Aneh

5.7K 258 0
                                    

Dua minggu lagi.

Iya. Dua minggu lagi Fedi akan menikahi seorang wanita yang baru saja di khitbahnya.

Baru pertama bertemu.

Jelas saja belum mengenalnya sama sekali.

Memang cinta akan datang dengan sendirinya. Namun bagaimana dengan cinta 5 tahun yang di pendamnya dalam diam?

Hanya bisa menyebut lirih namanya di dalam doa.

Kalau saja hati tidak berbohong pada diri sendiri, ingin sekali Fedi mengatakan dengan lantang bahwa ia telah menaruh hati terlebih dulu pada 5 tahun yang lalu.

Jangan ditanya lagi. Sampai sekarang rasa itu tetap ada.

Sulit untuk melupakan? Jelas

Satu-satunya obat bagi dua orang yang merindu adalah dengan bertemu.

Dan satu-satunya obat bagi dua orang yang mencinta adalah dengan menikah?

Tapi apakah kamu siap menerima takdirnya?

Ia paham bahwa berharap kepada makhluk akan menyakitkan. Berharap pada selain-Nya akan membuatmu tersiksa. Berharaplah kamu hanya pada Allah agar kamu mendapatkan apa yang kamu idam-idamkan. Di dunia dan di akhirat. Insyaallah.

*****

Salsabila pov.

Aku baru saja di khitbah oleh seseorang beberapa hari yang lalu. Pertama kali bertemu memang iya.

Dan ini juga untuk pertama kali aku di khibah.
Kenapa aku memutuskan untuk menerima lamarannya?

Aku mendengar cerita dari Ummi. Mas Fedi adalah orang yang baik, lembut, agamanya bagus, dan sangat menghargai wanita.

Memang aku bercita-cita, jika aku menikah aku ingin mempunyai suami yang bisa membimbingku dalam kebaikan dan ketaatan, walaupun akhlakku tak sebanding dengan Ibunda Khadijah.

Hari ini aku ke kantor mas Fedi karena memang ada urusan pekerjaan.

Kebetulan juga, kita sama-sama bekerja di sebuah kantor. Hanya saja, mas Fedi seorang CEO dan aku hanya karyawan biasa.

Setelah sampai di dekat kantor mas Fedi, aku berniat untuk membelikannya makan siang.

Aku mengetuk pintunya pelan.

Setelah aku menyampaikan maksud kedatanganku di kantor ini, aku menyodorkan makan siang yang kubeli sebelum pergi kesini.

"Mas Fedi belum makan? Tadi aku beli ini" tanyaku sambil memberikan makanan padanya

"Tidak usah repot-repot" jawabnya

"Tidak apa-apa. Aku sengaja membelinya" ucapku meyakinkan

"Terimakasih" jawabnya singkat

"Saya permisi dulu, assalamualaikum" kataku lagi

"Waalaikumsalam"

*****

Aku sudah tiba di rumah.
Di kamar tidak tahu mengapa aku berfikir tentang kejadian aku bertemu mas Fedi di kantornya.

Mengapa sikapnya biasa-biasa saja?

Padahal aku adalah wanita yang akan dinikahinya.

Apakah dia menerima perjodohan ini dengan terpaksa?

Kenapa tidak mengungkapkannya dari awal saja?

Sikapnya begitu dingin dan terkesan sangat cuek.

Astagfirullah, jangan biarkan aku berprasangka buruk terhadap sesuatu ya allah.

Aku percaya takdirmu itu selalu baik. Buatlah aku tetap berpegang teguh di jalanmu.

Engkau pasti tidak akan membiarkan hambamu menanggung sesuatu yang membebaninya.


Assalamualaikum ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang