25 - Distance

522 45 10
                                    





Seojoon menatap dengan wajah datar kepada saat salah satu pegawai wanita Resort milik keluarga Kang yang sedang menyediakan makanan di hadapannya. Tidak lupa di depan Seojoon terdapat pria yang sudah dikenalnya sejak masih usia kanak-kanak sedang memotret dirinya sendiri dengan narsis. Seojoon yang sedari tadi berdiam diri bergidik ngeri melihat kelakuan Haneul yang semakin bodoh.

'Aigoo... sikap bodohnya mulai lagi.' Fikir Seojoon mengelengkan kepala.

Pegawai tadi memberikan salam sebelum ia pamit setelah menata rapi makanan yang dibawanya tadi. Seojoon hanya menganggukan kepala sebagai balasan kepada pegawai tersebut dengan wajah datar. Lelaki itu tidak berfikir untuk menyetuh sedikitpun makanan yang terlihat mengunggah selera makan bagi orang lain. Kini tatapannya kembali beralih kepada Haneul yang masih saja asik ber-selca ria.

Merasa dilihat Seojoon dengan tatapan aneh, Haneul pun mulai tersadar dan berhenti. Haneul berfikir ia pasti membuat suasana lelaki itu menjadi buruk.

"Seojoon-ah, berhenti menatapku seperti itu. Kau membuatku seperti orang yang aneh?!!"

"Kau memang aneh!"

Mendengar desisan Seojoon membuat Haneul medecih seketika. Jika saja Haneul adalah tipe orang yang 'memasukan kata dalam hati' maka mungkin ia tidak akan sudi berteman dengan Seojoon—yang bagi dirinya sangat sok sempurna.

Bukankah seharusnya Park Seojoon itu bersyukur karena masih ada satu orang yang bertahan untuk menjadi temannya? Ini aneh bukan.

Kang Haneul terkejut melihat mejanya yang sudah penuh dengan makanan lezat. Pria cerewet itu bahkan tidak ingat kapan semua makanan ini ditata, ia tadi pasti terlalu fokus pada selca-nya.

"Oh?! Makanannya sudah datang.
Wah... Seojoon-ah, lihat? Chef di Resort ku sungguh hebat, kan? Makanan ini memiliki nilai artistik yang sangat tinggi."

Tangan Haneul dengan cepat langsung mengambil lagi ponselnya dan menyalakan camera mode. Ia mencari posisi angle yang pas untuk mendapatkan foto dengan kualitas maksimal. Seojoon hanya membuang muka melihat tingkah laku Haneul.

Setidaknya menatap lautan bebas terbentang yang tidak jauh dari tempat ini lebih menenangkan fikirannya daripada harus melihat temannya yang bertindak seperti orang bodoh—lagi—.

Seojoon kemudian mengambil ponsel di saku bagian dalam jasnya dan mengecek untuk melihat adakah seseorang yang menghubunginya hari ini.

Tidak ada.

Lelaki itu menatap lirih layar ponselnya yang kosong akan pesan maupun riwayat panggilan itu. Ini sudah hari kelima ia pergi dari Seoul dan sampai hari ini pula Kim Jiwon tidak pernah menelfon maupun mengirim pesan padanya. Seojoon memang sangat berharap bisa mendapatkan kabar dari wanita itu, ia terlalu takut untuk memulai mengirim pesan pada Jiwon terlebih dahulu.

Tidak, bukan karena takut. Lebih tepatnya mungkin karena Seojoon tidak tahu apa yang harus dibahas jika ia mengirim pesan kepada Jiwon terlebih dahulu.

Pria itu berfikir, 'Dia bahkan tidak menghubungiku dan menanyakan kabarku.'

***

Kim Jiwon berdiri sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Tempat ini masih sama seperti kemarin, terasa sepi dan menyedihkan. Hari kelima dimana ia masih ditinggal oleh sang pemilik rumah.

Can I See You Again? (Park Seojoon X Kim Jiwon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang