Part 36

26 2 0
                                    

Jam 20:00 WIB tepat, namun aku tidak melihat kehadiran Tian dimanapun, udara sudah semakin dingin, aku sudah merapatkan jaketku berkali untuk menghalau udara dingin di taman kota ini.

Penuh sesak yang ku rasakan saat ini, sepertinya aku berada diantara kerumunan orang banyak, namun pada kenyataannya aku sendirian saja, ada beberapa pasangan yang masih mesra sedang menikmati malam sembari bercerita dan tertawa.

Aku suka melihat orang yang sedang kasmaran, mereka bisa tertawa bahagia tanpa beban. Seakan hidup ini akan indah jika kisah cinta berhasil juga.

"Night my rain"
Tiba-tiba suara mengagetkanku, sepertinya aku tahu siapa yang datang kali ini.

"Lama banget sih"
Ungkapku merajuk sambil bergeser tempat duduk.

"Sorry, aku sedang menyiapkan keberanian untuk mengungkapkan segalanya"

"Dih alay apaan sih"
Kataku sambil sedikit tertawa.

"Serius Rain..."

Drrt Drrt Drrt

Ponsel di dalam tasku berbunyi, reflek aku langsung menjauh dari Tian namun aku izin terlebih dahulu padanya.

Aku tidak melihat nama seseorang yang menelfonku langsung saja ku angkat dan berbicara, aku tidak suka waktu seriusku di ganggu.

"Lo dimana? Katanya mau ke taman" kata seseorang tersebut. Aku mengerutkan dahi dan melihat layar ponsel.

Kerutan di dahiku semakin bertambah ketika tahu nama seseorang yang menelfonku.

"Tian?"
Lirihku.

"Halo, Halo"

"E eh iya"

"Cepet lo dimana?"

"Ak aku udah di taman kesini aja"
Setelah itu telfon dimatikan, aku langsung berlari ke arah Tian yang tadi datang menemuiku.

"Tiaaan! Tiaaan!"
Aku berputar-putar memanggil nama Tian, namun nihil tidak ada Tian sama sekali.

Aku ingin menyelesaikan misteri ini, aku yakin ada dua orang yang mempermainkanku di sini. Aku mengelilingi taman sambil berteriak memanggil Tian sekaligus menjadi pusat perhatian.

"Rain"
Aku langsung mencari asal suara, setelah pandanganku bertemu dengan bola matanya aku terdiam, dia mendekat dan aku menjauh, aku masih bingung dengan apa yang terjadi, aku juga tidak tahu ini Tian asli atau hanya ilusi.

"Lo kenapa sih? Mundur-mundur, jatuh baru tahu rasa"

Aku masih diam, aku memperhatikan setiap detail tubuhnya, dari ujung rambut hingga ujung kaki, semuanya normal kakinyapun napak, aku melangkah maju dan meraba wajah Tian. Asli, batinku.

Aku langsung memeluknya dan menangis sesegukan.

"Eh eh, lo kenapa? Heh Rain"
Kata Tian bingung, aku masih tetap sesegukan di dekapannya. Setelah beberapa menit aku melepas pelukan dan mengusap air mataku. Aku menarik tangan Tian ke bangku taman terdekat, aku menyuruhnya duduk sebelum aku mengintrogasi dirinya.

"Kamu siapa?"
Kataku memulai pembicaraan setelah drama memilukan.

"Ha? Gue Tian, lo kenapa sih?"
Jawab Tian sedikit jengkel, mungkin dia bingung dengan apa yang aku lakukan saat ini.

Aku memperhatikan setiap detail dari dirinya, mulai dari kaki yang napak tahah sampai kepala dengan ekspresi wajah penuh kebingungan tak luput dari pandangan mataku.

"Sehat gak sih lo Rain?"
Tanya Tian pada akhirnya

"Kamu sayang gak sama aku?"
Kataku tidak memperdulikan pertanyaan Tian tadi.

You are DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang