Ketika cinta menyapa, hadir sejuta rasa yang entah datang dari mana tak henti menggelitik hati hingga berbunga-bunga.
Menjadikan segalanya terasa indah. Apalagi kalau itu cinta pertama.
Sama halnya ketika cinta ternyata tak memberi sambutan seperti yang kita mau, kecewa bisa menggelora, rindu pun mungkin mengeras bagai batu yang menyesakkan dada.Patah hati mengundang perih.
Tidakkah cinta mengundang kita untuk mengungkapkan apa yang kita rasakan? Tidakkah ada banyak rasa yang ingin kita katakan?Dia selalu menampikan rasa yang tak seharusnya ada ini, tapi usahanya hanya berimbas pada hatinya yang semakin terasa sakit, cukup dia merasakan sakit karna tak bisa memiliki saja, jangan ditambah karna harus memendam cinta yang dia rasakan.
Setelah dua hari berselang setelah kejadian malam itu, dia sungguh jadi tak enak hati pada Melody, dia hanya takut Melody mengerti akan arti tatapannya, Melody jadi tahu tentang cintanya kemudian menjauh.
Tapi buktinya saat sekarang tubuhnya baru saja hendak berbalik menghindar dari pandangan Melody, tapi sayang gerakannya kalah cepat dari mata Melody yang sudah menangkap gerak geriknya.
"Lid!"
Apa yang selalu dia takutkan itu tak pernah terjadi, Melody sama sekali tak menghindarinya, dua hari ini malah terasa Melody lah yang mencarinya, mungkin memang Melody belum menyadari akan cinta darinya, maka dari itu Melody masih bersikap seolah tak terjadi apa-apa. Pada kenyataanya memang tak pernah terjadi apa-apa, lalu, apa yang dia khawatirkan?
"Katanya gak ke teater, kok sekarang disini?"
Lidya hanya tersenyum kaku, tangannya terus membenarkan posisi tasnya yang dipakai.
"Hehe.. tadi abis makan sama Vienny, trus ambil ini nih, jatah oleh-oleh dari ka Yona."
Kata Lidya sambil mengangkat totbag ditangannya.Melody tak puas akan jawaban Lidya, dia masih menekuk wajahnya, karna memang pagi tadi Melody sempat menanyakan pada Lidya, apa dia datang keteater sore ini?
Sebenarnya jawaban Lidya yang mengatakan tidak masih masuk di akal, karna sore ini tak ada show dari team K3, lantas untuk apa sore ini Lidya datang ke teater?
Lidya tak sepenuhnya berbohong, dia memang benar datang ke teater untuk bertemu Yona yang baru saja datang dari Surabaya, selain itu tentu saja dalam hatinya dia berharap untuk bisa bertemu dengan Melody.
Harapannya, melihat Melody dari jauh saja sudah cukup, ini malah jauh membahagiakan dari harapannya.
Melody tak mau mempermasalahkan lagi tentang Lidya yang kenapa datang ke teater, sudah cukup dua hari Lidya susah untuk dihubungi dan di ajak bertemu, Melody tak mau menyianyiakan waktunya bersama Lidya, karna baginya Lidya sekarang adalah teman dekatnya.
"Trus sekarang mau kemana? Tungguin aku pulang teater, setelah itu anter aku pulang."
.
..
.Lidya mana bisa menolak permintaan Melody, dengan senang hati dia menerima apa yang Melody katakaan, dia jadi tersenyum melihat Melody yang masih terlihat lucu walau harus disandingkan dengan member team T yang umurnya jauh dibawahnya.
Ketika satu persatu penonton bersiap untuk keluar, pandangannya bertemu dengan Melody, dia yang duduk diatas front of house (FOH) dengan bebas memandang gadis mungilnya itu, Melody tersenyum seakan mengatakan terimakasih karna sudah menunggu.
Lidya pun kembali kebackstage, untuk menemui Melody dan mengantar Melody pulang.
Sekarang mereka berdua sudah dimobil, Melody masih sibuk dengan wajahnya, yang katanya mulai berminyaklah, mulai hitamlah, banyak jerawatlah, jadi terlihat jelek, Lidya hanya menggelengkan kepalanya padahal yang Melody katakan itu tak pernah benar-benar terjadi, karna menurut Lidya, Melody selalu cantik.
"Beli skincare yang bagus dimana ya?" Kata Melody lagi yang masih memandangi wajahnya sendiri.
Lidya yang harus fokus pada jalanan, hanya sesekali menoleh pada Melody yang duduk disebelahnya.
"Skincare buat apa?"Melody yang mendengar suara santai Lidya, membuat dia harus menurunkan kaca yang sedari tadi dia pegang, kini fokusnya pada Lidya, dia mengangkat poninya ssakan menunjukan wajahnya yang berjerawat.
"Ya buat muka akulah, kamu gak liat nih jerawat dimana-mana."Karna lampu merah, Lidya bisa menoleh pada Melody, dia seakan memperhatikan tiap lekuk wajah Melody yang menurutnya sempurna tanpa celah. "Mana? Gak ada."
Melody menurunkan lagi poninya, kembali menatap jalanan didepan, dia terlihat pasrah. "Ah da hese mata kamu kecil jadi gak keliatan."
Lidya tertawa sedikit melihat Melody yang kesal.
"Atau kedokter aja ya, Lid? Yang bagus dimana?" Lanjut Melody lagi, itu benar-benar membuat Lidya geram, dia jadi memfokuskan dirinya pada Melody.
"Ngapain kedokter kaya orang sakit aja."
Mereka yang kini saling berhadapan,Lidya yang terlihat mencomooh perihal Melody yang mempermasalahkan wajahnya membuat Melody mendelik malas.
"Kedokter kecantikan Lidya."
"Oh...." Lidya mengangguk kan kepalanya seakan baru mengerti apa yang Melody maksud.
"Padahal udah cantik, mau diapain lagi?" Kata Lidya lagi."Masa?"
Lidya tersenyum dan mengangguk."Heem, cantik fisik itu gak penting ka, yang penting cantik hatinya."
"Menurut kamu hati aku cantik gak?"
"Kalau gak cantik aku gak mungkin jatuh hati."
"Jatuh hati?" Melody jadi mengangkat sebelah alisnya, menatap Lidya seakan meminta penjelasaan tentang ucapannya.
Lidya yang baru sadar akan ucapannya jadi sedikit gelagapan, lampu lalu lintaspun kembali berwarna hijau, dia kembali memfokuskan dirinya pada jalan, berfikir untuk menjawab pertanyaan Melody.
"Euu ya jatuh hati, bukan cuman aku kan yang jatuh hati sama ka Melody, siapa sih yang gak ngefans sama Melody." Kata Lidya berdalih.
Melody tersenyum penuh arti, dia menyandarkan tubuhnya dikursi, memandang wajah Lidya yang memerah.
"Padahal tadi baru aja mau jawab, aku juga jatuh hati sama kamu."
Bersambung.
#TeamVeNalID
Aku Menulis apa yang ingin aku tulis, bukan menulis apa yang ingin kalian baca. Aku percaya saat aku nyaman, kalianpun akan menikmatinya.
-MashaThx to vote and coment! Mohon maaf untuk sekarang saya memang belum bisa buat cerita baru (read: cerita venal)
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody Lidya [Stop]
FanfictionSebuah regresi kisah Melody dan Lidya dari cerita Dibalik Layar. Cover by Widya Syarif.