Part 14

39 3 0
                                    

Hari ini sekolah heboh karena kabar tentang Raina, namun Rino dan Tian biasa saja, mereka berdua acuh karena mereka sudah tahu terlebih dahulu. Bu Yuyun tadi memanggil Tian untuk meminta penjelasan karena dia merasa bertanggung jawab soalnya dia yang memberikan hukuman.
Sudah di bilang kan kalau Raina gak ada Tian akan di ganggu cabe - cabean walaupun ada kekasihnya di dekatnya saat ini namun rasanya aneh karena Raina tidak ada, Rino juga sedari tadi diam sambil memainkan handphone, tidak berniat untuk menyapa Tian bahkan Tianpun enggan untuk mengajaknya berbicara.

"Sayang kamu udah jenguk Raina?"
Tanya Nada, kekasih Tian yang saat ini menempati bangku Raina.

"Udah"
Jawab Tian cuek, dia bahkan lebih tertarik dengan game di ponselnya, sedari tadi Nada berbicara Tian hanya menanggapi seadanya, Nada juga biasa saja, dia terlalu buta dengan cinta yang tidak dia sadari justru membuat luka.

Cinta memang terkadang menyiksa, harus berkorban untuk mendapatkannya, juga harus menerima resiko jika luka setelahnya.

"Rin lo udah jenguk Raina?" Tanya Nada pada Rino yang berada di belakangnya.

"Udahlah, gue pacarnya, sebagai laki - laki harus punya rasa tanggung jawab walaupun bukan gue pelakunya"
Jawab Rino mantap sambil melihat ke arah Nada. Nada hanya mengangguk dan tersenyum.

"Kok bisa sih Raina tertimpa rak buku gitu? Katanya dia pulang paling akhir soalnya dihukum, yang gue tahu juga dihukumnya ditoilet kan tapi ngapain dia masuk ke perpus?"
Nada mulai kepo, karena kabar tersebar simpang siur, katanya ada yang sengaja mencelakai Raina, ada juga yang katanya Raina ceroboh, dll.

"Gue gak tau soal itu Raina juga belum sadar"

"Lo juga sih ngakunya pacar tapi gak mau nemenin, gak setia banget sih lo"
Ucap Nada sambil memukul kecil tangan Rino.

"Raina sendiri yang gak mau gue temenin, dia percaya kali udah ada temennya yang bakal jagain dia kalau ada apa - apa, tapi buktinya Raina sendirian kan saat itu karena temennya dateng bareng gue"
Jawab Rino sambil senyum meremehkan.
Tian yang merasa dirinya di bicarakan langsung menggebrak meja, semua orang di kelas lantas melihat ke arahnya, namun dia tidak menunjukkan ekspresi apapun, bahkan dia tetap berjalan keluar walau Nada memanggilnya.

°°°°°

Seperti biasa mulai 5 hari yang lalu, ketika kejadian itu terjadi, setiap pulang sekolah Tian menemui Raina dan Vivian di Rumah Sakit, seperti saat ini Tian baru sampai di ruangan Raina, dia masih saja betah memejamkan matanya, tidak ada tanda - tanda Raina akan bangun setiap harinya.
Pernah waktu itu Raina mengeluarkan air mata, Tian kira Raina akan bangun tetapi ternyata tidak.

"Tian kamu tidak perlu kesini setiap hari, nanti jika Raina bangun pasti tante kabarin kamu kok" ucap Vivian kepada Tian yang saat ini sedang duduk di sofa ruang tersebut.

"Gpp tante, Raina sahabat Tian, jadi Tian harus selalu menemaninya" jawab Tian sambil tersenyum.

"Kamu memang anak baik Tian, kamu sudah makan?"
Tanya Vivian lagi, karena Tian ke rumah sakit bahkan masih mengenakan seragam jadi tidak mungkinkan jika Tian sudah pulang.

"Udah tante, tadi sebelum kesini Tian mampir dulu di kantin rumah sakit"

"Ohh, oh iya Tian, anak laki - laki yang waktu itu siapanya?"
Tanya Vivian bingung, sebab kemarin Vivian lihat ada laki-laki yang keluar dari kamar Rain masih menggunakan seragam seperti seragam anaknya, namun waktu itu Vivian baru pulang dari mushola setelah melakukan sholat asar.
Waktu itu Vivian sempat khawatir karena dia tidak mengenal anak tersebut, Rain juga waktu itu dia tinggal sendiri, namun rasa khawatirnya tidak terlalu lama karena ketika dia sampai di kamar Rain ada Tian yang sedang duduk sambil memainkan ponselnya.

"Ohh, itu Rino tante, temen Tian satu kelas dan juga pacarnya Rain"
Jawab Tian, walaupun dia tidak suka dengan Rino namun dia masih menganggapnya teman.

"Pacarnya Rain?"
Vivian penasaran, karena selama ini yang dia tahu Rain hanya dekat dengan satu laki - laki, yaitu Tian.

"Iya tante, dia baik kok, dia juga lumayan akrab sama Tian"
Tian tahu Vivian khawatir karena Rain tidak pernah mengenalkan laki - laki lain selain dirinya kepada Vivian.

"Oh ya sudah, tante cuma khawatir dia anak nakal, tante takut terjadi apa - apa sama Rain"
Jawab Vivian.

Lama waktu berjalan, semakin asik juga pembicaraan Vivian dan Tian.
Tiba - tiba Rain bersuara dan itu menimbulkan kekhawatiran Vivian, sebab Rain menyebutkan satu panggilan yang dulu pernah membahayakan dirinya waktu kecil, perasaannya mulai tidak enak.

"Nyai"

Hanya itu yang Rain ucapkan, setelahnya tidak lagi.
Vivian mulai cemas karena Rain kembali menangis, Tian yang tidak mengetahui apapun hanya bisa diam, dia ingin memanggil dokter namun Vivian melarang, katanya Rain sudah biasa seperti itu.

"Nyai? Apa maksudnya tante?"
Tian di buat bingung karena Rain hanya mengucapkan satu kata itu.

"Ehm, mari duduk Tian biar tante jelaskan"
Tian menurut dan duduk di tempat semula.

"Nyai Darmi, dia dulu tentangga tante, waktu itu dia membantu tante untuk merawat Raina, karena waktu ayah Raina meninggal tante harus bekerja untuk biaya sehari - hari dan saat itu Rain masih kecil tante tidak bisa mengajaknya. Nyai Darmi sangat baik pada tante, dia juga sangat menyayangi Rain sampai dia memiliki nama panggilan khusus untuk Rain yaitu Putri, karena itulah tante menitipkan Raina kepada Nyai Darmi. Sampai waktu itu tiba, Rain yang masih kecil di ajak Nyai Darmin untuk membantunya memasak di dapur, Rain saat itu penasaran bagaimana Nyai memasak, dia mendekati tungku dan berjongkok di sebelah Nyai. Tanpa Nyai ketahui Rain memainkan kayu yang dia gunakan untuk memasak. Entah bagaimana ceritanya Rain tidak sengaja membuat rok yang dipakai Nyai Darmi terbakar, Nyai Darmi panik karena apinya semakin besar, Rain ketakutan dan tidak bisa melakukan apa - apa, sehingga membuat Nyai Darmi tewas saat itu juga, sepertinya Nyai Darmi tidak terima, sampai saat Rain mulai beranjak dewasa sekitar 10 tahun yang lalu Nyai Darmi menemui Raina dan ingin mengajaknya untuk ikut bersamanya, saat itu Raina tidak bangun dari tidurnya selama 3 hari, dia selalu mengigau dan menyebut Nyai Darmi sambil menangis dalam tidurnya, tante sempat memanggil dokter, namun dia bilang Rain tidak apa - apa, tante memanggil dukun, namun hasilnya nihil, sampai tante menemukan seorang Kyai dan memintanya untuk menolong Raina, akhirnya berhasil"
Jelas Vivian dengan detail. Tian yang sudah mendengar penjelasan tersebut lalu melihat ke arah Raina sendu. Apa yang dia bisa lakukan untuk sahabatnya itu saat ini.

"Lantas sekarang bagaimana tante? Apa Tian carikan Kyai saja?"
Tanya Tian.

"Kita tunggu saja sampai besok Tian, kalau Raina belum sadar juga tante akan memanggil Kyai"
Ucap Vivian mantap. Dari sorot matanya ia sangat khawatir dengan keadaan Raina.
Tian juga sama dia bangkit dan berjalan ke arah ranjang Raina, dia menggenggam tangan Raina berharap dia bisa menyalurkan sedikit kekuatannya.

"Gue tahu Rain, lo pasti bisa, lo pemberani, lo pasti akan cepat sadar, gue ada di sini sama lo Rain, besok gue janji akan bawa Rino ke sini, tapi lo harus janji, kalau besok gue dateng lo harus sudah sadar dan menyambut gue dengan senyuman"






Little Grils






Vote & Comment ya guys, karena saya sangat membutuhkan hal itu, agar tetap semangat untuk menulis 🙏.

You are DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang