Part 15

43 3 0
                                    

"Rino kemana Ji?"
Tanya Keiza kepada Aji yang merupakan teman sebangku Rino.

Keiza sudah janji bukan akan membawa Rino ke rumah sakit hari ini kepada Raina, karena Rino selama ini hanya datang sekali untuk menjenguk Rain, katanya dia memiliki banyak jadwal dan kesibukan yang harus segera di selesaikan.

"Tadi sih bilangnya mau ke lapangan basket belakang, emang kenapa Za?"
Tanya Aji pada Keiza yang sedang berdiri di hadapannya. Dia sedang duduk di depan kelas sambil bermain game di ponselnya.

"Gpp, gue cuma tanya, biasanya kan sama lo dia, yaudah gue pergi dulu, makasih Ji"
Jawab Keiza sambil berlalu dan sebelum itu menepuk pundak Aji. Aji hanya mengangguk dan kembali memainkan game yang tadi dia pause.

"Keiza mau kemana?"
Masalah nih, batin Keiza.
Dia Nada, yang memanggil Keiza dari dalam kelas, dan saat ini sedang berlari menyusul Keiza ke luar kelas.

"Iihh sayang ditanya kok diem aja sih, Nada kan mau ikut"
Ucap Nada dengan suara manja yang di buat - buat.
Tak ada tanggapan apapun dari Keiza,  malah berjalan lebih cepat yang Keiza lakukan. Nada tidak menyerah dia tetap mengikutinya dan menggandeng lengan Keiza. Keiza yang merasa risih dengan hal tersebut belum lagi mendapatkan tatapan aneh dari siswa yang sedang berlalu lalang di koridor ini akhirnya memilih berhenti, dan berusaha melepaskan rangkulan tangan Nada.

"Lo apaan sih, jangan ikutin gue bisa gak, lepas!"
Keiza meninggikan suaranya agar Nada melepaskan rangkulannya, dan berhasil, Nada melepaskan rangkulannya sambil mengerucutkan bibirnya.

"Ihh Keiza aku tuh mau ikut sama kamu, kamu jangan gitu dong sayang"

Keiza bergidik ngeri dengan panggilan Nada, bukan malah sayang tambah ilfil iya.

"Lo udah kaya cicak aja ya nempel mulu sama gue, udah ah sana jangan ikut"
Tian kembali melanjutkan jalannya, dia harus menemui seseorang saat ini, sendirian dan dia tidak butuh teman.
Tetapi Nada tetaplah Nada dengan pendirian yang sangat kuat, wanita itu tahan banting dengan sikap Keiza yang cenderung menjatuhkannya.

Ternyata cinta menyeramkan juga jika sudah terlanjur buta, harga diri bahkan menjadi taruhannya.

"Aku ikut Tian sayang titik"
Keiza mendadak berhenti dan menatap tajam Nada yang berjalan di sebelahnya, Nada yang takut dengan tatapan Keiza hanya mampu menundukkan wajahnya saja.

"Jangan panggil gue Tian! Lo boleh panggil gue Keiza, Sebastian, atau Mahendra sekalipun terserah lo, yang pasti jangan Tian, lo paham?"
Jawab Keiza penuh penekanan di setiap katanya. Nada yang di hadapannya hanya mengangguk dan mulai mengikuti Keiza yang sudah kembali berjalan.

Boleh mencintai namun jangan sampai mati, agar nanti ketika kecewa menghampiri, sakitnya tidak terlalu menusuk relung hati, dan menghancurkan harapan yang sudah tersusun rapi.

Sampai di lapangan basket mata Keiza langsung berkeliling, mencari seseorang yang ingin dia temui, saat ini sedang tidak ada pertandingan lantas untuk apa Rino ke sini, bahkan ini sangat sepi. Sedikit penjelasan, lapangan basket di sini berada di dalam ruangan.
Nada yang sejak tadi berdiri di sebelah Keiza menatapnya bingung, dia juga sesekali mengikuti arah pandang Keiza dan setelah itu menatap Keiza dengan berbagai pertanyaan.

"Kamu nyari apa sih?"
Tidak ada jawaban dari mulut Keiza dan malah berlalu.

"Iisshh dari tadi aku di cuekin mulu sih, sabar Nada inilah cinta, harus berjuang sekali lagi ternyata"
Nada melangkah mengikuti Keiza yang ternyata sedang menuju ruang ganti.

"Keiza kamu ngap.."
Belum selesai Nada berucap Keiza sudah membungkam mulutnya dan memintanya untuk diam.
Nada yang penasaran hanya menautkan alisnya sebagai pertanyaan kepada Keiza.

"Ssst diem, jangan berisik"
Hanya itu jawaban Keiza, setelah itu dia diam dan mencoba mendengarkan sesuatu.

"Aku cinta sama kamu, kamu mau gak jadi pacar aku?"

"Ehm, tapi kamu kan sudah punya pacar Rino"

Ya itu Rino dengan seorang perempuan. Perempuan itu duduknya membelakangi pintu sehingga Keiza tidak bisa melihatnya. Namun yang membuat Keiza marah adalah Rino mengajak perempuan itu untuk berpacaran padahal Raina yang statusnya masih kekasihnya sedang berjuang untuk kesembuhannya.
Wahh nih anak harus di habisi, batin Keiza.

"Jangan pikirin dia, kan selama ini kamu yang selalu bantu saat aku butuh teman curhat"

Ya iya lah, b***h, Raina kan lagi mampus mana bisa lo ajak curhat. Nih monyet satu ogebnya belum hilang juga, batin Keiza sambil bersandar di balik dinding dan memasang telinga untuk mendengarkan percakapan dua insan yang sedang kasmaran.

"Tapi aku takut Rino, nanti dia sembuh dan kamu balik lagi sama dia"

"Tenang saja aku akan memutuskan dia jika saatnya sudah tiba, percayalah perasaan ku sudah beralih ke kamu, kamu percaya kan sama aku?"

"Ehm, gimana ya Rin, aku juga nyaman dengan perlakuan kamu selama ini, aku sepertinya juga jatuh cinta sama kamu"

Spesies cabe dari mana sih, gila aja mau di jadiin yang ke dua. Buta kali tuh anak belum lihat spesies cogan kayak gue kali ya, batin Keiza lagi.

"Jadi? Kamu mau?"

"Iya"

Rino sepertinya membangunkan macan tidur. Keiza sejak tadi sembunyi di belakag tembok dan mendengarkan semua percakapan Rino namun yang dia tidak tahu adalah siapa perempuan itu, sepertinya dia mengenali suaranya namun dia lupa.
Keiza menahan amarah sejak awal dan itu membuat wajahnya memerah dan buku - buku tangannya memutih karena dia menggenggamnya terlalu kuat.
Keiza langsung pergi sambil berusaha meredam amarahnya. Nada yang mendengarkan percakapan itupun syok dan bingung, kenapa Rino tega berbuat seperti itu, dia memandang pintu ruangan itu dan selanjutnya pergi menyusul Keiza yang ia yakin sedang marah besar. Karena Rino merupakan kekasih sahabatnya, yaitu Raina dan parahnya lagi saat ini Raina sedang koma.

Cinta memang rumit dan membuat sakit jika kita tidak pandai memperlakukan. Yang terlihat setia di awal belum tentu bertahan, yang awalnya terlihat baik akhirnya justru terbalik.

"Sorry Rain gue gak bisa tepatin janji, gue gak bisa bawa pacar tersialan lo ke rumah sakit, gue juga mau lo putus dari dia"
Batin Keiza sambil meluapkan amarahnya dengan melempar batu - batu kecil ke arah tembok belakang sekolah.

Ini sudah masuk jam terakhir, tetapi Keiza enggan untuk beranjak dari sana, seakan tempat duduk yang ia tempati ada lemnya.

Semester ini dia sudah berapa kali melukis huruf A di buku absen, tinggal berdoa saja semoga dia tidak di tendang dari KK.

"Aarghhh! Sialan! Lo yang punya pacar kok jadi gue yang rempong sih Rain! Lo harus tanggung jawab kalau sampai gue di marahin sama mama tercinta, awas lo kalau sembuh!"

Lah ini anak kenapa jadi Rain yang di salahin.







Little Grils








Vote & Comment ya 🙏

You are DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang