu datang di sampingku memberikan semangat yang terkadang aku abaikan.

"Dia datang malam itu untuk mengucapkan salam perpisahan, dia hanya ingin menyampaikan salam padamu tentang jaket itu, sekarang dia sudah pergi meninggalkan hati yang terlanjur mencintai"
Jelasku penuh air mata. Tian masih setia mendengarkan meskipun terkadang tercipta kerutan di dahinya.

"Sorry aku salah mengenali seseorang, aku kira kamu yang mengungkapkan cinta padaku, aku sekarang tahu apa yang membuat hidupku penuh teka-teki akhir-akhir ini, aku kenal dia dan juga melihatnya, aku menjalani hari yang indah bersamanya, dia sungguh menakjubkan"
Sambungku sambil melihat kotak musik pemberian Reiza nanar.

Klek

Kotak musik tersebut membuka dan mengalunkan lagu sendu, aku tersenyum dan berderai air mata. Tian yang melihat itu terkejut namun tidak bisa bergerak, tubuhnya seperti kaku, dia terus memperhatikan sepasang penari yang menari di dalam kotak musik.

"Aku juga rindu denganmu Rei, tenanglah Tian sudah mengetahui segalanya, dia tidak akan mengejar Najwa lagi setelah ini, love you"
Aku menutup kotak musik tersebut dan menaruhnya di atas nakas.

"Kamu butuh bukti lain Tian?"

"Kakak gue, gue mau ketemu sama dia, lo bisa bantuin gue kan Rain? Lo bisa bantuin kan? Gue kangen sama dia, gue kangen bercanda sama dia, gue kangen manggil dia bro Rei, gue kangen Rain, gue kangeeen"
Katanya sambil memohon dan berurai air mata, aku semakin menangis melihatnya seperti ini tetapi tidak ada yang bisa aku lakukan, Reiza sudah kembali di sisiNya, aku tidak bisa merubah itu semua.

Aku hanya bisa menenangkan Tian dan mengantarkannya ke pusara Reiza, Tian menangis dan memeluk batu nisan kakaknya, banyak hal yang dia ceritakan, mulai dari orang tua dan kisah cintanya. Aku tahu banyak rasa cinta dan sayang yang sudah mereka lewati bersama.

Reiza banyak orang yang merasa kehilangan dengan kematian yang kau dapatkan, aku menyesal baru mengenalmu saat semesta sudah merenggutmu. Reiza aku tahu suatu saat semesta mempertemukanku dengan pendamping hidupku namun dirimu tetap memiliki tempat terindah dihatiku. Cinta pertamaku memang tak seindah yang ku bayangkan namun kisah ini sungguh mengesankan dan sulit untuk dilupakan.

Untuk Tian, tetaplah menjadi sahabatku yang pengertian, jangan ada rasa cinta diantara kita sebab cinta bisa merusak segalanya.

Hidup akan terus berjalan meski kekecewaan sering datang, jangan menyerah di tengah jalan, teruslah berusaha dengan sisa tenaga, percayalah segala lelah akan tergantikan senyum indah saat waktunya sudah tiba.







Little Girls

You are DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang