Happy Reading••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
Suara dentingan dari alat makan berbahan logam tergambar jelas di udara hingga hampir berbekas pada indera pendengaran setiap manusia disana. Sudah lebih dari 10 menit lamanya, dan tidak ada seorangpun yang ingin berbicara diantara mereka, hanya menikmati santapan makan malam bersama dengan kesunyian dan damai. Seojoon dan Jiwon sesekali mengambil kesempatan untuk melirik takut-takut ke arah dua orang paruh baya berbeda gender di depan mereka, sambil menyuapi makanan ke dalam mulut perlahan sedikit demi sedikit.
Padahal seingat Park Seojoon yang merupakan anak tunggal dari keluarga ini, biasanya mereka akan selalu berbincang-bincang selama makan malam berlangsung, entah itu hal yang penting maupun hal yang tidak penting sekalipun.
Benar-benar suasana yang tenang, bahkan terlalu tenang jika dijelaskan.
"Bersikaplah seperti biasa, jangan canggung begini."
Satu kalimat yang lumayan panjang dilontarkan oleh Park Jongwon, kepala keluarga Park. Lelaki berperawakan gagah layaknya Park Seojoon namun dalam versi yang lebih dewasa dan menua itu tidak tahan dengan keadaan sepi ini.
Merasa tersindir, Seojoon dan Jiwon pun langsung bertingkah kikuk. Mereka yang tadinya hampir saja melakukan kegiatan romantis secara tidak disengaja hampir ditonton oleh orang tua Seojoon. Siapa yang tidak malu sekaligus canggung jika ada orang lain yang menyaksikan momen memorable itu.
"Seharusnya kalian menghubungiku dulu jika ingin kemari." Balas pelan Seojoon seraya berdehem untuk menghilangkan rasa gugupnya. Tangannya saat ini terasa dingin dan kakinya sedari tadi sibuk bergoyang tidak tenang dan gugup.
"Aku tidak tahu jika Jiwon ada disini, nak. Jika tahu, tentu kami tidak perlu menghawatirkanmu." Bela Jung Inha atas pernyataan suaminya.
Seojoon tidak kembali berbicara, ini juga salahnya sendiri karena menyembunyikan keberadaan identitas Jiwon disini. Seharusnya ia memberi kabar kepada orang tuanya jika Jiwon telah tinggal bersama dengannya lagi.
Agar keadaan tidak kembali menjadi canggung, maka Inha secara suka cita mengambilkan telur gulung di hadapannya dan memberikannya kepada semua orang disana masing-masing satu. Jiwon yang juga mendapatkan satu telur gulung memberikan anggukan kecil seraya berkata terima kasih lembut.
"Hm, ibumu benar. Kau juga tidak bilang apapun tentang ini." Jongwon menimpali lalu memakan telur gulung yang tadi diberikan sang istri tercinta dalam satu suapan besar.
Satu-satunya wanita yang bermarga Kim disana, yakni Kim Jiwon sedari tadi tidak ikut dalam percakapan Keluarga Park ini. Merasa agak bersalah juga, maka ia meminum seteguk air putih untuk membersihkan sisa makanan di kerongkongannya.
Dengan lembut perempuan cantik itu mengatakan, "Maafkan aku, aku lupa menyuruh Oppa mengatakannya kepada kalian." Tidak lupa Jiwon menundukkan kepalanya sebagai rasa penyesalan.
"O-oppa?"
Inha terkejut mendengar ucapan Jiwon. Ini pertama kalinya ia mendengar Jiwon mengucapkan nama anak lelaki tampannya dengan sebutan 'Oppa'.
Dari gelagat ibunya yang sudah pasti bingung dan ayahnya yang diam tentu Seojoon tahu bahwa orang tuanya terkejut dan bingung, lelaki itu memang tidak pernah sekalipun mengungkit ataupun membicarakan hubungan spesialnya dengan Jiwon pada orang yang sudah membersarkannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I See You Again? (Park Seojoon X Kim Jiwon)
Fiksi PenggemarSeorang lelaki asing yang tiba-tiba meminta Kim Jiwon untuk menjadi kekasihnya selama sehari. Maukah Kim Jiwon melakukannya untuk orang asing tersebut? Park Seojoon X Kim Jiwon [BEBERAPA CHAPTER DI UNPUBLISH UNTUK KEPENTINGAN PRIBADI] Cover source...