Part 16

32 3 0
                                    

"Halo tante kenapa?"

"I.. Ini Rain, Rain manggil - manggil nama kamu terus sambil nangis, tapi dia gak sadar, tante takut, hiks hiks"

"Tante tante tenang aja, Tian otw ke sana tante, tante jangan nangis lagi ya, Tian matiin ya tante, assalamualaikum"

"Hati - hati Tian, waalaikumsallam"

Tian yang baru keluar dari kelas langsung dibuat khawatir karena telfon dari Vivian. Tian beberapa kali menabrak siswa - siswi yang sedang berjalan di lorong sekolah, panggilan Nada dan umpatan mereka tak lagi dihiraukan oleh Tian, yang Tian tahu ia harus sampai di rumah sakit dengan cepat dan selamat.

Sepanjang perjalanan Tian mendapatkan banyak sekali umpatan karena aksinya yang kebut - kebutan dan tikung sana - sini. Dia bahkan hampir menabrak pejalan kaki yang akan menyebrang jalan. Untung saja remnya bisa diajak kompromi jadilah dia selamat tanpa lecet sedikitpun.

Sedangkan di rumah sakit Vivian bingung, dia memegang tangan Rain sambil sesekali dia memeluk Raina, Vivian juga sudah memanggil dokter yang katanya akan datang sebentar lagi.

"Permisi"
Seorang pria memakai baju khasnya di temani dengan seorang perawat menuju ke arahnya.

"Sore bu, biar saya periksa dulu, ibu bisa keluar sebentar?"
Tanya dokter tersebut.

"Iya iya bisa"
Vivian langsung keluar dan melihat Rain dari kaca yang berada di pintu, dia tidak bisa tenang.

Tadi saat Vivian selesai sholat dzuhur Raina tiba - tiba memanggil nama Tian, Vivian yang saat itu baru sampai di ruangan tersebut terkejut bercampur senang mengira Raina sudah sadar, namun saat dia menghampiri ranjang Rain dan memanggil namanya tidak ada Respon dari Rain, matanya tetap tertutup dan hanya menyuarakan satu nama, yaitu Tian. Raina juga mengeluarkan air matanya, Vivian yang panik langsung keluar untuk memanggil dokter.

"Huh huh huh, tan tee gimana Rain tan?"
Tian yang baru datang menghampiri Vivian yang sejak awal mondar - mandir di depan pintu dan sesekali mengintip Raina lewat kaca.

"Itu, masih diperiksa dokter"
Jawab Vivian sambil menghapus air mata yang sejak tadi merembes ke matanya. Melihat hal itu Tian memeluk Vivian berusaha untuk menenangkan dan menguatkan.

"Tante tenang aja, Rain cewek yang kuat dia pasti akan baik - baik aja"
Tian sebenarnya ingin sekali menangis melihat Vivian serapuh ini, namun dia tahu jika dirinya menangis maka Vivian akan semakin sedih, dan lagi dia tidak akan mengeluarkan air matanya dengan cuma - cuma hanya untuk Raina yang sangat merepotkannya saat ini. Bahkan dia dengan keadaan tidak sadarpun membuat Tian di umpat bahkan di pukul seseorang.

Ceklek

Tian dan Vivian langsung melepaskan pelukannya ketika mendengar suara pintu terbuka, mereka menghampiri dokter yang baru saja keluar dari ruangan Raina.

"Kenapa anak saya dok?"
Tanya Vivian.
Tian yang di sebelahnya merangkul pundak Vivian berusaha untuk menenangkan.

"Anak ibu tidak apa - apa, kami sudah menyuntikkan obat penenang, mungkin 1 jam lagi akan segera sadar, berdoa saja"
Vivian yang mendengar penjelasan dokter tersebut hanya mengangguk tanda bahwa dia mengerti.

Setelah dokter itu berlalu, Tian dan Vivian segera menghampiri Raina.
Vivian memilih memandangi anaknya dengan sedih dan mengelus puncak kepalanya dengan sayang.
Tian duduk lalu memegang tangan Raina.

"Rain, gue udah dateng buat lo, kata tante tadi lo manggil - manggil nama gue, lo kangen ya sama gue? Lo kangen marahin gue kan? Makanya cepet bangun Rain, banyak banget yang udah lo lewatin, lo hidup sekali kalau cuma buat tidur doang rugi kali Rain, lo gak mau menggunakan keahlian lo lagi, buat nyeramahin gue, buat kepoin gue, gue juga udah lama gak main game di ponsel lo, kangen gue sama game lo Rain"
Ucap Tian sambil memandangi wajah Raina yang sedang tidur dengan damai. Vivian yang mendengar ucapan Tian tadi tersenyum sambil meneteskan air mata, dia terharu, ternyata banyak yang sayang kepada anaknya dengan tulus.

You are DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang