Part 13

35 3 0
                                    

Keiza PoV

"Rainaaa!"
Teriak Rino ketika sampai di dalam perpustakaan.
Waktu otw ke sekolah gue tadi memberi tahu Rino bahwa Raina dalam bahaya dan kekunci di perpustakaan, walaupun dengan paksaan, karena hari ini jadwal latihan Band katanya. Tapi emng gue pikirin, gila kali dia pacarnya dalam bahaya masih mau latihan Band.

"Tian bantuin ini!"
Teriak Rino lagi.
Gue terlalu syok dengan pemandangan di hadapan gue saat ini, rak buku yang biasanya berjajar rapi sekarang jatuh berantakan, dan lagi Raina tertimpa salah satu dari rak tersebut.
Raina, sahabat gue, tertimpa rak dan sekarang tergeletak di bawah?

"Ya ampun Rainaaa!"
Gue langsung berlari ke arah Rain. Rino sejak tadi hanya menggoyangkan badan Rain tanpa berniat untuk mengangkat rak buku yang menimpanya.
Ogeb emang nih anak satu, keadaan lagi genting gini masih juga pinternya gak muncul.

"Raina pingsan bego,ini angkat raknya bukan bangunin dia, cepet elah bantuin, gue tampol juga lo!"

"Eh iya iya, panik gue, sabar napa jangan ngegas"
Nih anak kalau keadaannya gak kaya gini udah gue habisin.

"Cepetan! kalau Raina kenapa - napa lo yang gue hajar"

Setelah rak buku sudah berhasil diangkat, gue langsung membawa Raina ke Rumah Sakit, Rino masih setia menjadi buntut gue. Sepertinya gue salah pilihin pacar buat Raina.

"Za gue yang pacarnya kenapa lo yang bopong dia sih"
Bodo amat, gue tidak menghiraukan protesan - protesan yang Rino ajukan,  ini kalau sampai Raina kenapa - napa tante Vivian bakal marah sama gue, kan biasanya Raina sama gue pulangnya.

"Rino cepet buka mobil gue, lo yang nyetir cepet!"

"Lah gue kan pacarnya lo yang nyetir gue yang bawa Raina di belakang"

"Lo kalau masih banyak bacot gue habisin sekarang!"
Gue jadi kepancing emosi kan sama nih tikus satu. Sorry Rain bukan gue gak suka sama pacar lo tapi dia lelet gak pantes buat lo yang pecicilan.

Kepala Raina masih mengeluarkan darah, gue semakin khawatir, gue gak akan maafin diri gue sendiri kalau sampai terjadi apa - apa sama Raina, gue merasa bodoh buat jadi sahabat, seharusnya tadi gue gak ninggalin dia sendirian.

"Cepetan Rino, lelet banget sih bawa mobilnya!"
Gue gemes sama nih anak bawa mobilnya udah mirip siput.

"Sabar, kalau sampai kita kecelakaan bukan Raina aja yang gak tertolong tapi kita juga ikutan mampus"
Jawabnya.

Setelah sampai di Rumah Sakit gue marahin beberapa perawat karena gue pikir kerjanya gue pikir lemot banget,mungkin ini karena kepanikan gue lihat darah Rain tadi, gue panik dan takut kalau sahabat gue kenapa - kenapa.
Ingetin gue buat minta maaf sama perawat itu setelah ini.

Bug Bug

Pukulan mentah mendarat di wajah gue. Rino nonjok gue yang sedang mondar - mandir di depan UGD.

"Gue diam bukan berarti gue nurut sama lo Za! Gue salah nitip Raina sama lo, seharusnya tadi gue bantuin dia bukan malah ninggalin dia sama orang yang gak ada tanggung jawabnya kayak lo! Kalau nanti terjadi apa - apa sama Raina lo orang pertama yang gue cari! Pantes Najwa nolak lo mentah - mentah lo gak pantes dapet pasangan!"
Jelas Rino sambil nunjuk - nunjuk gue. Kita di sini udah jadi tontonan publik. Gue menatap matanya tajam namun tangan gue gak mampu untuk bergerak, gue gak berniat membalas karena yang dikatakan Rino memang benar, gue yang salah, gue yang gak bertanggung jawab. Seharusnya gue nunggu Raina, anak itu banyak tingkah, gue pikir tingkahnya gak akan mencelakai dirinya sendiri.

Gue langsung pergi, mungkin nenangin diri yang gue butuhkan saat ini, dan juga mempersiapkan diri untuk menghadapi amarah tante Vivian nanti.

Keiza PoV end

Tian tidak pulang, dia pergi bukan berarti lari dari masalah bukan? Bahkan tadi dua menghubungi tante Vivian, mungkin sekarang tante Vivian sudah ada di ruangan Rain.
Tian belum siap untuk kesana, dia menunggu Rino pulang terlebih dahulu, tidak, Tian tidak takut dengan Rino, namun Tian tidak mungkin membuat keributan di Rumah Sakit kan? Bisa - bisa dibekuk aparat dia.

"Lo dicari ibunya Raina"
Suara itu mengagetkan Tian yang sedang duduk sendirian sambil menutup wajahnya dengan tangan yang ia tumpukan di kaki.

Tian menengok ke belakang dan mengangguk lalu pergi tanpa berniat mengucapkan apapun.

"Gue pulang, nanti kalau Raina sadar bilang sama gue"
Ucap laki - laki itu lagi.
Tian lagi - lagi mengangguk lalu kembali berjalan.

Ceklek

"Assalamualaikum tante"
Ucapnya sambil menyalami Vivian.

"Tian, ini Raina kenapa?"
Tanya Vivian dengan nada sedih namun berusaha tegar dan tidak mengeluarkan air mata, walaupun Tian tahu pasti Vivian habis menangis, terlihat dari matanya yang bengkak.

Tian menceritakan semuanya kepada Vivian, Vivian hanya mendengarkan dan sesekali menatap ke arah Rain sendu.

"Maafin Tian tante, Tian yang salah, seharusnya Tian gak ninggalin Rain di sekolah"
Ucap Tian penuh penyesalan setelah selesai bercerita.
Vivian berdiri dari duduknya dan menghampiri Tian yang sedang berdiri di seberang ranjang Rain.
Tian menatap wajah Vivian dengan sedih, dia siap jika harus mendapatkan sedikit tamparan dari Vivian, itu memang pantas dia dapatkan bukan.

Namun di luar perkiraan Vivian justru memeluk Tian sambil menangis. Tian terkejut namun secepatnya mengendalikan lalu membalas pelukan Vivian.

"Tidak Tian, bukan salah kamu, justru tante mau bilang makasih, kamu udah mau menolong Raina, kalau gak ada kamu tante gak tahu bagaimana nasib Raina di sana, jangan menyalahkan diri kamu sendiri.

Vivian memegang kedua bahu Tian sambil tersenyum.

"Maafin Tian tante"
Jawab Tian sambil memeluk Vivian lagi.

Setelah acara peluk - pelukan itu berakhir Tian menatap ke arah Raina.
Wajahnya sangat pucat, kepalanya di perban, kakinya juga. Dia menatap Rain sendu, tidak bisa berkata apa - apa lagi.
Gadis di depannya ini biasanya sangat cerewet namun kini dia bahkan tidak bisa tersenyum.

"Tulang kakinya sedikit retak, mungkin rak buku yang menimpanya sangat berat, kata dokter juga kepalanya terbentur lumayan keras"
Jelas Vivian sambil menggenggam tangan Rain dan menatapnya sendu.

Tian mengusap puncak kepala Rain, dia hanya bisa berdoa semoga Rain cepat sadar dan baik - baik saja.

"Cerewet cepat sembuh ya, gue mau cerita banyak hal sama lo, jangan bikin gue di gebukin Rino lagi gara - gara lo, cepet bangun, ntar gue duduk sendirian gak seru gak ada yang bisa di jailin"
Ucap Tian. Vivian tersenyum mendengarnya.

Setelah cukup lama berbincang dengan Vivian, Tian izin pulang karena besok harus tetap sekolah, dia juga ingin memberi tahu orang tuanya tentang Rain, pasti mamanya khawatir, kan Ririn cukup dekat dengan Rain karena Tian sering mengajak Rain ke rumahnya dulu saat ibunya koma.








Little Grils


Vote and Comment ya, supaya lebih baik lagi. Komentar kalian sangat di butuhkan di sini 🙏.

You are DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang