Dia Tak Ada

6.5K 292 4
                                    

Author pov.

Wilda telah menginjak kelas 3 SMA. Sekarang mereka dan teman satu angkatannya menjadi senior di sekolah. Namun, seseorang yang selalu di pandangi sudah tak lagi disitu. Dia sudah pergi menjemput masa depan yang telah menanti.

"Kok aku udah laper ya" adu Nara pada Wilda dan Intan

"Yehh jam segini udah laper, dasar perut karet tu" ejek Intan

"Aku ngga sarapan tadi pagi, takut telat. Ke kantin yuk" ucap Nara lagi

"Nggak lah nggak, nanti ada guru gimana?" Tegas Intan

"Bentaran doang lah, nanti kalo aku mati gimana? Hah?" Ancam Nara

"Kenapa jadi bawa-bawa mati sih?" Ucap Intan

"Udah udah kasian Nara tuh" lerai Wilda

*****

Sesampainya di kantin, Nara langsung memesan makanan, sedangkan Wilda dan Intan hanya mememani karena mereka sudah sarapan pagi tadi.

"Alhamdulillah kenyang juga" kata Nara sambil mengelus perutnya yang sudah terisi penuh, namun tak ditanggapi oleh teman-temannya. Intan sibuk memainkan ponsel yang ada di genggamannya sedangkan Wilda melamun, entah sesuatu apa yang sedang mengusik fikirannya.

"Kalian kenapa sih, ih!" Gerutu Nara

"Eh eh maaf" kata Wilda dan Intan serempak

"Oh aku tau, pasti Wilda kepikiran si Kak anu tu cieee, mikirin Kak Fedi ya" tebak Intan

"O iya, kak Fedi kan udah ngga disini lagi kan ya. Cieee kangen ya?" Tambah Nara

"Kalian apaan sih, enggaklah" tegas Wilda

Wajah Wilda memerah. Memang benar kata teman-temannya itu. Dia sedang memikirkan sosok Fedi, kakak kelasnya dulu yang selalu membayangi dirinya. Entah apa yang membuatnya seperti itu. Makhluk allah yang selalu membuat jantungnya berolahraga setiap kali melihatnya, apalagi mendekatinya.

*****

Wilda pov.

Sudah semakin dewasa, kelas 3 SMA. Ujian telah menanti di depan sana, tanda bahwa harus dan harus belajar dengan giat. Aku tidak mau menecewakan Abi, Ummi juga Kak Delly, kakak laki-laki ku. Ummi selalu menegaskanku bahawa aku harus menjadi orang yang sebenarnya, dalam artian menjadi orang yang sukses namun tak lupa akan kewajiban pada Tuhan yang telah memberikan kehidupan ini.

"Assalamualaikum, Wilda pulang" salamku saat memasuki rumah sambil meletakkan sepatuku

"Waalaikumsalam" jawab Ummi padaku

"Kak Delly belum pulang ya Mi? Tanyaku

"Belum dia masih di kantor" jawab Ummi

Kak Delly memang bekerja di kantornya Abi. Dulu, selepas Kak Delly selesai kuliah dia langsung bekerja di kantor Abi. Karena memang Kak Delly mengambil kuliah jurusan Manajemen. Dan aku berencana ingin kulih di jurusan Manajemen juga selesai tamat SMA ku nanti.

"Wilda ke kamar dulu ya Mi" kata ku

"Nggak makan dulu nak? Tanya Ummi

"Nggak Mi nanti aja" jawabku

Sesampainya di kamar, aku langsung mengganti baju panjang ku dan mengambil kerudung dengan warna senada yang biasa ku pakai. Aku merebahkan tubuhku di tepi ranjang. Tiba-tiba saja aku teringat omongan Intan dan Nara tentang lamunanku tadi pagi waktu di kantin. Memang benar, aku sedang memikirkan sosoknya yang selalu membuatku entah bagaimana.

"Ya allah, ampunilah aku karena telah berzina fikiran karenanya ya allah" batinku

Assalamualaikum ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang